![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Pendahuluan | ||||
|
Biografi seorang tokoh biasanya digunakan sebagai pelajaran bagi generasi muda berikutnya sebagai penerus cita-cita dan perjuangan. Biografi merupakan cerminan dari kehidupan seorang tokoh yang memiliki pengaruh dari masyarakat di sekitarnya yang banyak memberikan kontribusi/ sumbangsih baik berupa pemikiran, tenaga, moril, materiel dan harapan bagi pembangunan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. | |||
Biografi Ulama Pejuang dan Pendidik ini tidak dimaksudkan untuk melakuka kultus individu bagi seorang ulama seperti KH. Munir Hasyim Latief BA, apalagi bermaksud untuk menunjukan "arogansi spiritual" seperti kata KH. DR. Tolkhah Hasan, yang menjelaskan bahwa sebagian agamawan Islam kita belakangan sudah terkena "arogansi spiritual" sehingga mengurangi keikhlasan dan amaliahnya. Biografi ini lahir sejak KH. Munir Hasyim Latief BA masih hidup, ketika teman seperjuangan beliau yakni almarhum DR. Fahmi Syaifudin Zuhri sedang sakit dan meminta penulis untuk membuatkan Biografi almaghfurlah KH. Munir Hasyim Latief BA sebagai materi kajian pengkaderan dalam Badan otonom Jamiyah Nahdlatul Ulama. Diharapkan dengan membaca dan mengkaji Biografi ini akan tumbuh semangat dan pejuang baru yang dapat mendekati sepak terjang dan kiprah KH. Munir Hasyim Latief BA dalam berbangsa, bernegara, berjam'iyah dan bermasyarakat. Namun draf Biografi belum disetujui oleh KH. Munir Hasyim Latief BA karena beliau merasakan apa yang dilakukan dan diperjuangkan hanyalah sebatas air setitik di tengah samudra, tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan perjuangan para aulia, lebih-lebih sahabat Nabi Muhammad SAW. Walaupun banyak jargon dan sebutan bahwa ulama' warrosatul ambiya", ulama itu penerus perjuangan para Nabi. KH. Munir Hasyim Latief BA kecil memang dilahirkan ditengah keluarga pejuang, terutama pejuang kemerdekaan dan pejuang agama Islam, yakni di kecamatan Sumobito Jombang sebagai keturunan Bani Jahid, yang telah mendirikan 33 Masjid di Jawa Timur | ||||
![]() |
![]() |
![]() |
dan melahirkan tokoh-tokoh bertaraf nasional maupun internasional di berbagai bidang baik bidang budaya dan seni yakni MH. Ainun Najib, pejuang masyarakat miskin kota Wardah Hafidz dan termasuk pejuang aliran keras Salman. Mereka semua adalah keponakan KH. Munir Hasyim Latief BA. Sebagai anak yang ditinggal Abahnya yakni H. Abdul Latief yang petani dan pedagang, cukup memberikan bekal dan meneteskan jiwa kewirausahaan yang kuat sehingga sejak kecil sudah terbiasa untuk melakukan usaha mandiri dengan jual keliling berupa makanan kecil seperti jagung goreng pasir dan lain-lain, walaupun konidisi keluarga Abah Abdul Latief dapat dikatakan sebagai keluarga kaya disaat itu, namun pembelajaran usaha dan wirausaha sudah dilakukan sejak kecil yang sampai tua tidak pernah berhenti sehingga muncul ide-ide besar tentang kewirausahaan baik dibidang pendidikan, perdagangan, pertanian, perkebunan, transportasi, dan restoran. Kemandirian dan kerja keras tercipta karena Abah Abdul Latief sedang dipenjara oleh Belanda karena dianggap sebagai ekstrimis pribumi yang melawan Belanda sehingga Munir Hasyim Latief kecil yang sudah ditinggal Ibunda sejak kecil dan menjadi anak nomor 3 dikeluarganya ketika itu selalu kebagian yang diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas keluarga alias bagian disuruh oleh kakak-kakanya. Hikmahnya adalah Munir Hasyim Latief kecil sudah terbiasa melakukan pekerjaan yang diluar kemampuan anak seusianya dan diluar batas kemampuan pikiran seusianya. Namun karena terpaksa harus dikerjakan maka timbul kemampuan baru yang tumbuh dan berkembang diatas rata-rata orang lain. Keasyikan membaca buku sejak kecil telah mewarnai seluruh hidupnya karena banyak buku termasuk buku yang dilarang oleh penjajah, telah dilahap secara singkat, dikaji, dianalisis, direnungkan serta dicamkan dalan jiwa dan sanubari sehingga semua jenis buku baik kitab agama, umum, fiksi dan komik telah menghilhami semua pemikiran dan ide-ide besarnya yang menurut orang lain sulit untuk diterapkan. Sampai mendekati akhir hayatnya KH. Munir Hasyim Latief BA masih membaca buku kegemaranya sejak muda yakni Api di Bukit Menoreh, yang berkisah tentang perjuangan masyarakat di pulau Jawa dengan asesoris kekuasaan, percintaan, kekejian, persahabatan, hukuman bagi yang salah dan kemuliaan bagi yang | ||
![]() |
![]() |
![]() |
memperjuangkan kebenaran. Hobi baca seperti itu menghasilkan kemampuan komunikasi interpersonal KH. Munir Hasyim Latief BA terhadap semua lapisan masyarakat, mulai dari akar rumput, petani, penarik becak sampai para pejabat seperti Bupati, Gubernur, Menteri bahkan Presiden. Orang tidak segan untuk berkisah dan berkeluh kesah. Semuanya bermaksud untuk minta konsultasi atau pendapat yang ketika mereka pulang telah mendapatkan kesejukan hati karena telah mendapat alternatif pemecahan yang kongkrit dan didoakan agar masalahnya cepat terpecahkan. Disamping penampilan, rupa yang gagah, ganteng dan simpatik dengan kulit yang putih bersih serta sorot matanya yang tajam telah menggetarkan pemudi, termasuk H. Djauhariyah, telah mendudukan Hasim Latief muda sebagai idola remaja kala itu, namun sentuhan sinar batin pemudi Sepanjang telah membawa garis tangan Hasyim Latief muda untuk menumpahkan seluruh hidup dan kehidupanya untuk bangsa dan Negara dimulai dari tanah air dan udara Sepanjang Sidoarjo Jatim dengan memperoleh 8 buah hati yakni 4 putra dan 4 putri. Kegagahan sebagai pemuda telah ditempa ketika aktif menjadi santri langsung Hadrotus-Syeh KH. Hasyim Asy'ari di Pondok pesantren Tebuireng Jombang, yang seangkatan dengan KH. Munasir, KH. Muhid Muzadi dan KH. Yusuf Hasyim, paman KH. Abdurrahman Wahid mantan Presiden Republik Indonesia. Aktif di Hisbullah kemudian menjadi Tentara Rakyat Indonesa/ Tentara Nasional Indonesia, namun tidak tahan karena Presiden Soekarno kala itu telah memerintahkan untuk memerangi pejuang Islam yang telah ikut memerdekaan Negara Indonesia. Akhirnya mengundurkan diri dari tentara dan menjadi veteran. Walaupun telah mendapat Tunjangan Pensiun dari Negara, namun KH. Munir Hasyim Latief BA menolak menerima dana pensiunan tentaranya lantaran diledek oleh staf Kantor Kas Negara di Surabaya yang mengatakan bahwa P. Hasyim tidak pantas menerima tunjangan pensiunan itu karena dianggap telah kaya. Sejak saat itu sekitar tahun 1980 tidak pernah lagi mendapat tunjangan pensiun, Namun Allah mengetahui bahwa keikhlasan perjuangan politiknya telah menempatkanya sebagai anggota DPR RI dan telah mendapat tunjangan pensiun DPR RI yang lebih besar dari tunjangan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
pension veteranya. Kemampuan berkomunikasi secara meyakinkan pada orang lain dapat menyedot perhatian dan kepercayaan lawan bicaranya dan tidak jarang kegiatan keorganisasian, pendidikan, pembangunan masjid bermodal pendekatan dan lobi sehingga orang yang didekati dengan rela hati meminjamkan sebagian hartanya atau barangnya atau transportasinya secara sukarela diberikan atau dipinjamkan demi suksesnya acara. Misalnya menurut KH. DR. Tolkhah Hasan, ketika pembangunan Universitas Islam Malang, KH. Munir Hasyim Latief BA mendapat kepercayaan untuk pembangunan kampus dengan dana mencari dan berhutang pada saudagar kaya Surabaya yakni H. Sukri sebesar Rp. 200 Juta ketika itu sekitar tahun 1975 an. Jika dikurs uang sekarang sekitar Rp. 2 Milyard, tanpa jaminan dan agunan. Semua karena kelihaian dan kepiawaiannya meyakinkan dan keikhlasanya. Disamping itu Gus Dur pernah berkata bahwa P. Hasyim Latief itu orangnya serba bisa di berbagai bidang sehingga apa yang dikehendaki dan direncanakan hampir dapat dipastikan berhasil walaupun resiko yang merugikan diri sendiri tidak jarang ditemui. Misalnya ketika panitia konferensi Wilayah NU Jawa Timur sekitar tahun 1980 an panitia mengalami defisit atau tekor dan sebagaian kebutuhan dana harus segera diselesaikan. Penulis lah yang disuruh menjualkan mobil Toyota Hi Ace untuk membayar hutang panitia. Demikian juga ketika pendirian madrasah pertama kali, ketika itu sulit untuk mendapat bangku sekolah, maka mendapat akal untuk menukarkan mobil truk nya dengan kayu gelondongan, yang demi efisiensi dibuat sendiri mendjadi bangku sekolah, termasuk bagian kulit kayu gelondongan sebagai bangku. Kesederhanaan, kebersahajaan dan irit atau efisiensi merupakan modal awal dalam pengelolaan anggaran sehingga setiap ada acara besar dapat dilaksanakan dengan anggaran yang efisiensi, hal itu memang beralasan karena ketika itu tidak semua orang tertarik dengan perjuangan masyarakat dan perjuangan agama yang penuh keikhlasan dan hampir tidak bernuansa politik atau populeritas. Walaupun keluarga yang sejahtera, P. Hasyim Latief tidak pernah menunjukkan sebagai orang yang kaya namun cukup penampilan yang necis, ngetrend dan modes namun bahan dan harga | ||
![]() |
![]() |
![]() |
selalu murah dan terjangkau. Hal ini dilakukan karena penglaman ketika menjadi penganten baru membuka usaha baru yakni kulakan kain batik di Yogyakarta dan Pekalingan untuk dijual di Surabaya dan sekitarnya, sehingga kebersahajaan namun ngetrend telah menurun di seluruh keluarga yakni trend baru namun harga grosir Tanah Abang. Seorang dosen agama Islam di Universitas Negeri Surabaya yakni Drs. H. Romli pernah mengatakan pada penulis bahwa kita harus banyak mendekat dan berguru pada P. Hasyim Latief, karena beliau bukan sekedar guru dan Kyai biasa, hampir dapat dikatakan P. Hasim itu Aulia dan hampir waliulloh. Pesan dosen ini penulis sampaikan pada beliau sehingga dikomentari bahwa memang tidak semua orang berjuang itu ikhlas dan istiqomah serta berani amar makruf nahi mungkar. Sebagaimana dikatakan KH. A. Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU, bahwa P. Hasyim Latief itu orang yang berilmu agama dan beramal ilmiah, disertai keikhlasan, kegigihan dan berani mengakkan amar makruf nahi mungkar walaupun segala resiko harus diterimanya dengan penuh keikhlasan. Senada dengan itu KH. Muhid Muzadi teman sepondok di Tebuireng menyatakan ketekunan, kejujuran dan kepiawaian P. Hasyim Latief dan menkongkritkan suatu rencana yang sulit, ternyata dapat dilakukan sendiri. Termasuk kemampuan dalam melakukan sintesa dari berbagai pendapat yang sangat berbeda untuk dikerucutkan dalam suatu keputusan yang tidak menimbulkan kontroversial, merupakan keahlian tersendiri bagi P. Hasyim Latief. Demikian dikatakan P. Sofwan sahabat beliau yang mantan dosen IKIP Surabaya. Kasih sayang kepada kader muda Jam'iah Nahdlatul Ulama seperti di GP. Ansor, sangat berkesan bagi Ketua Umum GP. Ansor almarhum Drh. H. Iqbal Assegaf, karena setiap bertemu selalu memeluk dan mengusap pipi dengan sentuhan lembut kebapakan dan semangat pejuangnya yang selalu meminta untuk tetap tegar dalam perjuangan di kepemudaan yang banyak intrik, kritik dan konflik, maklum sejak dulu GP. Ansor sebagai kelompok muda NU cenderung menjadi perebutan banyak organisasi massa dan partai politik sebagai sekoci untuk berkiprah dalam bidang politik. Keluh kesah aktivis pemuda dibidang olehraga dan seni bela diri yang kurang mendapat perhatian Badan Otonom Pemuda ketika itu telah direspon oleh P. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Hasyim Latief yang ketika itu menjadi Ketua PBNU bidang organisasi dengan melahirkan organisasi pemuda baru bidang olah raga seni beladiri yakni Pagar Nusa yang diketuai oleh DR. Suharbillah. SH Keikhlasan perjuanganya baik sosial maupun keagamaan, seperti dikatakan KH. Tolkhah Hasan, memang P.Hasyim Latief dalam perjuangan hampir tidak mencampur-adukan antara perjuangan dan mencari nafkah, karena telah memiliki modal ekonomi keluarga yang cukup dan hampir tidak memikirkan kebutuhan sehari-hari keluarga dan dikelola oleh istri dan keluarga. Hal ini karena mesin ekonomi keluarga telah dibangun sejak remaja sebagai pengusaha percetakan, kendaraan transportasi (Truk dan Bis), 4 penggilingan padi, pengusaha burung walet, kongsi dengan beberapa perusahaan, menjadi komisaris dan beberapa penghasilan dari pensiun DPRD Jatim, MPR RI, DPR RI. Kewirausahaan dan kemandirian keluarga telah dapat diturunkan ke beberapa putra dan putrinya sebagai pengusaha dan professional sehingga seluruh putra-putrinya memiliki penghasilan yang cukup yang berasal dari kegiatan bisnis, professional, dan jasa Itulah kesulitanya para aktivitas sekarang ini, kata Pak. Tolkhah, semangat perjuangan sosial dan keagamaan sangat tinggi namun harus bersamaan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga tidak jarang antara perjuangan dan tuntutan kebutuhan ekonomi campur aduk sehingga antara kekayaan keluarga dan kekayaan lembaga yang diperjuangkan tidak jelas dan sering menimbulkan fitnah dan bahkan tuntutan dipengadilan oleh anggotanya sendiri, terutama dalam penyimpangan dana organisasi. Hai ini tidak berlaku bagi P. Hasyim Latief, karena seluruh dana organisasi tidak pernah dipegang sendiri sebagai ketua, dan selalu diberikan kepada Bendahara, karena pengalaman dan pengetahuannya tentang Akuntansi terutama setelah kursus Bon A dan Bon B sewaktu remaja diterapkan sampai hari tua. Sebagai contoh tertibnya administrasi dan pemasukan dana organisasi dapat dilihat dari dokumen yang disusunnya baik catatan sebagai pejuang Hisbulloh, Tentara, Anggota DPR RI dan pengelolaan Yayasan Pendidikan Maarif (YPM) Sepanjang, yang dapat dilihat pada sekumpulan Buku Hisbulloh dan Dokumen Buku Catatan Rapat Yayasan (YPM) sejak tahun 1978 sampai 2005, serta dokumen akuntan public yang dimiliki oleh YPM yang mencatat pemasukan dan pengeluaran dana organisasi | ||
![]() |
![]() |
![]() |
YPM yang sudah dimiliki sejak 10 tahun terakhir sehingga semua pengeluaran dan pemasukan dana tercatat dan terekan secara utuh dan akuntabel. Semua pengeluaran baik oleh Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Yayasan (YPM) maupun anggota keluarga untuk keperluan organisasi tercatat dalam Dokumen Akuntan Publik yang dapat dipertanggungjawabkan dan akuntabel. Hal ini disadari pentingnya Akuntan-publik dalam organisasi di samping ketekunan, ketertiban administrasi yang sudah menjadi wataknya, sejak awal seluruh asset yang dibangun merupakan wakaf untuk umat Islam, sebagai lembaga dakwah yang harus dikelola secara professional dengan ketertiban administrasi dan peraturan yang disepakati bersama sesuai dengan keputusan hasil rapat para anggota rapat. Dengan demikian semua kebijakan yang dilaksanakan dalam organisasi harus konsisten dan taat azas sesuai dengan peraturan yang dibuat bersama. Hal ini memang kelebihan P. Hasyim Latief yang sejak remaja terbiasa dalam proses pengambilan keputusan baik ketika menjadi ketua Dewan Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta maupun sebagai alumni Fakultas Hukum UII. Sebagai orang yang berlatar belakang pendidikan pesantren dan fakultas Hukum, P. Hasyim Latief selalu menegakkan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik secara mikro maupun makro. Penegakan hukum ini dilakukan didalam keluarga, masyarakat sekitarnya dan cakupan nasional, termasuk dilingkungan satuan pendidikan dilingkungan YPM Sepanjang Sidoarjo. Tidak jarang setiap siswa, guru atau Kepala Sekolah harus mendapat sanksi yang beragam sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan, termasuk dilingkungan Jamiyah Nahdlatul Ulama'. Ketegasan sikap Nahi mungkar semula membawa akibat kesal bagi yang diberi sanksi namun belakangan justru minta maaf kepada P. Hasyim Latief akibat pelanggaran itu. Misalnya, Suatu ketika ada sanksi organisasi partai yang diberikan kepada anggota yang melanggar peraturan organisasi, orang tersebut sakit hati dan kesal, kemudian minta orang pinter atau dukun santet untuk melakukan pembunuhan melalui santet kepada P. Hasyim Latief, anehnya dukun tersebut malah datang dari jauh dan menemui dirumahnya untuk meminta maaf dan mengaku telah melakukan upaya pembunuhan melalui santet tetapi tidak berhasil dan malah kembali kepada dukun tersebut. Setelah diinterogasi siapa | ||
![]() |
![]() |
![]() |
otak rencana pembunuhan itu, maka P. Hasyim Latief memaafkan dengan syarat orang yang menyuruh harus datang dan meminta maaf pula dan berhenti/ tidak mengulang perbuatanya sebagai dukung santet. Kejadian aneh atau semacam kesaktian P. Hasyim Latief bukan cerita baru, karena sejak lama bahkan sejak menjadi santri Tebuireng dan menjadi Hisbulloh telah memiliki wirid, hizib dan khadam yang cukup untuk membela diri bukan untuk menyerang. Salah satunya adalah wirid Jaljalad yang selalu dilakukan ketika bahaya menghadang, baik ketika jaman perjuangan, sewaktu meletusnya G.30 S PKI dan masa konflik partai politik. Contoh ketika jaman perang kemerdekaan, P. Hasyim sebagai komandan peleton menyerang pasukan Belanda namun pasukannya bercerai berai akibat kekuatan Belanda dengan senjata modernya dan banyaknya pasukan sekutu Belanda sehingga P. Hasim Latief terpisah dengan pasukanya dan sendirian di kejar sekutu Belanda. Ketika sendirian dan dikejar pasukan itulah P. Hasyim Latief melakukan kontak doa dengan Allah SWT termasuk dengan wirid Jaljalud agar tidak terjadi kontak senjata karena tidak seimbang antara dirinya sendiri dengan pasukan musuh. Ditengah semak belukar itulah keajaiban terjadi yakni ketika ketahuan persembunyianya dan melarikan diri, yang kalau diberondong dengan senjata modern pasti tewas, namun kebesaran Tuhan datang dengan lenyapnya P. Hasim Latief dari kejaran musuh, yang sedang uring-uringan dan membabi buta, seketika itu ada "orang lain" yang ditampakkan datang dihadapan musuh dan langsung diberondong. Lega setelah membunuh "orang lain" tadi, musuh merasa telah membunuh P. Hasyim Latief sehingga melakukan operasi ketempat yang lain dan P. Hasyim Latief terlepas dari maut. Kesaktian semacam itu bukan diperoleh dari ajimat atau keris tetapi diperoleh dari kedekatannya pada Allah SWT melalui wirid, hizib dan istighozah yang selalu dilakukan setiap ada kesempatan. Kesaktian selain dari Doa ke Allah SWT tidak pernah dipercayainya karena ada pengalaman nyata tentang keris, sebagaimana diceritakan oleh KH. Muhid Muzadi. Ketika memimpin pasukan di daerah trowulan, para anggota pasukan diajak untuk berdoa dan istighozah demi keselamatan dan keberhasilan perjuangan. Doa dilakukan selama dua malam. Pada malam pertama doa yang dilakukan tiba-tiba ada | ||
![]() |
![]() |
![]() |
benda-benda hitam beterbangan dihadapan pasukanya. Tentu saja kegirangan karena benda hitam kecil tadi adalah berbentuk keris kecil hitam yang menjadi primadona kesaktian masyarakat ketika itu. Pasukan gaduh karena adanya keris didepannya. Penyidikanpun dilakukan oleh P. Hasyim Latief, ada apa gerangan diantara pasukan yang gaduh kegirangan, dan tentu instink intelejennya berjalan, apa dan siapa yang menjadi penyebabnya. Ternyata setelah diselidiki ternyata ada satu anggota pasukan yang tidak ikut gaduh dan kegirangan tetapi hanya diam dan senyum-senyum bangga karena telah mengerjai temannya. Pada hari kedua pada malam itu dilakukan istighozah lagi sambil mengincar gerak gerik dari seorang anggotanya yang mencurigakan. Sudah diperkirakan sejak semula, ada peristiwa keris kecil beterbangan lagi didepan pasukannya. Sang Komandan mengetahui dengan mata kepala sendiri dan membiarkan anak buahnya gaduh kegirangan. Setelah reda, sang komandan memanggil seorang yang telah melakukanya dan diminta untuk menjelaskan perbuatannya. Sang Komandan berhasil meyakinkan pasukannya bahwa keris tadi bukan dari Tuhan, tetapi dari anak buahnya yang iseng, sebab dalam benak sang komandan, keris itu kan buah tangan atau karya cipta manusia dan istilah sekarang disebut teknologi. Sementara teknologi itu butuh bahan, desain dan cara produksi. Mengapa Tuhan memberikan kekuatan kog sesuai dengan desain seni dan teknologi yang dikehendaki manusia, dan bisa dibeli dari masyarakat?. Banyak pertanyaan semacam itu telah mengakhiri kepercayaan masyarakat sekitarnya tentang kesaktian keris. Karena dianggap sakti itulah beberapa kali keluarga mendapat tamu yang tidak jelas tujuannya misalnya hanya ingin bersalaman dan bertatap muka saja, minta kesembuhan dari penyakitnya, minta ini dan minta itu yang pada intinya P. Hasyim Latief dianggap orang pinter alias dukun. Semua keinginan tamu yang terkait dengan kepintaran alias perdukunan itu ditolak secara halus dan diberi wirid saja untuk diamalkan oleh tamu sendiri. Salah satu contoh ketika penulis menerima tamu untuk ketemu dengan P. Hasyim Latief meminta perlindungan batin dari kejahatan dan fitnah orang lain. Tamu tersebut diminta puasa dua hari dan diminta menghapalkan kalimat yang akan diucapkan sebagai wirid. Kebetulan sang tamu adalah teman guru maka diceritakan apa yang diterima dari Abah, | ||
![]() |
![]() |
![]() |
demikian panggilan P. Hasyim Latief. Mendadak penulis berkeinginan untuk mengikutinya dengan puasa dua hari. Ketika hari ketiga datang, penulis dan sang tamu bertemu dengan Abah, namun Abah menanyakan pada penulis ada apa kog ikut-ikutan, jawab penulis adalah untuk melindungi diri. Tidak diduga bacaan yang sebanyak 10 kalimat dalam bahasa Persi dan Arab itu tidak dapat dihapalkan oleh Tamu tadi dan penulis justru dapat hapal. Setelah ijab dan bersalan maka wirid Jalajalad itu diberikan kepada penulis dan sang tamu. Tidak diduga ternyata sang guru tadi tidak mampu menghapalkanya dan akibatnya tidak pernah ngelakoni atau melaksanakan wiridnya. Memang salah satu kelebihan NU adalah banyaknya doa, wirid dan hizib seperti itu, namun P. Hasyim Latief sering mengingatkan kepada generasi muda bahwa ilmu amaliah ini merupakan ilmu yang khusus diberikan Tuhan pada orang memenuhi persyaratan yakni telah menguasai aqidah dan syariat serta kesucian diri yakni tasawuf. Apabila masih muda melakukan "ngelakoni" dengan menyita waktu yang banyak, sementara perkembangan teknologi dan kehidupan masyarakat yang serba modern, tidak bisa dilawan dengan wirid saja. Sebab teknologi harus dilawan dengan teknologi. Sementara hati dan jiwa manusialah yang dapat dilawan dengan wirid dan hizib sehingga menyadari akan kekeliruan penggunaan teknologinya. Keyakinan akan teknologi dan kecanggihan teknologi sangat besar, karena pengalaman P. Hasyim Latief ketika keliling dunia meninjau industri teknologi canggih baik ke Negara Jerman, Jepang, Kanada dan Negara lainnya telah mengedepankan teknologi sebagai pemecahan masalah kehidupan fisik manusia. Keyakinan itu telah melahirkan 14 satuan pendidikan teknologi SMK YPM dan Perguruan Tinggi Teknologi. Disamping itu dua Menteri Riset dan Teknologi telah diundang di YPM Sepanjang yakni Menristek RI ketika B.J. Habibie mantan Presiden RI dan Menristek A.S. Hikam ketika kabiner Gus Dur. Dalam mengatasi masalah kesehatan yang telah menerpanya hampir 20 tahun yakni sakit batu ginjal, jantung, dan terakhir stroke. Seluruh usaha pengobatan alternatif telah dilakukan namun tanpa hasil dan bersifat sementara. Pengobatan medis ternyata diyakini dapat memberikan kesehatan dan penyembuhan yang alhamdulillah dapat umur panjang yakni sampai 77 tahun dan wafat dalam keadaan sehat wal afiat. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
KESAN DAN PESAN SAHABAT Dari KH. Drs. Abdi Manaf, Msi
Biografi Pak Hasjim Latief sulit ditiru, tapi kita harus berusaha meniru beliau. Saya belum pernah mendengar Pak Hasjim Latief bayaran ketika diminta untuk memberikan pengajian atau seminar dan lainnya. Semua itu menunjukkan keikhlasannya dalam membina umat. Termasuk pengabdiannya di YPM mulai berdirinya sampai akhir hayatnya tidak pernah minta bayaran. Bahkan gaji pensiunannya diberikan untuk mengembangkan YPM.
Sebagai pendidik - Tutur katanya sejuk / dingin - Tidak pernah marah / emosi ketika memberikan nasehat. Tetapi dingin dan memberi semangat. Kita kehilangan seorang panutan yang Kholisoh-Mukhlisoh.
KEORGANISASIAN NU Kepeduliannya terhadap jamiyah NU baik dari pusat maupun sampai di cabang sangat baik (luar biasa). Setiap silaturrahim ke cabang beliau selalu menanyakan tentang program kerja cabang, termasuk yang sering ditanyakan adalah tentang : 1. Bahtsul Masa'il 2. Sekolah-sekolah NU.KH. Sholeh Qosim | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Dari KH. Soleh Qosim
Beliau (KH. Sholeh Qosim) membantu dalam pendirian YPM. Digawe "tuwek-tuwekan" oleh abah Hasjim. Diamanati untuk mengajar fiqih di YPM pertama kali. Sedang Al Maghfulloh KH. Imron Hamzah mengajar hadits. Menurut beliau yang pertama kali punya ide mendirikan sekolah adalah Pak Hasjim Latief, yang merencanakan, mempersiapkan dari administrasi, dana, lokasi dll semuanya pak Hasjim sendiri. Beliau mengakui hanya membantu. Jadi otak dari pendirian YPM adalah Pak Hasjim Latief. Modal awal pendirian sekolah dari saku P. Hasjim Latief (jual truk, rumah dll)
Latar belakang pendirian sekolah : Pak Hasjim Latief ingin "minterno arek Sepanjang". Saat itu kalau anak Sepanjang ingin sekolah harus ke Surabaya. Dan satu-satunya kendaraan umum adalah kereta, jika terlambat maka tidak ada kendaraan lain (harus ditempuh dengan jalan kaki). Pak Hasjim dalam pendirian sekolah tidak berjalan sesuka hati. Tetapi sering minta pertimbangan-petimbangan, nasehat kepada para sesepuh yang ada di sekitar Sepanjang diantaranya kepada Habib Umar.
Kesan dan Pesan Kesan : Pak Hasjim sangat cinta ilmu Pesan : Sebagai rasa ta'dhim dan terima kasih kepada Pak Hasjim, maka YPM harus dipimpin oleh putra Pak Hasjim artinya yang menjadi orang pertama di YPM adalah putra Pak Hasjim yang lain sebagai pendukung / penguat. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Dari Bpk. M. Sholeh (Biro Agama YPM)
CITA-CITA KEAGAMAAN BELIAU DALAM PENDIDIKAN Tujuan dari pendidikan agama yang beliau cita-citakan adalah membentuk manusia muslim ala ahlussunnah wal jama'ah dengan menanamkan mabadiul khomsah dan intelektualitas yang mampu menterjemahkan agama kedalam kehidupan modern dan ilmu pengetahuan yang kompetitif. Dalam mengikuti dinamika pendidikan beliau berangkat dari prinsip bagaimana menanamkan ajaran islam berkelanjutan bagi anak didik, sehingga pada setiap jenjang dan jenis pendidikan porsi pendidikan agama selalu melebihi ketentuan kurikulum. Demikian pula yang berkaitan SDM pendidik agama beliau selalu menghendaki yang terbaik. Berbagai usaha yang beliau lakukan menuju cita-cita tersebut antara lain ialah : Beliau merintis perjuangan dalam pendidikan ini dengan usaha keras dan istighatsah yang menurut saudara Ainul Yaqin beliau dapatkan dari Kyai Syafaat dari Banyuwa ngi. Istighatsah ini dilaksanakan setiap bulan di masing-masing sekolah. Naskah istighatsah tersebut dengan menggunakan asma'ul husna ( lihat lampiran) Membentuk Majelis Pembinan Pendidikan Agama yang mempunyai tugas pokok memberi saran kepada Yayasan tentang kurikulum agama, mengefaluasi pelaksanaan kurikulum, memberi arahan terhadap kegiatan keagamaan YPM. Pembinaan keagamaan guru YPM, pertimbangan hukum syara' bagi segala kegiatan YPM Dalam penerimaan guru agama dilakukan seleksi ketat dengan menguji kemampuan membaca kitab kuning, kemampuan komunikasi menggunakan bahasa arab. Hasilnya YPM memiliki guru agama yang mumpuni bidang-bidang tersebut. Namun seleksi ini tidak berjalan mulus tatkala ada pihak-pihak tertentu menolong pelamar dengan katabelecenya, sehingga selesi ini tidak berlanjut. Membuka program Khusus dengan penambahan jam agama pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. dan asrama pendukung program ini. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Untuk jenjang SMP,maka diadakan di SMP YPM-1 Unit A untuk murid laki-laki dan unit B untuk murid perempuan yang diterima dari tamatan MI. Program khusus ini porsi pendidikan agama kelas 1 sebanyak 13 jam , kelas 2 sebanyak 13 jam dan kelas 3 sebanyak 15 jam . Untuk jenjang SMA, maka diadakan di SMA Wachid Hasyim _2 Ngelom. Program khusus ini porsi pendidikan agama kelas 1 sebanyak 20 jam , kelas 2 sebanyak 21 jam dan kelas 3 sebanyak 15 jam dengan berbagai kitab pegangan sebagaimana terlampir (Struktur Program Pendidikan Agama) Disamping itu para siswa diasramakan selama satu tahun ajaran, ketika berada di kelas dua.Untuk pendidikan ini para siswa tidak dipungut beaya tambahan dan asramapun tidak membayar kecuali untuk makannya sendiri. Asrama ini berjalan mulai tahun 1994 kemudian berhubung terjadi krisis ekonomi dinegeri kita tahun 1998 asrama ditiadakan hingga waktu yang tidak terbatas. Pada tahun 2000 jumlah jam pelajaran untuk program khusus dikurangi hingga tinggal 8 jam bagi jenjang SMP, sedang jenjang SMA tinggal 15 jam pelajaran. Mengharuskan kepada guru agama menggunakan komunikasi bahasa arab diantara mereka bersamaan dan keharusan menggunakan bahasa Inggris bagi selain guru agama yang beliau canangkan untuk tahun pelajaran 1997-1998. Belaiu mengadakan kursus bahasa arab selama 6 bulan bagi guru agama. Namun program ini tidak kunjung terwujud karena banyaknya kendala. Beliau sangat konsern terhadap ilmu-ilmu keislaman. Misalnya ketika Ilmu Falaq menjadi asing bagi para guru agama, padahal ilmu itu sangat besar manfaatnya bagi ummat, maka beliau mengadakan kursus ilmu falaq bagi para guru agama dengan mengambil nara sumber seorang ahli falaq dari NU Wilayah Jawa Timur , yaitu ustadz Drs. Abdus Salam pada tanggal 4 dan 6 Januari 1997 | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Beliau menginstruksikan kepada MPPA agar disusun buku agama untuk program khusus dan dan buku agama untuk program umum. Kitab musthalah hadits , kitab hadits akhlaq dan kitab hadits ahkam berhasil disusun, sedang buku agama untuk jenjang SMP dan SMA dibuat oleh sebuah tim yang walaupun tanpa anggaran mereka berhasil menyelesaikan buku agama tingkat SMP dari kelas satu hingga kelas tiga, Alangkan terkejutnya anggota tim ketika hasil mereka tidak diterima, Hal ini bisa dimaklumi , demikian pula penolakan juga bisa dimaklumi, karena yang beliau inginkan sebuah buku untuk kelas satu hingga kelas tiga yang praktis dan dapat dipakai sebagai pegangan selanjutnya, hanya hal ini tidak diungkapkan sebelumnya. Keinginan ini dilanjutkan oleh Kepala Bidang Keagamaan dan Sosial dengan menginstruksikan kepada Biro Pena untuk membentuk tim penyusunan sebuah buku agama yang praktis dan lengkap sehingga dapat digunakan sebagai pegangan setelah selesai pendidikan. Tim telah dibentuk dan penulisan selesai 40%, namun terhenti karena tidak ada anggaran bahkan terkesan dilepas begitu saja. Pembentukan koordinator guru agama . Belaiu menyadari macam-macamnya bidang studi agama dan banyaknya sekolah menyulitkan koordinasi dan pembinaan, belum lagi pembinaan keagamaan guru selain guru agama. Oleh karena itu beliau menginstruksikan pengangkatan koordinator guru agama. Setelah berjalan beberapa tahun keberadaan koordinator guru agama ini dirasakan berbeda-beda kontribusinya, sehingga dengan pertimbangan penghematan maka koordinator guru agama dihapuskan. Beliau merencanakan berdirinya Pesantren Tinggi Ilmu Al Qur'an dengan melakukan berbagai langkah : Mengadakan sulaturrahmi studi banding ke Pondok Pesantren Nurul Jadid pada tanggal 30 Nopember 1996 dan ke Tebu Ireng pada tanggal 23 Des.1996 Membentuk Tim Persdiapan Pendirian taman Pendidikan Ilmu Al Qur'an yang diketuai Dr. Ahmad Zahro'. Tim ini telah bekerja dengan mengadakan studi banding ke Ma'hadul `Ali di Asembagus dan menghasilkan sebuah proposal. Namun usaha kearah ini belum | ||
![]() |
![]() |
![]() |
berlanjut hingga kini. Belaiu juga sangat memperhatikan pendidikan Al Qur'an di TPQ-TPQ yang ada disekitar Kecamatan Taman. Beliau menginstruksikan diadakan acara tasyakuran bagi Anak-Anak usia sekolah dasar yang sudah tamat belajar, dengan mengundang TPQ_TPQ untuk mengirim dua anak santrinya, untuk membaca bergantian sekedarnya, kemudian memberi hadiyah Al Qur'an dan sekedar uang jajan dan dilanjutkan kirab naik dokar hiyas. Tujuan acara tersebut disamping menghibur anak-anak tersebut, juga memberi motofasi kepada anak-anak yang lain untuk rajin belajar Al Qur'an. Disamping itu mengadakan acara Gerak Jalan Jantung Sehat dalam memperingati pergantian tahun Muharram. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Dari Bpk. Sukarno
Pada tahun 1962 saya diperkenalkan kepada Bpk. KH. M. HasjimLatief, BA oleh Bapak Syukur Ba'I (Ketua MWC NU Taman), pada bulan Oktober 1962 saya ditugasi oleh beliau : (1)Mencari tanah, (2) Mencari kayu jati, (3) Tukang. Alhamdulillah yang berhasil saya laksanakan mencari kayu dan tukang kayu. Oleh beliau teknik pembuatan bangku dan dingklik dari kayu glondo agar tidak ada yang membuang, alhamdulillah hasilnya baik dan kokoh. Pada tahun itu pula beliau menyegar dan memperbanyak TK Muslimat sewilayah kecamatan Taman, dan berhasil. Beliau mencari siswa sambil membangun sekolah dan saya ditugasi mencari siswa di wilayah kecamatan Waru, alhamdulillah hasilnya baik. Lalu pada tahun 1963 saya diajak oleh beliau ke Notaris Gusti Djohan, SH. Surabaya. Beliau tidak hanya urusan YPM saja namun keluh kesah bapak-bapak tani yang tanahnya diserobot oleh BTI/ PKI timbul beliau membentuk Pertanu tahun 1963 olehnya ditunjuk selaku ketua Bapak Katamsi (pegawai pasar) dan saya sekretarisnya, Bapak Katamsi wafat, saya mengganti sebagai ketua. Kemudian beliau mendapat PR dari warga Bandung (Jabar) bahwa sawah miliknya diserobot oleh orang-orang BTI/PKI selanjutnya beliau sidang darurat di wilayah NU Jatim Surabaya dan saya ditugasi oleh beliau mewakili Jatim. Sawah tersebut terletak di kabupaten Jember dan disidang di Jember dengan mengundang partai-partai. Sidang selama 3 hari di Hotel (lupa nama hotel) alhamdulillah berhasil dengan gemilang sehingga Bpk. KH. M. Hasjim Latief, BA mendapat julukan pemberani. Sesudah itu beliau meneruskan pembangunan sekolah YPM Wachid Hasyim sampai sekarang. Pada tahun 1967 beliau mendirikan kader-kader NU di Seblak Jatipelem Jombang selama 3 Minggu. Kabupaten Sidoarjo mengirim 5 orang termasuk saya. Kader tersebut diikuti oleh wakil-wakil NU dari Jatim. Oleh beliau sejumlah itu dibagi-bagi gelombang, saya ikut gelombang I. Kader-kader pembentukan beliau dinamakan "Kader Tunhanura" Jatim. Kemudian beliau membeli tanah di Ngelom untuk pengembangan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
YPM Wachid Hasyim sebagai sekolah induk. Demikian yang dapat saya ingat perjuangan beliau tanpa pamrih dan tidak mendapat upah dari siapapun dengan lillahita'ala. Semoga amal baik Bpk. KH. M. Hasjim Latief,BA diterima oleh Allah SWT amin. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Dari KH. Abdussomad Buchori MUI JATIM
Beliau adalah tokoh, seorang ulama, saya kenal dengan Pak Hasyim sangat dekat, karena beliau adalah pejuang, beliau adalah terkenal pada jaman Hisbullah adalah seorang komandan yang memimpin generasi pada saat itu, yang mempunyai andil sangat besar dalam mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, setelah merdeka beliau memimpin organisasi Nahdlatul Ulama', yang sebelumnya beliua aktif di Lembaga Ma'arif yang waktu itu saya ikut membantu sebagai Mabin Aliyah ketuanya Pak Hasyim, ketika itu kita sering kepondok-pondok pesantren diberbagai daerah, karena itu saya mengambil kesimpulan beliau adalah Ulama' Pejuang, dan Tokoh Pendidikan, dan kita saksikan sekarang, lembaga yang beliau pimpinnya mempunyai pengaruh yang sangat besar yang mempunyai cabang di berbagai daerah. Sebagai mana ayat yang saya baca tadi ada surat Al baqoroh 154 _ 157, janganlah kamu katakan bahwa bagi orang yang mati yang membela itu di anggap mati, walaupun beliau wafat tetapi nilai-nilai perjuanganya yang diwariskan, ilmu-ilmunya terus berjalan terus, maka generasi sekarang harus menerus perjuangan beliau, didalam rangka Izzal Islam wal Muslimin dan terutama saat ini memang umat islam diperlukan Ukhuwah Islamia untuk Indonesia yang bermartabat. Kita inggin menciptakan suasana islam ini adalah suasana keislaman, kedamaian, keharmonisan, itu nilai-nilai yang diwariskan oleh para ulama', jadi beliau walaupun sudah wafat banyak sekali meninggalkan ajaran-ajaran kepada kita. Saya sangat mendukung perjuangan pak Hasyim dalam hal pedirian pendidikan, pendidikan ini mudah mudahan dapat mencetak kader-kader yang mempunyai kepedulian dalam islam, kita juga khawatir kepada anak-anak kita kadan-kadang, pendidikannya agama tetapi jauh dengan agama, bahkan sudah pendidikannya tinggi mengambil S2, S3 kemudian berpaling, mereka mempunyai pendapat-pendapat Liberal yang sekarang sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat, jadi pikiran-pikiran Liberal itu tidak madzhab islami, mereka tidak dengan metodologi islam didalam rangkan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
mengistimbatkan hokum, misalnya mereka mengatakan bahwa Al Qur'an diragukan kesuciannya, itu ada tulisannya di Jawa Pos, ada orang yang mengatakan bahwa musibah sunami itu bukan irodah dari Allah, siapa yang percaya bahwa sunami merupakan cobaan Tuhan, maka dia percaya Tuhan itu buas makan dia mengatakan saya tidak punya Tuhan yang buas. Beliau adalah orang Jombang yang kebetulan adalah tetangga dengan saya, rumah saya itu daerah Curahmalang kakak-kakak saya itu sebagian besar adalah teman beliau, dan keluarga beliau umumnya menjadi pejuang untuk Izaal Islam Wal Muslimin | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Dari KH. Syafi'i Sulaiman Saya kenal dengan Pak Hasjim itu mulai tahun 1967 di NU, Pak Hasjim wakil ketua NU Wilayah dan saya ketua NU cabang Kediri. Anulah ya mulai Gestapo. Gestapo itu tahun 1965 Pak Hasjim sebagai aktivis wilayah dengan Pak Achmad Shiddiq almarhum kemudian saya ketua NU cabang Kediri. Pak Hasjim itu wakil ketua Front Pancasila Jawa Timur, yang ketuanya Pak Abdullah Shiddiq almarhum dan saya ketua Front Pancasila Kediri, itu akrab. Waktu itu saya sering ikut KH Makhrus sebagai Rois Syuria NU Jawa Timur, dan di situ kita sering bertemu, ternyata Pak Hasjim itu mantan kepala staf Batalion Condromowo jaman TNI, yang komandan Batalionnya Pak Munasir. Dan saya anggota Batalion 508 Ngganting Kediri, dan itu jadi sering bertemu, sama-sama pejuangnya. Kemudian tahun 1972 setelah Pemilu Konferensi NU wilayah Jawa Timur, saya terpilih sebagai wakil ketua NU Jawa Timur yang paling bawah. Pak Hasjim waktu itu wakil ketua. Ketuanya Pak Abdullah Shiddiq kemudian H. Sholeh Amin kemudian Pak Hasjim, Pak Taufiq Abdurrohman kemudian saya. Bersamaan dengan periode-periode saya naik terus, sampai ada di Nggenggong Konferensi NU Wilayah Pak Hasjim itu terpilih sebagai ketua dan saya wakilnya, kalau tidak salah Nggenggong sekitar tahun 1982. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Mau menjelang Khittah ? Belum, Khittah tahun 1983 mulainya, tahun 1984 muktamarnya
Waktu pencetusan Khittah itu Pak Hasjim ketua ? Sebagai ketua wilayah dan saya wakilnya
Kemudian peranan Pak Hasjim waktu kembali ke Khittah itu bagaimana, kan terdapat pro dan kontra ? Kalau pada Jawa Timur itu tidak ada, pro kontra semuanya sudah selesai. Malahan Pak Hasjim itu tenaga utamanya Gus Dur, waktu itu promotornya kembali ke Khittah itu kan Gus Dur, Dr. Fahmi dan ada lagi mahasiswa pendiri PMII Yogya, Wartawan Mahbuk, nah itu promotornya. Kemudian Zamroni, Said Budairi, Kholid Ali .itu ada 24 kalau tidak salah. Bersama dengan NU kembali ke Khittah 1984 ada Konferensi NU Jawa Timur, itu Pak H. Sholeh sudah almarhum, H. Sholeh almarhum itu kan tahun 1978. Kemudian Pak Hasjim terpilih muktamar Situbondo sebagai wakil ketua PBNU. Terus mengadakan konferensi di madarasah YPM, saya terpilih sebagai ketua kalau tidak salah itu tahun 89. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Waktu itu Syurianya Pak Imron ya? Waktu saya ketua Wilayah, Syurianya Kyai dari Pamekasan, Sarkowi, Pak Imron tidak mau, setelah Pak Sarkowi meninggal Pak Imron ketua. Itu urutannya.
Barangkali tahu berkaitan tentang perkembangan pendidikan. Yang saya pertanyakan itu Pak Hasjim itu murid Tebuireng kok bisa melanjutkan ke UII, itu bagaimana ? Insyaallah itu ada rahasianya.
Bagaimana itu ?, sekarang ini kan bukan rahasia lagi, sudah 30 tahun ! Pak Hasjim itu termasuk pemberontak, pemberontak pemerintah, sebab jaman waktu ada reformasi TNI, Pak Hasjim itu kelompoknya Yusuf Hasjim, sampai sidang pengadilan, Pak Hasjim melarikan diri.
Berarti ke sana itu dalam rangka melarikan diri ? Ya, kemudian masuk ke UII.
Itukan perguruan tinggi formal, mestinya membutuhkan ijasah-ijasah | ||
![]() |
![]() |
![]() |
formal juga ? Iya, ijasahnya tetap dari Tebuireng tapi namanya diganti Munir.
Oh, makanya jadi KH. Munir Hasjim Latief itu ! Ya, ditambah Munir, sampai sarjana muda. Tidak tahu pulangnya ke Jawa Timur itu tahun berapa, terus jadi pengurus aktifis NU. Di tahun-tahun itu saya belum aktif, saya belum mengikuti di tahun-tahun itu. Saya mulai aktif di NU tahun 1953.
Tadi menyinggung masalah Front Pancasila, ketuanya Kyai Abdullah Shiddiq dan wakilnya Pak Hasjim Latief, nah itu punya NU atau ? Front pancasila itu miliknya nasional, sebab setelah pemberontakaan Gestapo PKI di Indonesia tingkat nasional dibentuk persatuan partai-partai kecuali PKI, untuk membubarkan PKI. Front Pancasila itu Front Nasional (pembenaran dari Pak Mad) Ya, Front Nasional di pusat ketuanya di pihak NU, wakilnya Subhan itu di pusat, di Jawa Timur Pak Abdullah Shiddiq, hampir semua daerah itu ketua Front Nasioanl itu dari NU.
Pak Hasjim itu mendirikan sekolah tahun 1964 ? | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Ya, dan Pak Hasjim waktu itu kalau tidak salah sudah jadi pengurus Ma'arif wilayah, ya dengan Imron Hamzah itu. Saya dengan Pak Hasjim itu bagaian pertanian, Pak Hasjim itu juga ketua Pertanu, karena beliau itu ketua Pertanu, saya juga diangkat sebagai ketua Pertanu Kediri.
Jaman itu NU dipersempit oleh pemerintah ? Ya, bukan dipersempit tapi dicurigai oleh pemerintah, sebab pemerintah terpengaruh oleh PKI. Dan itu juga ada cerita tersendiri, saya tidak berani menceritakan, saya khawatir anak turunnya itu nanti nggugat.
Anak turunnya siapa ? Ya anak turunnya orang pemerintahan, orang sekarang kan mudah nggugat. Kalau ini anda butuh ya saya ceritakan.
Gerakan Pertanu itu dilatarbelakangi oleh ? Ya, gerakan-gerakan PKI yang menggunakan undang-undang pokok No. 5, Undang-Undang Pokok Agraria, UUPA No. 5 tahun 1960. Dengan menggunakan massa-massanya dari BTI, Gerwani, dan Pemuda Rakyat untuk mengganggu bahkan mengedrop tanah-tanah | ||
![]() |
![]() |
![]() |
umat islam, dengan alasan-alasan tanah kelebihan dari ketentuan 5 Ha dan Landreform. Ya itu, dari undang-undang pokok agraria itu pelaksanaan landreform yang dimanfaatkan oleh orang PKI. Sampai terjadinya G 30 S PKI sesungguhnya perkembangannya dari itu. Antara lain PKI ingin membentuk angkatan ke-5, yang mempersenjatai buruh tani. Itu banyak orang-orang PKI yang mampu menguasai, merayu aparat pemerintah, baik polisi maupun TNI. Kemudian ada batalion yang dengan komandannya itu ikut, 530 itu. Ya itulah NU yang digerakkan oleh almarhum Subhan dan didukung oleh yang lain-lain untuk menyusun kekuatan-kekuatan itu, dan kekuatan itu tersusun melalui Pertanu. Makanya hampir mantan-mantan tentara itu yang jadi pengurus Pertanu.
Mulainya itu dari Jawa Timur atau dari Pusat ? Sudah dari pusat. Tapi di Jawa Timur itu kan hampir di tiap kekuatan itu menjadi kelompok, sampai sekarang kan.
Ya permisi, saya ini kan juga habis sakit, mudah-mudahan saja tanggal 28 nanti bisa hadir kalau tidak bisa, ya supaya diketahui dan dimaafkan. Saya baru dengar ini kalau Pak Hasjim Almarhum. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Dari Drs. WARRI ZEIN, M.Pd.
Ya, saya kira yang pertama seperti yang saya tulis di Prasasti . Di Prasasti itu saya melihat Pak Hasyim itu adalah orang yang tidak pernah wegah. Semangatnya luar biasa. Saya ingin memberikan contoh, pernah ada musyawarah kerja Ma'arif Pusat di Semarang. Pak Hasyim Latief itu tidak punya kapasitas untuk mengisi sebagai Nara sumber, tidak punya kapasitas sebagai peserta, tapi dating. Dia sebagai penasehat di NU ketika itu. Kalau orang lain penasehat itu ya di rumah saja. Jadi di sana itu cuma duduk mendengarkan, bukan Nara Sumber , bukan pimpinan apa , atau apa. Tapi memng sebagai penasehat diundang. Itu datang dari Sepanjang ke Semarang itu. Itu memang luar biasa. Orang lain itu kalau sebagai penasehat ya di rumah saja ,kalau dibutuhkan ditanya dan diminta pendapat itu baru bicara. Dia tidak punya fungsi apa-apa dalam musyawarah itu.
Gagasan/idenya
Terus di NU juga saya melihat gagasan-gagasan Pak Hasyim Latif itu kan Realistis ,tidak muluk-muluk . Banyak orang punya gagasan cemerlang, bagus tapi belum tentu bisa dilaksanakan. Hampir semua gagasan-gagasan , ide-idenya, program-program Pak Hasyim Latief itu, program-program yang dapat direalisir dan dilaksanakan. Sering kali kalau Ma'arif atau NU ada musyawarah, itu kan yang keluar gagasan-gagasan bagus , ideal seperti setiap kecamatan harus ada sekolah percontohan, SMA percontohan. Tetapi nyatanya kan ndak bisa terwujud. La Pak Hasyim itu pikiran-pikirannya iti pikiran yang realistis. Tidak Populer dari segi substansi gagasan ya. Maksud saya kan ada orang yang kalau membuat makalah luar biasa bagus.aaaaaaTApi nggak bisa dilaksanakan. Pak Hasyim Latief itu kalau menulis tidak popular,isinya tidak terlalu bagus dari segi isi , tapi semuanya bisa dilakasanakan . Akhirnya kan sampai setapak-setapak dilaksanakan, dan memberikan contoh sekalian. Kebesaran | ||
![]() |
![]() |
![]() |
YPM itu kan satu bukti. Dalam setiap jabatan yang diemban beliau dilaksanakan dengan program yang realistis tadi. Yang lebih menonjol itu memang di pendidikan. Apapun jabatan yang pernah beliau emban , artinya ketika sebagai politisi, pernah jadi pengurus Nu, tetapi yang paling kental memang di pendidikan. Oleh karena itu ketika jadi politisi , itupun politisi yang anu, karena dilandasi sebagai seorang pendidik., maka tidak seperti orang sekarang yang setiap ucapan bisa bikin geger orang banyak. Itu betul sekali yang dikatakan oleh Pak H. Manab waktu Tahlil , bahwa Pak Hasyim itu tutur katanya teduh,dingin, sejuk. Kalau tidak cocok ya diam gitu saja.
Istiqomah Beliau
Istiqomahnya, terus menerus, tidak lari dari tanggung jawab dalam setiap urusan. Ada orang kan kayak bajing loncat, artinya begitu tidak beres ya pindah. Pak Hasyim itu orang yang istiqomah dalam mengurusi setiap urusan. Istiqomah itu sesuatu yang sangat sulit. Apalagi politisi , biasanya pagi ngomong A sore ngomong B. Esuk tempe sore dele, sesuai sitiasi dan kondisi. Pada waktu Saya (WZ) sebagai ketua LP Ma'arif maupun Pak Saerozi sewaktu-waktu dibutuhkan dalam musyawarah pengurus ya kita minta Pak Hasyim Latief untuk memberikan arahan. Jadi beliau menjadi Ketua Ma'arif itu kan jauh di atas saya (WZ). Sekarang Pak Saerozi, sebelumya saya, sebelum saya Pak Ghofar Rahman, sebelumya Pak Giyanto, sebelumnya Pak Santo, mungkin sebelum Pak Santo itu Pak Hasyim Latief. Tapi melewati sekian periode itu saya saja 15 tahun , tiga perode.Setelah saya Pak Saerozi, sebelum saya Pak Ghofar Rahman dan seterusnya. Itu masih terus sambung beliau dengan Ma'arif. Jadi itu konsistensi dan istiqomahnya itu yang luar biasa. Yang saya respek yang terakhir itu semuanya serba ditoto, artinya beliau menyadari bahwa beliau ini pada akhirnya secara fisik sudah udlur. Kemudian YPM ini ditoto. Ditata , sehingga pada saat beliau wafat perannya kan sudah tidak lagi peran eksekutif. Sehingga | ||
![]() |
![]() |
![]() |
gejolak tidak muncul karena ditoto sebelumnya. Ya itu juga sukar mencari yang seperti itu. Biasanya orang itu selama masih bisa ya jabatan dipegang terus. Putra-putranya itu sudah ditoto. Bayangkan seandainya belum ditata Institusi yang begitu besar lalu kemudian kanjeng Nabi itu saja kan pemakamannya ditangguhkan gara-gara suksesi. Jadi sebelumnya sudah dipersiapkan sehingga tidak ada gejolak setelah beliau wafat. Umumnya itu tidak dilakukan oleh orang lain.Sampai tidak berdayapun sebelum wafat masih ingin memimpin. Apalagi di pesantren , kyainya istrinya dua, tiga lalu jadi rame.
Pesan dan Harapan
Saya berharap , sebab bagaimanapun figure Pak Hasyim Latief itu sebetulnya penting ya. Figur pemersatu, karena masyarakat ita itu kan masih masyarakat paternalis. Apalagi masyarakat NU ketokohan seseorang itu masih. Mudah-mudahan saja sekarang ini itu tidak jadi masalah. Atau saya tidak tahu apa ada yang bisa ditokohkan setelah itu. Terus terang putra-putranya saya tidak begitu kenal. Putra pertama mungkin saya sudah pernah ngajar. Saya berharap ya berbaik-baiklah . Sebab kebesaran YPM itu jangan lupa pada awalnya dulu juga memakai institusi Ma'arif dan NU gitu lo.Awal awal berdiri itu kan semua orang. Pada pidatonya Pak Yai Sholeh Qosim itu waktu di masjid sebelum diangkat itu kan awal-awalnya itu kan banyak orang. Itu tolong jangan lupa. Termasuk uangnya ,tanahnya itu yang mengusahakan orang NU. Dan kalau sekarang ini milik Yayasan okelah itu memang perkembanganya. Akibat NU yang menggak-menggok jalannya. Karena NU itu istiqomah dari awal itu hanya ngurusi pendidikan dan dakwah. Tidak ngurusi politik mungkin tidak seperti ini. Tapi karena NU itu sebagai lokomotif menggak-menggok gerbong yang belakang ini kan Lalu muncul kasus-kasus seperti itu. Sehingga tahun 70-an Ma'arif mengijinkan sekolah-sekolah untuk mengubah nama. Itu resmi ada. Saya berharap orang-orang itu tidak melupakan sejarah. Cara | ||
![]() |
![]() |
![]() |
berbaik-baik itu macam-macem . Di satu sisi Ma'arif sendiri juga menggunakan ukuran yang kaku. Misalnya kalau tidak ikut ujian Ma'arif itu bukan Ma'arif. Khodijah itu kan namanya di Ma'arif Surabaya itu tidak ada datanya. Sampai saya yang di wilayah itu saya akui, di wilayah ada. Sudah mau bayar kontribusi sesuai ketentuan, kalau ada musyawarah ya dating, kalau ada penataran-penataran juga ikut berpartisipasi. Dan sangat besar dan mungkin bisa shering dari segi anggaran. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Dari KH. DR. ACHMAD MUHAMMAD
I. Di NU Saya (KH. Achmad Muhammad) masuk di NU Wilayah Jatim tahun 1974. sebelumnya sudah kenal dengan Pak Hasjim di wilayah, bersama dengan Kyiai Imron Hamzah dan Kyai Abdullah Shiddiq. Saya sering diajak main remi di wilayah. Pak Hasjim itu orangnya supel, enak diajak komunikasi dan mudah. Cuma kalau bercanda, kadang-kadang Pak Hasjim serius, begitu juga di organisasi. Dalam organisasi Pak Hasjim senang pada orang-orang yang serius dalam bekerja. Pak Hasjim termasuk orang yang serius dengan program yang jelas. Saya aktif di NU setelah kuliah. Untuk di NU orang-orang NU yang lebih tahu, saya tidak banyak tahu tentang Pak Hasjim di NU.
II. Dalam Bidang Pendidikan (YPM) Pak Hasjim suka kebersamaan, suka bagi-bagi tugas di dalam ide-idenya. Orang yang ditugasi oleh Pak Hasjim, yang disukai oleh beliau adalah orang yang disuruh langsung mengerjakan, bertanggung jawab (konsisten), berinisiatif. Dan Pak Hasjim kurang suka pada orang yang terlalu banyak mengutarakan tentang problematika tugas yang diberikan (disuruh kerja dulu, ada musykilat, baru bertanya-lapor). Pokoknya harus oke. Saya termasuk orang yang mbeling, saya sering ditugasi P. Hasjim, oke. Tetapi sering tidak tepat waktu. Ketika ketemu beliau saya ditanya "Mad, Wis mari a ? (Sudah selesai ?). Saya jawab, " Dereng pak.". Pak Hasjim tidak marah dengan jawaban itu, beliau tersenyum dan tidak berkata apa-apa. Dan orang yang diberi tugas dicoba sekali, dua kali dan seterusnya. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Kalau yang diberi tugas dikerjakan dengan baik, maka P. Hasjim beri tugas terus. Beliau senang pada orang yang diberi tanggung jawab yang konsisten. Pak Hasjim selalu punya tugas buat anggotanya. Dulu, P. Hasjim pernah berkata pada saya tentang suka dukanya mendirikan Yayasan, ketika itu saya mendirikan Yayasan Hasyim Asy'ari di Sukodono, mulai dari cara mendirikannya sampai pengorbanannya pada Yayasan. Saya diberi keterangan tentang suka duka itu sebagai gambaran yang harus saya lakukan, bukan sebagai pertakut pada saya. Saya pernah diberi amanat sebagai kepala Mu'allimat (SMP putri), kepala perpustakaan meskipun saya tidak pintar, saya bukan administratur yang baik, bukan ahli katalog. Dengan tanggung jawab penuh, terserah saya asal laporannya benar. Saya mengolah perpustakaan diberi kebebasan sampai mengelolah keuangan diberi kebebasan. Tapi asal laporan benar. Jadi istilahnya untuk memberikan improvisasi P. Hasjim sangat merdeka. Dan senang orang yang memberikan inisiatif-inisiatif. Cuma pada umumnya orang merasa takut, orang yang punya keberanian adalah Pak Suhaimi yang berani ngomong pada P. Hasjim. Pak Suhaimi itu pinter mengolah kata sehingga oke. Tentang pendidikan saya punya kenangan manis bersama P. Hasjim yaitu tentang infaq tiap hari. Ketika itu saya bertempat tinggal di Kletek, dipasrahi orang-orang Kletek menjadi kepala MI Darunnajah. Suatu saat orang Kletek dapat landasan (sawahe payu). Lha saya punya ide untuk minta sumbangan untuk membangun gedung MI. Tetapi tidak ada yang menyumbang. Akhirnya saya punya ide, kalau begitu anak-anak saja yang diminta infaq Rp 5,- setiap | ||
![]() |
![]() |
![]() |
hari. Setelah ada perkembangan baik, saya tanya ke P. Hasjim, di mana ada orang yang bisa minjami saya bahan bangunan. Setelah itu dikasih memo sama P. Hasjim ke UD Sri Rejeki Sepanjang dengan membuat kesepakatan ,"Saya minta tolong sampeyan bangunkan madrasah sampai selesai, dengan biaya sampeyan semua, nanti pembayarannya saya cicil Rp 100.000,- perbulan". Jalan setelah 2 tahun madrasah selesai (bertingkat). Pak Hasjim saya undang untuk meresmikannya. Ketika itu saya ditanya, "Duwit opo Mad ?, yek opo carane Mad ?". Saya jawab "Nggih meniko yang sampeyan kasih memo dulu". Kata P. Hasjim " Nek ngono mene nek Halal-bihalal guru-guru ceritakno". Waktu itu saya punya impian gimana supaya YPM bisa berdiri megah di pinggir rel KA, dengan tulisan YPM yang sangat besar hingga bisa dibaca, kelihatan dari Wonokromo, Y P M. Akhirnya ditawarkan kepada wali murid pada acara Haflah dan disetujui berujung menjadi keputusan Yayasan bahwa setiap siswa-siswi dikenakan infaq Rp 100,- setiap hari (tapi waktu itu Rp 25,-). Setelah itu saya tidak aktif mengajar di YPM karena dinas di MTsN II Lakarsantri Surabaya. Setelah 4 tahun saya diminta kembali P. Hasjim untuk mengajar Al-Qur'an selama 3 tahun. Setelah itu saya hanya ngisi pengajian akhir bulan di sekolah-sekolah YPM. Cuma yang terakhir saya diajak Pak Hasjim ngelolah perguruan tinggi, tapi saya diam seribu bahasa, tidak menjawab sama sekali. Waktu peringatan Maulid saya diajak ngomong, "Yek opo Mad ?, Ayo mendirikan STAIN." .Ketika acara walimah di rumah KH. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Sholeh Qosim saya dipegang pundak saya, ditanya lagi, lalu saya ikuti rapat-rapat perguruan tinggi di YPM beberapa kali, tetapi saya setengah hati. Saya banyak kesibukan di luar.
III. Pesan dan Kesan Saya yakin YPM bertahan dan berkembang bila : - Selama ada sistem-sistem yang diciptakan dalam pengelolaannya, sebab figur dari P. Hasjim adalah satu pendorong yang begitu gethot, disiplin, maka begitu beliau wafat _ kita harus pandai menciptakan sistem-sistem yang dikehendaki oleh beliau. Karena P. Hasjim suka menciptakan sistem yang baru. - P. Hasjim orang yang gampangan tetapi kadang-kadang juga sulit untuk mengendalikan. Kalau kita cocok dengan Pak Hasjim, enak. Saya yakin yang sudah berjalan, berjalan dengan baik. Tanpa Pak Hasjim sudah bisa berjalan. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Dari KH. Tolkhah Hasan
Ternyata membuat pak Hasjim baru itu sulit lho, masalahnya apa, konsistennya itu lho yang sulit. Dalam bahasa santrinya istiqomahnya itu yang sulit. Kalau mungkin ilmunya bisa-bisa saja dipelajari ya. Atau mungkin pinternya ngomong itu bisa dikaderkan. Tapi kalau istiqomahnya itu karakter. Itu bagaimana sekarang menyiapkan generasi baru yang punya karakter. Ternyata sulit, kita itu menyiapkan kader rata-rata 10 tahun itu hanya mampu menangani hal-hal yang sifatnya manajerial administratif itu, tapi watak tidak bisa 10 tahun. Ternyata itu butuh mulai awal, mulai minal mahdi. Sekarang kita kesulitan mencari itu. Kepemimpinan-kepemimpinan yang kita miliki sekarang ini, justru yang sangat terasa sekali pemimpin yang istiqomah itu. Maraknya macam-macam konflik di lingkungan ummat itu disebabkan oleh pemimpin-pemimpinnya yang tidak istiqomah. Ummatnya bingung, dulu berkata begitu sekarang berkata begini. Metode istiqomah itu kok belum ketemu. Mari dicari bareng-bareng. Methode istiqomah itu bagaimana, itu karakter. Padahal kata Nabi, kamu lebih bisa percaya kalau ada orang memberi tahu ada gunung pindah daripada kalau diberi tahu ada tabiat yang pindah. Karakter. Tetapi mungkin juga ada pembinaan, mungkin ada. Buktinya militer itu meskipun tidak bisa persis sama, tetapi karakter militer itu ada. Kita belum bisa menemukan satu ..... Ada sebetulnya karakter dalam islam itu yang agak menemukan satu kesamaan. Itu karakter tashowwuf. Orang-orang yang berada dalam dunia tashowuf itu punya kesamaan-kesamaan yang agak dekat. Yang tashowuf beneran ya. Dulu itu di PB itu mantannya yang pertama Pak Munasir, Kedua P Muchid Muzadi, ketiga Pak Hasjim, keempat saya, kelima P.Ma'ruf | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Amin Pak Dawan (al-marhum). Itu orang-orang Tebu Ireng yang di PB waktu itu. Pak Munasir yang ketua angkatan I, terus Pak Muchid, Pak Hasjim, saya. Tapi meninggalnya kok tidak sama tidak berurutan. Habis Pak Munasir tahu-tahu Pak Dawam. Habis Pak Dawan Pak Hasjim. Tahun 60-an waktu itu kita masih ribut-ributnya membenahi Ma'arif, waktu itu Pak Hasjim sudah melaporkan Ansor kepada Almarhum Pak Hisbullah Huda, Pak Hasjim langsung menangani Ma'arif di Jawa Timur ini. Dokumen Ansor mohon diceritakan ! (Pak Fathoni) Waktu itu Anshor mulai mencuat lagi setelah tahun 1945 itu menang setelah menjelang G 30 S itu. Tahun 60 itu memang ada aksi-aksi sepihak itu mulai benturan dengan Anshor pada waktu itu Kita membentuk Banser itu tahun berapa dulu .... di Blitar, tetapi Anshor Jawa Timur waktu itu sudah Pak Huda. Saya ikut kok waktu mendirikan itu Banser, Sukri Ali, Zaqi Ubaid (Pasuruan), kemudian tidak kelihatan lagi. Mulai muncul lagi menghadapi aksi aksi PKI mulai tahun 1959. Mulai habis Dekrit Presiden, mulai persaingan itu begitu tajam, mulai ada pemuda rakyat bersaing. Karena orang NU kalau tidak dimusuhi malah tidak bekerja (bangun). Carikan saja musuh yang banyak supaya bangun. Pak Hasjim itu Ketua Anshor Jatim tahun 60-an. Ada konferensi terus digantikan Pak Huda. Pak Hasjim aktif di Ma'arif dan di Partai. Sebab pada waktu penilaian P. Abdullah Shiddiq sebagai ketua NU di Pamekasan itu P. Hasjim sekretarisnya. Pak Hasjim yang luar biasa itu istiqomahnya dari satu ke lain periode perjuangan ke fase-fase perjuangan itu tidak pernah putus. Watak P. Hasjim yang lain adalah | ||
![]() |
![]() |
![]() |
beliau itu gigih, gigih sekali. Dan yang hebat ini yang perlu dipikirkan, beliau tidak pernah berebut masalah jabatan, memang pada waktu itu begitu. Tokoh-tokoh kita rata-rata nggak pernah menonjolkan ada memperebutkan jabatan itu. Malah yang memulai itu PB. Terutama antara Pak Idham dan Pak Saichu, itu pada waktu mulai ada rivalitas yang tajam. Pak Idahm dan P. Subhan pada waktu itu ada. Yaitu kemudian akhirnya banyak anu, banyak keluar ke beberapa daerah. Itu di Jawa Timur sendiri yang saya mulai mengikuti itu mulai pak Samsul Hadi dan Abdullah Shiddiq. Tetapi tidak tajam sampai pakai menggunakan tim sukses itu tidak ada. Tim sukses itu masuk di NU itu sejak Muktamar di Kediri. Itu mulai ada virus tim sukses masuk ke dalam Muktamar. Di Cipasung itu bukan tim sukses sesama NU tetapi pemerintah dengan NU. Melalui Abu Hasan itu kan orangnya pemerintah. Jadi NUnya sendiri tidak siap dengan tim sukses waktu itu. Yang moneypolitik memang mulai Cipasung. Sebab pada waktu Abu Hasan sudah mulai membagi uang. Tetapi uangnya Abu Hasan waktu itu belum banyak yang mau menerima. Karena pada waktu itu barangkali hukumnya masih haram. Setelah Kediri itu mengikuti hukumnya berubah menjadi makruh. Setelah Solo hukumnya sunnat, yaitu ndak tahu nanti selanjutnya. Jadi dengan istiqomah dan gigihnya Pak Hasjim menjadikan diri beliau disegani di NU. Ya kharismanya di situ. Kharismanya itu dibentuk dari pengabdian yang berjalan cukup panjang, kemudian didukung sikap konsisten yang cukup kuat. Sebab dulu membesarkan YPM itu gentenan sambat dengan saya. Saya waktu mendirikan Unisma itu minta tolong Pak Hasjim untuk menghutangkan uang kepada H. Syukri Surabaya sebesar Rp | ||
![]() |
![]() |
![]() |
200.000.000,- ya dihutangkan gitu itu tahun 1982. kurs sekarang .. Terus jumputan itu masih ada ? Jumputan itu ada, tapi tidak tekun ngurusi itu. Yaitu kegigihannya antara lain saya dianjurkan pakai jumputan itu. Saya tidak sanggup kalau hanya disuruh ngurusi jumputan, waktu saya habis untuk ngurusi jumputan. Peran Abah di Muktamar Situbondo. Ya pada waktu itu P. Hasjim mau mengadakan seminar di wilayah NU. Setelah tingkahnya ketua PPP Naro itu. Pak Hasjim nelpon saya, "P. Tolchah sampeyan membuat oret-oret P. Tholchah, enaknya NU ini pisah ndak dari politik", itu saya ditelpon P. Hasjim, "Minggu depan kita bertemu di Surabaya". Saya menyiapkan satu orat-oretan satu makalah itu. Saya lebih cenderung agar supaya NU, selama PPP masih begini, memisahkan diri dari PPP. Trus seminar di jalan Darmo ini tidak jadi. Terus makalah saya, makalah saya, saya serahkan Gus Dur pada Fahmi almarhum, Fahmi Ja'far. Fahmi bilang, "P. Tolchah sampean serius ini ?" _ "ya serius". Terus kita ketemu Gus Dur dan Fahmi, di kantornya Fahmi di UI tahun 1981. Bagaimana kita memulai itu. Kita buat opini bahwa NU lebih baik keluar dari politik praktis ini. Pada waktu itu Gus Dur yang kita harapkan. Karena pada waktu itu yang masuk struktural PB hanya Gus Dur. Saya dengan Fahmi tidak jadi apa-apa. Gus Dur bagaimana, oke. Caranya bagaimana _ temui kyai-kyai tuwo (sepu ) yang kira-kira sudah tertarik lagi dengan : 1. Ketidaktertarikan tentang kepemimpinan NU yang sudah 25 tahun tidak ganti-ganti itu. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
2. Ketidaktertarikan dengan tingkahnya Naro yang waktu itu yang dipilih, kemudian kyai As'ad, Kyai Masykur, lalu Kyai Ali (Kraprak) Kami, P. Fahmi dengan saya dan beberapa orang yang kira-kira bisa kita ajak bicara termasuk P. Hasjim Latief, P. Muchid Muzadi, Gus Mus, Farid Budairi, Slamet Efendi Yusuf, Ikhwan Syah, ada lagi . Terus kita mengadakan pertemuan di Hotel Hasta di Senayan. Di sana mulai kita bicarakan. Karena pada waktu itu 25, dinamakan majlis 25. Untuk kerja sehari-hari kita bentuk majlis 7 yang mensosialisasikan pikiran-pikiran itu. Pada waktu itu adalah P. Farid Budairi, saya, Ichwan Syah, P. Hasjim Latief, P. Muchid Muzadi, Gus Mus, P. Slamet Efendi Yusuf. Mulai itu lalu mulai tersebar, wilayah-wilayah sudah mulai kita kirim virus NU khittoh itu. Jadi yang menjadi isu kita, masalah kembali ke khitthah dan kedua mengenai asas tunggal. Jadi P. Hasjim sebagai inisiator, yaitu ikut kelompok-kelompok muawwal ini. Jadi pada waktu kepada pemerintah, kita minta supaya diijinkan mengadakan pertemuan Majelis Ulama', untuk membicarakan masalah asas tungal. Tetapi kepada teman-teman internal NU kita bicara mengenai kembali ke khitthoh. Sampai dengan tahun 1983 kita mengadakan Munas Alim Ulama' di Situbondo. Kemudian dilanjutkan dengan Muktamar. Jadi pada waktu merumuskan khitthah ini ya Pak Hasjim, kita-kita ini yang jadi bidannya. Pak Hasjim lebih memilih berjuang di dunia pendidikan khususnya sekolah, bukan ma'had (pondok). Sehingga orang lebih kenal dengan sebutan P. Hasjim, bukan Pak Kyai Hasjim - kata Pak Warizein. Dilanjutkan oleh Pak Tolchah - sebab pada waktu itu kyai itu disamping punya ilmu, akhlaknya punya satu integritas moral. Dan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
ada guyonan, bisa dipanggil kyai itu ada 2 syarat yaitu punya pondok dan punya potongan. Orang-orang macam saya, Pak Hasjim itu tidak punya potongan. Adakah kesamaan antara abah dengan Pak Tolchah ? Ya, masak saya harus saingan dengan saudara-saudara saya, bibi saya, paman saya punya pesantren, saya mendirikan pesantren saja. Kalau saya kalah tidak apa-apa, saya khawatir kalau saya yang menang itu. Jadi akhirnya saya nggarap sekolah formalnya, nanti anak-anak itu kita anjurkan pulang ke pesantren. Menjelang khitthoh itu ada peristiwa antara Cipete dan Situbondo - kata Pak Thoni. Lanjut Pak Tholchah _ itu bukan menjelang, justru yang sudah rame-ramenya itu. Pak Idham kan ada di Cipete waktu itu. Cipete tidak setuju dengan kembali ke khitthah itu. Di Situbondo ini bertahan untuk kembali ke khitthah. Sehingga antara dua pengikut ini, lalu ada satu kelompok Cipete dan ada kelompok Situbondo. Kita-kita ini yang tidak masuk struktur, termasuk saya, Pak Fahmi segala macam ini, Pak Muchid segala macam itu. Itu namanya kelompok gelandangan NU, sebab gak jelas ini. Waktu itu belum ada istilah kultural. Jadi kita itu dalam waktu sampai muktamar Yogya, kita tidak punya jabatan apa-apa. Tapi untuk bagian menyusun rumusan-rumusan ini, rumusan-rumusan keputusan itu, bahkan kita sebelum dirumuskan sudah membuat konsep dulu di rumah. Ah, di sana agak dipaksakan menjadi sah masuk di dalam rumusan-rumusan itu. Bentuk-bentuk perundingan-perundingan dulu di Sepanjang berkaitan dengan ishlah. Dulu mekanimesnya bagaimana ? - Tanya Pak Thoni. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Jawab Pak Tholchah _ itu saya tidak mengikuti lebih jauh. Yang tahu persis itu pak Imron Hamzah. Saya tidak mengikutinya lebih jauh masalah ishlah di Sepanjang. Itu sebetulnya ishlah itu formalitas. Dari kubu Cipete nggak bisa menerima. Awalnya kan Paidi mengundurkan diri. Sebelumnya didasari oleh unsur Undang-Undang. Itu bagaimana ? _ tanya P. Fauzi. Dilanjutkan Pak Tholchah - Itu hampir semacam diilhami oleh super semar itulah. Kyai menghendaki supaya pak Idham datang. Pak Idham juga datang pada waktu di Situbondo, itu beliau datang meskipun tidak masuk arena. Kemudian pada tahun 80-an ke atas para pemuda-pemuda NU sudah banyak yang sarjana sehingga muncul pemikiran-pemikiran baru. Bagaimana untuk menyikapi itu ? _ tanya pak Suhardi . Pak Tolchah menjawab _ itulah mulai tahun 80-an itu sebetulnya saya, P. hasjim, P. Musa Abdillah, P. Fahmi dan beberapa teman dari Jawa Timur pada waktu itu termasuk P. Ghofar Rahman itu memikirkan bahwa pendidikan di NU ini tidak seimbang dan balance gitu, terlalu banyak pendidikan kita ini terlalu banyak berkonsentrasi pada pendidikan agama. Padahal kebutuhan NU sudah terasa sekali membutuhkan beberapa keahlian. Sehingga ada pertemua-pertemuan pada waktu itu yang termasuk P. Hasjim, P. Fahmi, Pak Sarbillah, saya dan siapa lagi (lupa). Itu membicarakan bagaimana kalau di Indonesia itu, minimal sekarang tahap awal itu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI, DIY, punya lembaga-lembaga tingkat Universitas. Dan diberi waktu 5 tahun untuk itu, mana yang sudah bisa jalan membantu yang lain yang belum jalan. Pada waktu itu di Jawa Timur di serahkan pada kami di Malang, terus di Jateng itu sebetulnya itu P. Musa Abdullah sendiri, lalu di Yogya P. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Syaiful Mujab, Jakarta dan Jabar P. Fahmi, pendekatannya terserah modelnya teserah tapi gimana dalam waktu 5 tahun antara tahun 80-an s/d 85 itu terwujud. P. Syaiful Mujab bisa mendirikan perguruan sekolah tinggi ekonomi. Jabar kemudian di Almusadadiyah, di Al Musaddad mendirikan ST industri. Terus kami nekad membuat Universitas. Jawa Tengah malah yang agak lamban sekali juga Jakarta. Nggak ngerti saya mengapa Fahmi kok kesulitan. Padahal di Jakarta kumpulnya teman-teman NU dari berbagai daerah. Itu jadi intinya jalan Unisma jalan tahun 1981 berdiri. Kemudian Pak Mujab tahun `81/'82. Musadadiyah 1983. jadi mulai itu muncul sekolah-sekolah tinggi yang bukan agama. Terus di Jatim berkembang sekolah _ sekolah tinggi Perguruan Tinggi Islam, ST Agama Islam di mana-mana sampai saya katakan ini perguruan tinggi masuk desa. Sampai ke desa-desa, di Sukodadi ada, di mana _mana ada. Semua itu akhirnya kita yang kewalahan. Karena kita yang diminta untuk menfasilitasi bagaimana memberikan penjelasan sampai dibangun segala macam ini (Qomaruddin). Termasuk di Madura tahu-tahu di Pamekasan situ mendirikan satu Universitas, di dalamnya tidak ada apa-apa sama sekali, jadi kita membuatnya. Kediri juga mendirikan Universitas Kediri. Di sana membuka fakultas peternakan satu insinyur pertenakan pun tidak punya. Akhirnya sampai yang dari Malang ini, mulai dari laboratorium sampai orangnya dikirim ke Kediri. Diangkut itu laboratoriumnya pada waktu ada pemeriksaan dari kopertis. Dua tenaga S-2 peternakan Universitas kami pinjamkan ke sana supaya bisa diakui. Begitulah semangat pada waktu itu. Terus P. Hasjim akhirnya juga nyusul mendirikan STT, STIE, AAK. Karena punya STM, SMEA, SMA. Hubungannya dengan perkembangan saat ini, yang di sana-sini | ||
![]() |
![]() |
![]() |
ditubuh NU-khususnya generasi muda dengan konflik-konflik yang terjadi. Masalah seperti ini menurut pak Kyai bagaimana ? Kemudian sebaiknya dimunculkan tokoh yang seperti apa untuk mengishlahkan ? - tanya P. Hardi. Dengan tersenyum P. Tolchah menjawab " Sebetulnya yang tua-tua jangan ikut-ikut. Sebab dalam situasi seperti ini biasanya orang itu bertanya kepada yang lebih tua. Kalau yang tua sendiri ikut konflik bagaimana ? Kalau yang muda-muda ini diharapkan untuk kembali pada niat yang ikhlas. Kalau tidak diniati yang ikhlas, memang gampang dipancing untuk kepentingan-kepentingan sesaat. Anak muda sekarang ini kan pinter-pinter. Lebih pinter dari gurunya saya dengan P. Hasjim. Dulu bodoh tidak pernah konflik. Sekarang pinter kok malah konflik. Terlalu besar, kalau bahasa teknisnya ini mestinya ego individunya terlalu tinggi dibanding dengan ego grupnya. Yang tua-tua lebih banyak ngemong jangan terlibat di dalam konflik. Pak Nul _ kebetulan saat ini putra-putri, menantu P. Hasjim kumpul. Barangkali ada pesan dari pak Kyai. Saya termasuk sahabat karib P. Hasjim yang sudah meninggali sesuatu yang sangat besar itu. Terutama pendidikan itu masalah besar dan mahal. Harapan saya pada ahli waris, warisan yang satu ini dirumat bersama tetapi jangan dibagi-bagi. Warisan yang lain terserah. Warisan yang satu ini sebagai amal. Jangan dikapling. Bagaimana, bisa didukung oleh lebih banyak kelompok-kelompok. Masak dulu Pak Hasjim sendirian bisa begitu, sekarang putranya yang lebih banyak ini bisa membuat lebih dari itu paling tidak bisa mengokohkannya. Gini pak ya, tadi ngomong dengan teman-teman pagi tadi, ternyata | ||
![]() |
![]() |
![]() |
penyakit yang umum terjadi setelah ditinggal yang tua ini, penyakit bersaing. Itu bukan hanya dalam hal apa ya. Unisma itu setelah saya tinggal, sedikit di sana meskipun tidak terbuka itu sudah mulai ada rasa bersaing. Di sekolah saya yang waktu tahun '59 dengan hanya 11 murid sekarang sudah 4000, itu ya antar sekolah itu anu berusaha untuk mengklaim anunya sendiri-sendiri. Ya gitu itu kalau dalam keadaan terselesaikan gitu itu nunggu yang tua datang dari Jakarta terus diselesaikan bersama. Kadang-kadang ya dipisuhi, ndak tahu asal usulnya hak, tahu-tahu sekarang bisanya hak eker-ekeran. Itu baru dini. Dan lucunya yang jadi perebutan itu cuma kepentingan tadi, rebutan kelas, fasilitas yang ada, dana yang ada. Padahal gak ikut punya hak, awalnya ndak tahu, itu penyakit. Tapi biasanya di pondok di hal yang semacam pondok, itu nggak begitu terbuka karena masih dalam suatu keluarga. Tapi itu tidak menutup kemungkinan juga kalau bisa terpicu juga untuk hal-hal semacam itu. Oleh karena itu mendirikan lembaga pendidikan seperti YPM bukan masalah yang sederhana. Saya sendiri punya pengalaman dan terlibat di dalam mengembangkan pendidikan, betul-betul berat. Saya kemarin ditanya oleh wartawan hari Senin yang lalu, Pak Tolchah mendirikan sekian banyak sekolah di beberapa tempat itu habis uang berapa ? waduh saya itu, juga tidak pernah menghitung. Saya tidak tahu berapa uang yang sudah terinvestasi. Karena dulu saya tidak pernah ngitung. Yang jelas sumbernya dari Allah dan dari ummat, berapa jumlahnya saya tidak tahu. Kalau setiap sekolah kami anggap sekian saja, itu berarti sudah sekian puluh milyard. Saya membuka pondok pesantren teknolgi di Riau kerjasama dengan Pemda Riau, itu dalam laporan panitia menghabiskan 16 milyard. Mulai sekolah asrama, kemudian work shop, lab., masjid, habis 16 milyard. Juga akan dibuka di Kaltim | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Pak H. Rusli ketua NU wilayah akan dibuka SD fullday di sana 4 lantai gedungnya habis 6 milyard dengan laboratoriumnya. Jadi memang mahal. Saya tidak tahu di YPM sudah berapa puluh milyard. Dan tidak semua orang punya kesanggupan untuk memobilisasi dana sekian itu. Itu butuh kepercayaan masyarakat, mungkin sama-sama membangun, tapi antara Pak Hasjim yang ngomong sama orang lain yang ngomong beda. Itu saya rasakan sendiri di sekolah-sekolah kami ini apabila kepepet tidak punya uang pinjam ke bank. Itu sederhana saja asal ada tanda tangan Pak Tolchah saja. Jadi akhirnya saya punya utang karena yang tanda tangan saya. Dulu waktu saya jadi rektor di Unisma kalau butuh uang 200 _ 300 juta langsung telpon BCA, langsung disiapkan, dan ditanya jam berapa dibutuhkan. Jadi yang ditanya jam berapa bukan jumlah berapa, dan langsung dikirim. Sekarang teman-teman kalau mau pinjam uang _ milyard saja sulit setengah mati. Memang membangun kepercayaan masalah yang tidak gampang. Lha Pak Hasjim itu dipercaya oleh masyarakat, dipercaya oleh beberapa lembaga. Sama-sama mengajukan mau mendirikan sekolahan. Orang bisa dipercaya oleh masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat itu kalau ada keyakinan bagi mereka itu. Untuk memberikan kepercayaan yang begitu itu tidak bisa dengan tahunan itu, itu harus diuji beberapa tahun, dan itu mahal. Hal yang begini jangan sampai rusak. Saya hanya merasa betapa beratnya. Sebab melahirkan Pak Hasjim baru itu butuh waktu yang lama. Nanti ada barangkali, mudah-mudahan semoga, biasanya tidak semuanya, dari sepuluh anak mungkin ada 3 yang tekun begitu, yang lain barangkali lebih senang dagang sajalah banyak uangnya. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Sekarang ada gangguan baru di tengah-tengah umat barangkali ikut pilkada sajalah. Kalau orang begini-begini jangan ikut ngurusi seperti YPM, sulit itu. Saya selama 23 tahun mendirikan Unisma saya lepaskan semua pekerjaan saya. Pertanian saya, peternakan saya, perdagangan saya. Saya ditari oleh Pak Said untuk menjadi anggota DPR Golkar, PPP saya tidak mau. Saya untuk dijadikan menteri Gus Dur itu diberi tahu 3 hari sebelum dilantik saya ditelpon malam-malam jam 23.00. Pak Tolchah hari ini sampeyan ke Jakarta ya ! (Gus Dur), ada apa Gus ? (Pak Tolchah), sampeyan tak minta jadi menteri Agama di kabinet saya (Gus Dur). Terus bagaimana, sampeyan datang ke Jakarta membawa baju sendiri dikarenakan saya tidak siapkan baju untuk sampeyan. Karena Gus Dur saya berangkat. Unisma saya serahkan kepada pengganti saya. Monggo kale disambi monggo-monggo (mempersilahkan tamu). NU itu suatu organisasi yang begitu besar kok tidak punya suatu kepedulian terhadap pelayanan kesehatan, aneh gitu lho, di PB itu mbok ada lembaga yang mengurusi ini. Lha maksud saya kalau memang bersedia ayo sekarang mengadakan kerjasama dengan fakultas kedokteran ini atau dengan fakultas kedokteran plus rumah sakit Unisma, itu kalau mau, kalau gak mau ya sudah. Lha saya sendiri itu sejak dulu berpikir mengenai sekolah pendidikan kesehatan jadi anak saya itu yang no. 1memang dokter perempuan terus cari suami yang dokter juga. Jadi sampai sekarang ini di rumah sakit bersalin samping itu, karena sekarang dipegang anak muda, itu namanya diganti yang dulu rumah sakit bersalin muslimat sekarang diganti MMC (Muslimat Medical Centre), apa sajalah gak apa-apa yang penting itu misinya tetap. Ya itu bagus itu. Jadi tadi anak-anak itu bisa dikembangkan sebuah rumah sakit. Rumah sakit itu ruwet, | ||
![]() |
![]() |
![]() |
ya ruwet, pelayanan kesehatan itu yang paling cepet dapat duit itu persalinan, gampang, jadi kalau ingin nggak terlalu lama terbebani cepet saja buka yang rumah bersalin dulu, yang lain-lainnya nanti nyusul. Rumah bersalin itu lebih cepet karena orang yang mau punya anak itu kan tidak ada yang ngempet itu tidak ada. Itu YPM itu kan sudah merupakan suatu nama yang populer tho, kalau ada rumah bersalin atau rumah sakit bersalin YPM itu kan sudah paham. Jangan rumah sakit yang itu lho apa yang Rumah Sakit Islam tapi yang diurusi itu bangsanya THT dan segala macam, aduh apa itu. Persalinan, kemudian ini UGD atau operasi itu saja, itu cepat dapat duitnya, apotik. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
BAB KESATU MASA KANAK-KANAK DAN REMAJA Sejak akhir abad ke-18, Jombang memainkan peranan yang sangat besar dalam perjalanan bangsa Indonesia. Banyak sekali tokoh pergerakan dan pejuang nasional yang dilahirkan oleh pesantren-pesantren di Jombang. Bahkan, mungkin Jombang adalah satu-satunya daerah kabupaten yang paling banyak melahirkan pemimpin bangsa, terutama pemimpin agama Islam. Di Jombang terdapat empat pesantren besar, yaitu Tebuireng, Darul Ulum, Bahrul Ulum, dan Mambaul Ma'arif. Ketiga pesantren tersebut, sejak awal berdirinya, telah melahirkan lulusan yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Namun, di antara keempat pesantren tersebut, yang paling besar peranannya ialah Peantren Tebuireng yang didirikan oleh Hadratus Syekh K.H. Hasyim Asy'ari pada 1899. Tak tehitung banyaknya tokoh dan kader bangsa hasil didikan pesantren ini. Pada abad ke-20, Pemerintah Jepang mencatat sekitar 2000 kiai di Jawa dan Madura adalah hasil didikan Pesantren Tebuireng, sehingga Tebuireng disebut sebagai pabrik kiai. Dan, salah seorang tokoh ulama dan pejuang hasil didikan Hadratus Syekh K.H. Hasyim Asy'ari ialah Munir Hasyim Latief, yang kemudian lebih dikenal dengan K.H. Hasyim Latief. K.H. Hasyim Latief dilahirkan di Sumobito, Jombang, pada 17 Mei 1928. Ayahnya bernama H. Abdul Latief. Kakeknya, H. Imam Zuhdi, adalah seorang penghulu Agama di Sumobito, Jombang. Seperti anak-anak dan hampir semua bangsa Indonesia yang hidup pada masa penjajahan Jepang, Hasyim Latief harus menjalani kehidupan yang serba sulit. Bahkan, ia pernah mengalami guncangan batin karena ibu dan kakaknya meninggal dunia, sedangkan ayahnya berada dalam tahanan Jepang. H. Abdul Latief ditahan oleh Jepang waktunya hampir bersamaan dengan penangkapan terhadap Rais Akbar NU Hadratus Syekh K.H. Hasyim Asy'ari. Peristiwa itu bermula dari pengambilan barang-barang milik Belanda di Pabrik Gula (PG) Cukir, Kecamatan Diwek. Dua hari setelah Jepang mendarat, orang-orang menyerbu PG Cukir. Mereka tidak mengambil gula, | ||
![]() |
![]() |
![]() |
tetapi mengambil barang-barang berharga milik Belanda yang tersimpan di PG, seperti kain wool, mesin jahit, mesin tulis, dan sepeda. Orang-orang yang mengambil kain tidak hanya sepotong atau dua potong, tetapi gebokan. Setiap orang mengambil tiga hingga empat gebok. Melihat orang-orang mengambil barang tanpa merasa bersalah, Hasyim Latief juga ikut mengambil barang. Ia mengambil mesin tulis kecil bermerk Hermes Barby. Dua hari kemudian, seorang Asisten Residen Belanda di Jombang berkebangsaan belanda datang dengan berkendaraan fiat kodok. Melihat kedatangan Asisten Residen itu, orang-orang berkerumun hendak menawur Asisten Residen. Kemudian Asisten Residen itu mengeluarkan pistol dan di tembak-tembakkan. Salah seorang bernama Sai tertembak tangannya. Tertembaknya Sai mengundang kemarahan masyarakat. Asisten Residen itu ketakutan lalu melarikan mobilnya ke Jombang. Ia selamat, tapi kaca mobilnya pecah terkena lemparan. Orang-orang lalu berbondong-bondong ke rumah Asisten Wedana. Mereka menganggap bahwa Asisten Wedana telah melakukan kesalahan, karena membiarkan Asisten Residen datang ke Cukir dan menembak orang. Karena itu, mereka ingin menyerbu rumah dan menghajar Asisten Wedana. Melihat kejadian itu, H. Abdul Latif segera bertindak untuk mencegah kemarahan masyarakat. Sebab, bila Asisten Wedana terbunuh, keadaan akan semakin kacau. Dengan sekuat tenaga ia meminta agar orang-orang tidak menyerbu rumah Asisten Wedana. Akan tetapi, orang-orang tidak mau dicegah. Mereka ngotot ingin membunuh Asisten Wedana. H. Abdul Latif pun menantang orang-orang dengan berkata, "Ayo nek koen katene mateni Asisten Wedodno, patenono aku patenono dhisik! (Ayo kalau kamu mau membunuh Asisten Wedana, bunuhlah saya dulu)". Tetapi, tidak ada seorang pun yang berani melakukan, dan akhirnya mereka patuh kepada H. Abdul Latif. Lalu H. Abdul Latif menyuruh orang-orang agar kembali pulang. Mereka pun patuh sehingga selamatlah Asisten Wedana. Seharusnya Asisten Wedana berterimakasih kepada H. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Abdul Latief, karena kehadiran H. Abdul Latief telah menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi, ia justru menaruh kebencian kepada H. Abdul Latief, karena rakyat lebih patuh kepada H. Abdul Latif daripada kepada dirinya sebagai Asisten Wedana. Asisten Wedana heran melihat kepatuhan penduduk kepada H. Abdul Latief. Mereka patuh kepada orang biasa, tetapi tidak patuh kepada Asisten Wedana yang sedang berkuasa. Dia tidak rela melihat kepatuhan masyarakat terhadap H. Abdul Latief. Dia lalu berkomplot dengan 4 orang lurah terpandang untuk memfitnah H. Abdul Latief. Mereka melapor kepada Pemerintah Jepang bahwa yang menyuruh orang-orang mengambil barang-barang di PG Cukir adalah H. Abdul Latief. Karena laporan tersebut, H. Abdul Latief pun ditangkap dan ditahan oleh Kempeitei. Kempeitei dalah polisi militer Jepang yang tugas utamanya mengusut, melacak, dan menghancurkan semua perkumpulan dan perorangan yang menentang atau menolak mengikuti dan menaati ketentuan Pemerintah Jepang. Saat itu Hasyim Latief benar-benar mengalami penjajahan mental. Selama ayahnya dalam tahanan, ia bersama kakaknya tertua, kakak ipar, dan seorang adiknya tiap malam membaca surat Yasin 41 kali dan Shalawat Nariyah 3363 kali. Bacaan tersebut dibagi 4 orang. Kalau kebetulan kakak iparnya sedang pulang ke rumahnya, sekitar 6 kilo meter dari rumah K.H. hasyim Latief, bacaan tersebut harus diselesaikan oleh K.H. Hasyim Latief bersama kakak dan adiknya. Pada tiap hari Kamis K.H. Hasyim Latief berpuasa. Pada pukul 17.00, saat menjelang maghrib, ia berjalan menuju Desa Betek, Kecamatan Mojoagung, ke makam Sayyid Sulaiman untuk berdoa agar ayahnya segera dapat keluar dari penjara. Setelah salat maghrib ia masuk ke makam hingga tiba waktu subuh untuk mengkhatamkan Alquran. Kadang-kadang pada pukul 11 malam ia keluar untuk beristirahat. Setelah makan ketan dan minum kopi, ia kembali ke makam dan membaca Alquran sampai khatam. Karena itu, meskipun saat itu belum menguasai tata bahasa Arab, K.H. Hasyim Latief dapat membaca Alquran dengan lancar karena telah terbiasa mengkhatamkan Alquran. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Selama ayahnya berada dalam tahanan, tiap dua hari K.H. Hasyim Latief mengantarkan pakaian dan satu rantang makanan untuk ayahnya. Tiap sore setelah asar ia naik sepeda menuju penjara. Bagi K.H. Hasyim Latief, tugas tersebut cukup berat, karena ia harus mengendarai sepeda yang masih menggunakan ban wungkul. Saat itu sepeda yang menggunakan ban angin _ seperti sepeda saat ini sulit dicari dan harganya mahal. Karena menggunakan ban wungkul, maka kayuhannya terasa berat, dan akan semakin terasa berat. Kalau kebetulan angin bertiup dari barat ke timur, naik sepeda dengan membawa rantang terasa berat sekali hingga K.H. Hasyim Latief ingin menangis. Saat itu penderitaan K.H. Hasyim Latief bersama saudara-saudaranya sangat berat, sehingga keluarganya terserang penyakit paru-paru. Bahkan, akibat serangan penyakit paru-paru, kakaknya yang tertua meninggal dunia di Kediri, di rumah famili ibunya. Sejak saat itu, K.H. Hasyim Latif tinggal di rumah bersama ibunya dan kakaknya yang nomer dua, yang bernama Muhammad _ ayah budayawan Emha Ainun Najib. Untuk makan setiap hari, K.H. Hasyim Latief berusaha mencari sendiri dengan menjual jajan. Selain terpaksa, ia juga sangat kasihan terhadap ibunya. Ia membuat ampyang, yaitu jenis makanan terbuat dari aking yang digoreng dengan pasir kemudian dicampur dengan gula. Dalam memasarkan ampyang, K.H. Hasyim Latief dibantu oleh teman-temannya. Mereka giat membantu mengirimkan ke warung-warung. Bahkan, juga ada yang menjual ke sekolah-sekolah. Penderitaan K.H. Hasyim Latief kian berat ketika ibunya meninggal dunia. Tentu saja K.H. Hasyim Latief sangat berduka. Namun, di balik rasa duka itu dia merasakan kepuasan tersendiri, karena di antara keluarga dan saudara-saudaranya dialah yang paling banyak menunuggui serta merawat ibunya. Bahkan, ibunya meninggal di pangkuan K.H. Hasyim Latief. Saat itu dia berusaha agar ayahnya diperkenankan pulang, tetapi tidak diperbolehkan. Jadi, ketika istrinya dimakamkan, H. Abdul Latif tidak tahu karena berada dalam penjara. Saat itu H. Abdul Latief sudah menjalani masa tahanan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
di penjara Sudaru. Tugas K.H. Hasyim Latif yang berhubungan dengan ayahnya lebih ringan. Dia hanya mengirimkan pakaian dan makanan sekali dalam seminggu, yaitu pada tiap hari Minggu pagi, karena selain pada hari Minggu tidak boleh mengirimkan pakaian dan makanan. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
BAB KEDUA RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1. Berguru kepada K.H. Hasyim Asy'ari
Pada masa kanak-kanak K.H. Hasyim Latief tidak mengenyam pendidikan formal. Ketika berusia 8 tahun, ia belajar di Pesantren Tebuireng. Pada waktu itu pendidikan di kalangan umat Islam, khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), menggunakan sistem madrasi atau klasikal. Saat itu sistem klasikal juga baru diterapkan, sekitar 10 tahun. Jadi, dalam pengajaran belum ada pemisahan karena umur dan ilmu pengetahuan . Santri pada tiap kelas mencapai 100 anak, bahkan hebih. Ketika mengikuti pelajaran para santri duduk dan menulis di lantai karena belum ada dampar (bangku). Pengajarannya menggunakan metode hafalan yang tidak disukai oleh para ahli pendidikan saat ini. Para santri ditempat di bilik-bilik yang disebut pondok yang juga disebut gutekan. Setiap bilik ditempati oleh 5 sampai 10 orang. K.H. Hasyim Latief menempati sebuah bilik bersama kakaknya dan 3 orang santri lain yang sama-sama berasal dari Kecamatan Sumobito. Ia di pesantren Seblak, salah satu bagian dari Pesantren Tebuireng, yang terletak sekitar 3 km sebelah utara Tebuireng. Pengasuhnya adalah K.H. Mahfudz Anwar yang kemudian dikenal sebagai ahli falaqnya NU. Ia juga bertindak sebagai lurah pondok. Selain K.H. Mahfudz, di Pesantren Seblak juga terdapat Lurah Pondok yang ditugaskan kiai untuk mengawasi para santri. Ia bernama Jaing, santri dari Kudus yang pernah sekolah di HIS (sekolah SMP pada zaman Belanda). Ia cukup pandai dalam pelajaran umum. Selain menjadi Lurah Pondok, pada siang hari ia menyelenggarakan kursus bagi para santri, mengajarkan berhitung, ilmu bumi, dan membaca. Karena itu, pengetahuan umum para santri meningkat. Hadratis Syekh K.H. Hasyim Asy'ari juga ikut mengajar, tetapi hanya mengajarkan kitab dan sifatnya monosuko. Artinya, | ||
![]() |
![]() |
![]() |
dalam mengikuti pengajian tersebut tidak ada keharusan. Semua santri boleh ikut atau tidak ikut mengaji. Jadi, tidak seperti pengajaran di madrasah yang waktunya telah ditentukan tiap setelah shalat lima waktu. Hadratus Syekh K.H. Hasyim Asy'ari adalah seorang ulama besar. Ia belajar di Makkah selama beberapa tahun untuk memperdalam ilmu agama. Dalam buku yang ditulis oleh As'ad, penulis Arab yang menulis sejarah para pahlawan _ terutama para ulama _ Asia Tenggara, dijelaskan bahwa ketika akan pulang ke Indonesia K.H. Hasyim Asy'ari bersama teman-temannya dari Afrika berikrar untuk mendidik rakyat agar tidak terus-menerus dijajah. K.H. Hasyim Asy'ari adalah ulama yang sangat alim, terutama dalam bidang ilmu Hadis. Beliau sangat ahli dalam ilmu Hadis. Pada tiap bulan puasa beliau mengajarkan kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Sehingga tiap bulan Ramadhan banyak santri dan kiai yang datang ke Pesantren Tebuireng untuk mengikuti pengajian K.H. Hasyim Asy'ari. Orang-orang yang ingin mengaji bukan hanya para santri. Murid-murid K.H. Hasyim Asy'ari yang telah lulus, yang telah mendirikan pesantren, juga banyak yang berdatangan untuk memperdalam ilmu Hadis. Juga banyak kiai yang ikut mengaji. Bahkan, di antara mereka ada yang datang bersama keluarganya, mereka tinggal di pondok Tebuireng. K.H. Hasyim Asy'ari adalah ulama yang tidak pernah hidup dari pemberian orang lain. Ia juga tidak pernah menerima uang atau mengambil uang dari pondok pesantren. Ia mencukupi kebutuhan hidupnya dari hasil sawah yang terletak di desa Mbadas, sekitar 10 km dari Tebuireng, yang penggarapannya dikerjakan oleh orang lain. Pada sekitar pukul 7.30 WIB, setelah mengajar para santri, ia pergi ke sawah dengan mengendarai dokar, dan baru pulang pada pukul 11.00 WIB. K.H. Hasyim Latief merasa beruntung karena dapat berguru secara langsung kepada K.H. Hasyim Asy'ari. K.H. Hasyim Latif juga sempat mengikuti khataman Shahih Bukhari dua kali. Selain K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. Mahfudh Anwar, para ulama yang pernah mendidik K.H. Hasyim Latieh ialah K. Syarkawi (Blitar), K. Da'im (Kudus), K. Nur Azis (Singosari), dan K. Syamsun (Gayam). | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Setelah 6 tahun belajar di Pesantren Tebuireng, K.H. Hasyim Latief pulang ke Sumobito. Namun, ia terus mencari ilmu dengan mengaji kepada K.H. Syamsul Huda Sumobito dan K.H. Arif Balongdowo, Jombang.
2. Otodidak dan Kutu Buku Ketika belajar di Pesantren Tebuireng, K.H. Hasyim Latief memiliki kegemaran membaca buku. Bagi seorang santri yang masih belia, membaca buku merupakan kebiasaan yang aneh. Ia mendapatkan buku bacaan dengan cara menyewa di habilitek, yaitu perpustakaan milik Pemerintah Belanda yang terdapat di kecamatan-kecamatan yang wilayahnya tergolong besar. Bukunya bagus-bagus, kertasnya tebal-tebal dan mengkilap, seperti kertas jenis kinstrik saat ini. Tulisan dan gambarnya juga jelas. K.H. Hasyim Latif dapat membaca buku karena sudah mengenal huruf. Ketika masih di rumah ia pernah diajar ayahnya mengenal huruf a-b-c-d dalam bentuk tulisan latin. Pada zaman Belanda tulisan itu disebut tulisan gedrik, yang mungkin berasal dari bahasa Belanda gedrek, artinya huruf cetak. Di antara buku yang digemari oleh K.H. Hasyim Latief adalah buku Pakem Ringgit atau pakem pewayangan. Dalam buku tersebut tiap lembar terdapat gambar wayang, seperti Arjuna, Werkudoro, dan Kresna. Mula-mula K.H. Hasyim Latif tertarik melihat gambarnya, dan akhirnya ia membaca isinya. Dalam waktu antara seminggu hingga sepuluh hari, ia sudah selesai membaca buku Pakem Ringgit yang jumlahnya sekitar 20 jilid. Setelah menyelesaikan buku Pakem Ringgit, ia membaca buku-buku lain. Karena masih kecil dan tidak ada yang membimbing serta mengawasi, K.H. Hasyim Latief tidak tahu buku apa yang sebenarnya harus ia baca. Ia memilih buku hanya berdasarkan kesukaannya. Dia memilih dan membaca buku atas dasar kesukaan. Jadi, setiap buku yang disukai dibaca, termasuk buku-buku untuk orang-orang dewasa, seperti roman Siti Nurbaya dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Kegemaran K.H. Hasyim Latief membaca sempat menganggu tugas utamanya belajar di pesantren. Karena | ||
![]() |
![]() |
![]() |
kegemarannya dalam membaca buku, K.H. Hasyim Latif tidak memperhatikan pelajaran-pelajarannya di madrasah. Dia hanya membuka buku pelajarannya pada setiap Jumat malam, karena pada tiap hari Sabtu di madrasah ada tamrin (ulangan). Jadi, ia hanya membuka buku pelajaran pada setiap Jumat malam. Selebihnya ia membaca berbagai macam buku. Buku-buku lain yang pernah dia baca ialah Pahlawan 4 Serangkai, Di Tubuh Rembulan Malam, dan Komedi Monyet yang terdiri atas 5 jilid dan bukunya besar-besar. Meskipun demikian, K.H. Hasyim Latief tidak pernah tertinggal dalam pelajaran. Meski tidak pernah belajar, dia masih dapat mengingat pelajaran karena pengajaran di madrasah menggunakan sistem hafalan. Banyak materi pelajaran yang dapat diingat meskipun tidak belajar.
3. Pendidikan Kemiliteran di Cibarusa Pada tanggal 7 September 1943, Gatot Mangkupraja, seorang teman perjuangan Bung Karno, menulis surat kepada Saiko Shikikan, petinggi Jepang di Indonesia. Gatot Mangkupraja meminta kepada Saiko Shikikan agar di Jawa dibentuk pasukan sukarelawan Indonesia. Dalam waktu kurang dari sebulan, permintaan tersebut dikabulkan. Saiko Shikikan mengeluarkan dekrit dibentuknya tentara sukarela dengan nama Pembela Tanah Air (PETA) Berdirinya PETA disambut rakyat Indonesia dengan penuh semangat. Tempat-tempat pendaftaran di seluruh Jawa dibanjiri para pemuda yang mengin menjadi anggota PETA, terutama pemuda-pemuda Islam dari pondok-pondok pesantren, madrasah-madrash, dan anggota kepanduan termasuk pandu Ansor, karena para kiai dan pemimpin Islam turut merestui dan mendorong mereka. Latihan bagi calon opsir PETA dibuka pada akhir Oktober 1943, bertempat di Bogor. Di antara para kiai dan pemimpin kaum pergerakan yang mengikuti latihan ialah: K.H. Sam'un dan K.H. Khotib (Banten), K.H. Basuni (Sukabumi), Mr. Kasman Singodimejo, K.H. Idris, Tunus Anis, Mulyadi Djojomartono, Arudji Kartawinata, K.H.A. Khaliq Hasyim, K.H. Wahib Wahab, K.H. Mahfud, dan Sudirman. Karena banyak pemuda Islam yang tidak bisa masuk | ||
![]() |
![]() |
![]() |
PETA, maka para kiai dan pemimpin Islam yang terhimpun dalam Masyumi, yaitu federasi ormas Islam yang dibentuk oleh Jepang, mengusulkan agar Saiko Shikikan membentuk pasukan sukarela khusus yang terdiri atas pemuda-pemuda santri, yang akan menjadi korps cadangan tentara PETA, sebagai adik kandung PETA. Sebenarnya Jepang, melalui Abdul Hamid Ono, sudah meminta kepada K.H. Wahid Hasyim agar para pemimpin Islam mengerahkan para santri untuk masuk pasukan kemiliteran yang bernama Heiho. Tetapi, permintaan itu tidak dipenuhi oleh K.H. Wahid Hasyim. Beliau menjawab bahwa para santri lebih baik diberi latihan kemiliteran untuk pertahanan di dalam negeri. Sebab , mempertahankan sejengkal tanah di tanah air akan lebih menggugah semangat para santri daripada bertempur di daerah yang letaknya jauh dari tanah air. Selain itu, tugas menghadapi tentara Sekutu di medan perang harus diserahkan kepada tentara-tentara profesional, yaitu tentara Dai Nippon. Tentara-tentara yang kurang terlatih justru akan mempersulit tentara Jepang yang terlatih. Faktor lain yang melatarbelakangi timbulnya keinginan tokoh-tokoh Islam untuk mendidik kemiliteran bagi pemuda santri ialah bahwa perang untuk mempertahankan agama Allah hukumnya wajib. Atas nama pimpinan Masyumi, K.H. Wahid Hasyim mengusulkan keinginan tokoh-tokoh Islam itu melalui Abdul Hamid Ono, seorang Jepang yang ditugaskan memata-matai K.H. Wahid Hasyim. Dalam pidato resmi pada tanggal 8 Desember 1944, Saiko Shikikan mengumumkan dikabulkannya permintaan para pemimpin Islam untuk mendirikan korps sukarelawan Islam yang kemudian diberi nama Laskar Hizbullah (Tentara Allah), yang persaratan umurnya paling tinggi 25 tahun. Sedangkan yang berusia 40 tahun ke atas masuk dalam Laskar Sabilillah. Pada bulan Januari 1945, dibentuk dewan pimpinan Hizbullah dengan K.H. Zainul Arifin sebagai ketua komandan dan Mr. Mooch Roem sebagai wakil ketua. Sedangkan anggota pengurusnya, antara lain: K.H. Iman Zarkasi, S. Surowijono, Soedjono Hadisoediro, dan Anwar Tjokroaminoto. Setelah Hizbullah terbentuk, para tokoh umat Islam segera mengampanyekan kepada seluruh umat Islam di Jawa, Sumatera, | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Kalimantan, dan daerah-daerah luar Jawa. Untuk mengumpulkan para pemuda Islam yang hendak dilatih kemiliteran, tokoh-tokoh Islam tidak menemui kesulitan, karena para pemuda Islam telah memiliki kesadaran tinggi dalam membela tanah airnya. Banyak santri yang dengan kesadarannya sendiri serta restu dari para kiai bersedia menjadi anggota Lasykar Hizbullah. Pendidikan kemiliteran bagi anggota Lasykar Hizbullah dipusatkan di Cibarusa, Jawa Barat, diikuti oleh 500 pemuda Islam dari Jawa dan Madura. Kota-kota karesidenan yang mengirimkan utusan ialah Jakarta, Banten, Surabaya, Sukabumi, Priangan, Purwakarta, Bogor, Pekalongan, Purwokerto, Kedu, Surakarta, Semarang, Pati, Jogjakarta, Madiun, Kediri, Bojonegoro, Malang, dan Besuki. Tiap-tiap karesidenan mengirmkan 25 orang. Para santri di Jombang yang dikirim ke Cibarusa adalah Hasyim Latief, Sa'dullah (paman Hasyim Latif), Ma'shum, dan seorang santri dari Madura yang bernama Muhammad Nur. Saat itu K.H. Hasyim Latief berusia 16 tahun dan baru belajar mengajar di Madrasah Khoiriyah Sumobito. K.H. Hasyim Latif merasakan pendidikan kemiliteran di Cibarusa sangat berat. Akan tetapi, ia mengakui bahwa gemblengan dilakukan oleh Pemerintah Jepang sangat hebat. Sejak berangkat ke tempat latihan para peserta sudah digembleng secara fisik dan mental. Mereka diberangkatkan dengan kereta api. Sesuai dengan rencana awal keberangkatan, para peserta akan diturunkan di Jakarta. Tetapi, ternyata diturunkan di stasiun Cikampek. Setelah beristirahat sejenak di Cikampek, pada pukul 17.30 mereka naik kereta api jurusan Bandung, tetapi tidak ke Bandung, menuju arah selatan., hingga turun di stasiun terakhir. Saat itulah gemblengan dimulai. Untuk mencapai tempat latihan yang terletak di tepi sebuah hutan, peserta dinaikkan lori, kereta pengangkut tebu, tetapi tidak ditarik dengan mesin loko. Untuk menjalankan lori, para peserta mendorong secara bergantian. Padahal, kondisi tanah tidak datar, tetapi bergelombang. Setelah semua berada di atas lori, tiga orang mendorong, dan ketika lori sudah berjalan mereka ikut naik. Ketika berada di jalan menanjak, semua peserta ikut mendorong lori. Bila telah sampai di posisi yang tinggi dan hendak menurun, mereka semua naik beramai-ramai. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Pada sekitar pukul 23.00 mereka sampai di tempat latihan, di tepi sebuah hutan yang jauh dari perkampungan. Mereka ditempatkan di barak yang panjangnya kurang lebih 50 m dengan lebar 10 m. Barak tersebut terbuat dari bambu dengan atap welit. Tempat tidurnya juga terbuat dari bambu yang disebut bayang dan dibagian atasnya diberi tikar. Di atas bayang diberi gawang untuk tempat pakaan. Ada tempat untuk mandi, tetapi tidak ada tempat buang air. Kalau buang air harus ke sawah yang letaknya cukup jauh. Barak tersebut terletak di tengah lapangan yang dikelilingi pagar kawat berduri, sehingga orang yang berada di dalam barak tidak bisa keluar. Tanahnya liat sekali, berwarna kemeraha-merahan. Kalau diguyur air hujan tanah menjadi becek. Kalau diinjak bisa melekat ke bagian bawah bakiak. Kalau sudah demikian, bakiak tidak akan dapat dipakai lagi, harus ganti. Latihan diselenggarakan di Cibarusa selama 4 bulan, dipimpin olah para Syodanco (Komandan Kompi) PETA (Pembela Tanah Air) yang terdiri atas Abdullah Sajad, Zaini Nuri, Abd. Rahman, Kamal Idris, dan lain-lain. Yang bertindak sebagai komandan latihan adalah seorang opsir Jepang Kapten Yanagawa, yang setahun sebelumnya melatih tentara PETA. Materi latihan meliputi baris-berbaris, bongkar pasang senjata, perang gerilya, dan sebagainya. Pada malam hari mereka diberi bekal pendidikan kerohanian yang disampaikan oleh K.H. Wahid Hasyim, K.H. Zarkasi (Ponorogo), K.H. Mustofa Kamil (Singaparna), K.H. Mawardi (Solo), K.H. Mursyid (Kediri), dan K.H. Abdul Halim (Majalengka). Selain memberikan ceramah agama, K.H. Abdul Halim juga memberikan teknik membuat alat peledak. Latihan kemiliteran di Cibarusa dibuka pada 28 Pebruari 1945. Upacara pembukaan dihadiri oleh Gunseikan, para perwira balatenara Dai Nippon, Pemimpin Pusat Masyumi, Pangreh Praja, dan lain-lain. Para anggota Laskar Hizbullah mengikuti upacara dengan berseragam biru, berkopyah hitam putih dengan simbol bulan sabit dan bintang. Tiap hari latihan dimulai dengan melakukan lari pagi. K.H. Hasyim Latif memiliki kenangan menarik ketika mengikuti lari pagi. Saat itu Sa'dullah belum mendapat sepatu karena sepatu yang disediakan ukurannya kurang besar bagi kaki Sa'dullah. Sementara | ||
![]() |
![]() |
![]() |
sepatu kiriman dari Jakarta belum juga datang. Ketika berlari menuju Karawang harus melalui jalanan yang kerikilnya tajam. Karena tidak bersepatu, Sa'dullah pun kesakitan hingga ia misuh-misuh (mengumpat). Seusai berlari melakukan apel dan gerak badan ala Jepang yang disebut taiso. Sebelum apel peserta membaca ikrar sebagai berikut: Rodhiitu billahi rabba, wabil Islaamidina, wabi Muhammadin Nabiyya wa Rasula. Mereka membaca ikrar tersebut dengan serentak dan suara keras. Setelah gerak badan mereka istirahat, makan, kemudian mengikuti pelajaran. Setelah latihan berlangsung sekitar dua bulan, hampir seluruh peserta latihan kemiliteran Lasykar Hizbullah terserang wabah disentri. Penyakit ini seperti penyakit kolera, dan ketika buang air penderita merasa sakit dan kotorannya bercampur lendir. Setelah dilaporkan kepada Pemerintah Jepang di Jakarta, diinstruksikan agar para peserta tidak diberi makan nasi. Sejak saat itu para peserta diberi makan wortel dan lobak. Semua peserta menderita karena tidak makan nasi. Namun, K.H. Hasyim Latief lebih menderita karena hanya makan wortel dan tidak tahan terhadap bau lobak, karena bau lobak sangat busuk. K.H. Hasyim Latief selalu muntah bila mencium bau lobak. Selain itu, setiap orang disuruh makan gula batu. Jadi, setiap orang diberi kantongan untuk membawa gula batu. Ketika ke kamar mandi, gerak badan, apel, dan latihan mereka tidak pernah melepaskan kantongan gula batu karena harus terus-menerus makan gula batu. Setelah sebulan makan gula batu, mereka berangsur-angsur sembuh. Pada akhir bulan Mei 1945, latihan ditutup dengan upacara kebesaran dan sekaligus melantik 500 orang opsir Hizbullah yang diberi tugas untuk memimpin Laskar Hizbullah di daerah masing-masing. Setelah dilantik para opsir Hizbullah mengadakan acara perpisahan yang sangat mengharukan. Mereka bersalam-salaman sambil mengucapkan kata-kata, "Selamat berpisah, sampai bertemu lagi di surga." BAB KETIGA PERJUANGAN KEMERDEKAAN | ||
![]() |
![]() |
![]() |
1. Perjuangan Melalui Hizbullah Setelah kembali ke daerah asal, para opsir Hizbullah menyelenggarakan latihan untuk mendidik para calon anggota Lasykar Hizbullah di daerah masing-masing. Sejak saat itu di seluruh kabupaten di Jawa Timur mulai diselenggarakan latihan kemiliteran bagi para pemuda santri untuk mempersiapkan diri membebaskan tanah air dari cengekeraman penjajah. K.H. Hasyim Latief bersama 3 orang temannya yang telah mengikuti latihan kemiliteran di Cibarusa melatih 120 pemuda santri di Pesantren Seblak. Setelah melatih para pemuda, K.H. Hasyim Latief kembali ke Tebuireng untuk mengajar dan memimpin taiso. Laskar Hizbullah Jombang didirikan atas desakan K.H. Hasyim Asy'ari kepada K.H. Wahab Hasbullah, pada akhir Agustus 1945, setelah kemerdekaan RI diproklamiskan. Perintah K.H. Hasyim Asy'ari untuk memobilisasi pemuda di Kabupaten Jombang itu segera disampaikan K.H. Wahab hasbullah kepada H. Affandi, seorang dermawan yang pernah ditahan oleh Jepang bersama K.H. Hasyim Asy'ari. Kemudian H. Affandi menghubungi A. Wahib Wahab, putra K.H. Wahab Hasbullah yang menjadi Syodanco PETA. H. Affandi meminta agar A. Wahib Wahab bersedia memimpin Laskar Hizbullah yang akan didirikan. Setelah diadakan musyawarah, terbentuklah pengurus Hizbullah Jombang sebagai berikut: Komandan : A. Wahib Wahab Sekretaris : Sa'dullah dan H. Zaini Dahlan Pelatih : Hasyim Latief, Ahmad Zubair Bagian Perlengkapan : H. Affandi, Harun, Mahfudz Bagian Kesehatan : Hadikusumo, Farhan, Abd. Syukur Bagian Kerohanian : K.H. Fatah, K. Ahmad, H. Ridwan Bagian Dapur : Masukri
Setelah membentuk badan kepengurusan, Hizbullah Jombang mengundang para pemuda untuk mengikuti latihan kemiliteran. Pengumumannya disebarkan ke desa-desa dan pesantren-pesantren. Antusiasme para pemuda Jombang dalam mengikuti latihan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
kemiliteran sangat besar. Dibanding dengan daerah-daerah lain, jumlah pemuda di Jombang yang ingin menjadi anggota Laskar Hizbullah jauh lebih besar. Selain dari desa-desa atau kecamatan, mereka juga berasal dari pesantren-pesantren. Karena jumlahnya sangat banyak maka latihan dilaksanakan tiga gelombang, dengan masing-masing gelombang berjumlah 500 pemuda. Jadi, seluruh anggota Hizbullah Jombang sebanyak 1.500 pemuda. Pendidikan dilaksanakan di perumahan pabrik gula yang telah dijadikan asrama. Pelatihnya tiga orang, yaitu K.H. Hasyim Latif (alumni Cibarusa), Ahmad Zuhri (mantan anggota PETA), dan Syamsi (mantan anggota Heiho). Latihan kemiliterannya dilaksanakan di beberapa tempat, yaitu lapangan Sambong, lapangan Tunggorono, alun-alun, dan beberapa tempat lain. Hizbullah Jombang cukup beruntung karena pada saat latihan telah menggunakan beberapa pucuk karabijn buatan Jepang dan Belanda. Anggota yang tidak kebagian senjata menggunakan senjata tiruan. Pada 20 Oktober 1945, Hizbullah Jombang berhasil membentuk satu batalyon pasukan dengan susunan sebagai berikut: Komandan : A. Wahib Wahab Kepala Markas : Sa'dullah Pelatih : Ahmad Zubair Wakil Pelatih ; Hasyim Latief Komandan Kompi I: Alikar Komandan Kompi II: A. Choliq S. Komandan Kompi III: Indon Kardjani Komandan Kompi IV: Mursaid Mashar Ketika di Surabaya terjadi pertempuran 10 Nopember, Hizbullah Karesidenan Surabaya disatukan dalam satu divisi yang diberi nama Divisi Sunan Ampel, dipimpin oleh A. Wahib Wahab. Penggabungan ini bertujuan untuk memperkokoh serta meningkatkan badan perjuangan umat Islam. Pada awal didirikan, sifat keorganisasian Hizbullah semi massal. Masing-masing kelompok, mulai tingkat kecamatan hingga tingkat kabupaten, berdiri sendiri dan belum terorganisir secara | ||
![]() |
![]() |
![]() |
rapi. Setelah terbentuknya Divisi Sunan Ampel, pasukan dibentuk secara reguler dan teratur, mulai kompi, pleton, seksi, dan regu. Sejak saat itu di setiap kawedanan terdapat satu batalyon pasukan dan di tiap kecamatan terdapat kompi-kompi. Setelah tergabung dalam Divisi Sunan Ampel, Hizbullah Jombang menjadi Resimen III. K.H. Hasyim Latief bersama pasukan Hizbullah Resimen III tidak berperan dalam pertempuran 10 Nopember, karena saat itu masih berada di Jombang. K.H. Hasyim Latief dan pasukan Hizbullah Jombang pertama kali maju ke front Sidoarjo ketika tentara Inggris bermarkas di Buduran, sebelah utara Kota Sidoarjo. Atas instruksi A. Wahib Wahab, K.H. Hasyim Latief berangkat bersama dua kompi pasukan yang dipimpin oleh Komandan Kompi masing-masing, dengan jumlah pasukan sekitar 200 orang, disertai beberapa orang kiai. Ketika hendak berangkat dilakukan seleksi. Anggota yang tidak lolos seleksi tidak boleh maju ke front, dan mereka menangis dan memaksa untuk ikut maju ke front, tetapi tetap tidak diperkenankan. Di antara 200 orang pasukan yang bersenjata karabyn hanya 7 orang, selebihnya hanya membawa bambu runcing. Ketika berangkat, Komandan A. Wahib Wahab menjanjikan bahwa pasukan akan diberi senjata setelah tiba di front. A. Wahib Wahab ikut mengantarkan pasukan ke Sidoarjo. Setelah tiba di Sidoarjo dia masuk markas TKR, kemudian keluar dengan membawa dua peti granat gombyok buatan Mrican, Kediri. Komandan Divisi Sunan Ampel A. Wahib Wahab memberi tahu bahwa K.H. Hasyim Latief tidak diberi tugas apa-apa kecuali sebagai pelatih. Tugasnya hanya mengawasi dan membimbing pasukan. Yang harus memimpin pasukan para kapten, para komandan kompi, yaitu Muhmmad Idris, Muhammad Sayin, dan Alikar. K.H. Hasyim Latief bersama pasukan Hizbullah Jombang mendapat perintah untuk bersiaga di front terdepan, di jembatan putus yang terletak di sebelah utara Kota Sidoarjo. Sedangkan TKR dari Malang berada di belakang pasukan Hizbullah Jombang. K.H. Hasyim Latief berusaha mengobarkan semangat anak buahnya agar | ||
![]() |
![]() |
![]() |
tidak gentar menghadapi musuh, meskipun persenjataannya tidak memadai. A. Wahib Wahab memberikan doa selamat, kemudian kembali ke Jombang. Sehari kemudian, pada malam hari sekitar pukul 19.00, seorang anak muda asal Bawean bernama Ahmad Asnawi, menemui K.H. Hasyim Latief dengan pakaian compang-camping. Ia datang bersama seorang wanita. Ia adalah anak buah K.H. Hasyim Latief yang ditangkap dan ditawan oleh Inggris ketika ia menyelidiki markas tentara Inggris di Buduran atas perintah K.H. Hasyim Latief, dan ia berhasil meloloskan diri. Asnawi melaporkan bahwa tentara Inggris telah selesai memperbaiki jembatan di Buduran dan tanknya berderet-deret di jalan raya, dan esok hari mereka akan menyerbu Sidoarjo. Dalam pertempuran 10 Nopember di Surabaya, tiap-tiap pasukan disertai para kiai. Para kiai berada di mana-mana karena mereka memang ikut berjuang. Pasukan Hizbullah Jombang disertai oleh 5 orang kiai, yang sebagaian besar dari Cirebon. Di antara mereka ada yang berperawakan tinggi besar memakai udeng. Keberadaan para kiai menggembirakan semua anggota pasukan karena para kiai memiliki kesaktian yang dapat membantu para pasukan. Dengan adanya para kiai para prajurit merasa terlindungi. Setelah mendengar laporan anak buahnya, K.H. Hasyim Latief menemui para kiai di markas kiai yang terletak di Desa Pagerwojo, di sebelah barat Kota Sidoarjo. Dia mengeluh serta mengadukan pasukannya yang hanya memiliki 7 pucuk senjata. Dia minta petunjuk untuk memperoleh senjata. Menanggapi keluhan K.H. Hasyim Latief, seorang kiai sepuh masuk, kemudian keluar lagi dengan membawa gelas berisi air dan diberikan kepada K.H. Hasyim Latief. K.H. Hasyim Latief pun melakukan protes, bahwa yang diavinginkan bukan senjata batin, melainkan senjata lahir berupa senapan. Akan tetapi, setelah diberi wejangan oleh Sang Kiai, hati K.H. Hasyim Latief menjadi mantap bahwa ia bersama pasukannya akan dapat bertempur menghadapi tank-tank tentara Inggris dan Belanda. Kesokan harinya, sekitar pukul 5.30, tentara Inggris dan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Belanda benar-benar melancarkan serangan atas kota Sidoarjo. Sejak pagi subuh telah terdengar suara tembakan mortir amat gencar. Pasukan TKR dari Malang mundur karena ketakutan. Padahal, mereka banyak yang bersenjata, setiap 10 orang membawa 5 senjata. Mereka mundur dan melarikan diri karena tidak memiliki keberanian menghadapi gencarnya tembakan mortir. Menghadapi keadaan sperti itu, K.H. Hasyim Latief pergi ke markas para kiai. Tetapi, markas sudah kosong dan seluruh isinya sudah diamankan. Mereka menghindar ke arah barat, ke dapur umum yang terletak di lini kedua. K.H. Hasyim Latief segera kembali menemui pasukannya dan menyuruh mereka berlindung di masjid supaya selamat. Untuk menghindari sasaran tembakan musuh, K.H. Hasyim Latief memerintahkan agar semua anak buahnya berjalan dengan merangkak menuju rel kereta api. Ketika mereka sampai di dekat rel kereta api, tiba-tiba muncul seorang Gurkha (pasukan Inggris berkebangsaan India). Dia mengangkat watermantel dan ditembakkan ke arah pasukan K.H. Hasyim Latief. K.H. Hasyim Latief berlari ke kebun, kemudian bersembunyi di bawah sebuah pohon besar yang terletak di belakang rerimbunan pohon bambu. Dia melihat beberapa orang tentara Inggris, Belanda, dan Gurkha berjalan ke arah selatan. K.H. Hasyim Latief bersama anak buahnya bersembunyi hingga malam hari. Mereka baru keluar dari persembunyian sekitar pukul 19.00, katika keadaan sudah sepi. Mereka bergerak ke selatan melalui perkampungan dan kebun-kebun, terus ke selatan sampai jalan besar. K.H. Hasyim Latief melihat tentara Inggris sekitar 35 orang sedang berjaga sambil menyalakan api. Setelah melihat K.H. Hasyim Latief bersama anak buahnya, mereka menembakkan senjatanya dan mengenai sebuah pohon hingga tumbang. K.H. Hasyim Latief melompat untuk menghindari tembakan yang suaranya mirip suara burung. Setelah Kota Surabaya jatuh, para pejuang RI beberapa kali melakukan serangan untuk merebut kembali Surabaya dari tangan musuh. Upaya tersebut dinamakan Serbuan Oemoem Surabaja (SOS). Dalam melakukan SOS semua elemen pejuang bergerak dan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
melakukan penyerbuan secara bersama-sama. K.H. Hasyim Latief mendapat kesempatan dua kali mengikuti SOS, pada tahun 1947 dan awal tahun 1948. Ketika komando SOS dikeluarkan, dia berada di Tulangan, arah tenggara Sidoarjo. Jadi, dia melakukan penyerbuan dengan berangkat dari Tulangan. Pada SOS kedua, K.H. Hasyim Latief ditunjuk menjadi komandan pertempuran. Untuk melakukan persiapan, dia melakukan konsolidasi di Perning. Dia mendapat bantuan pasukan Sabilillah dari Jombang dan Mojokerto. Sabilillah adalah pejuang Muslim yang berusia di atas 40 tahun, yang anggota pasukan serta komandonya terpisah dengan Hizbullah. Tidak seperti pasukan Hizbullah yang strukturnya sudah tertata rapi sebagaimana kesatuan militer, pasukan Sabilillah tidak terorganisir dengan rapi. Mereka memiliki komandan, tetapi tidak ada satuan kompi, pleton, dan regunya. Sehingga setelah mereka datang K.H. Hasyim Latif disibukkan oleh tugas menata pasukan. K.H. Hasyim Latief benar-benar dibuat repot karena keesokan harinya, ketika dipanggil untuk diatur dalam satuan regu, banyak yang pamit pulang dengan berbagai macam alasan. Ketika terjadi serbuan umum, rakyat yang tinggal di medan pertempuran melarikan diri. Mereka berkumpul di rumah-rumah untuk berdoa. Jadi, yang menghafal doa-doa bukan hanya para pejuang, semua rakyat juga menghafal doa-doa yang diberikan oleh para kiai. Misalnya, bila ada pesawat terbang musuh, mereka berdoa. Hal itu mereka lakukan untuk menambah kekuatan serta memohon keselamatan dari Tuhan. Mereka tidak segan-segan minta ijazah kepada para kiai untuk diamalkan.
3. Perjuangan Melalui TNI
Pada 5 Mei 1947, pemerintah menyatukan Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan badan-badan kelaskaran. Kemudian, pada 3 Juni 1947, pemerintah mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai satu-satunya wadah perjuangan bersenjata. Dengan adanya keputusan tersebut, Hizbullah Divisi Sunan Ampel dan badan-badan kelaskaran di Jawa Timur, seperti Pesindo, | ||
![]() |
![]() |
![]() |
BPRI, dan Laskar Minyak disatukan dalam Brigade 29. Hizbullah Divisi Sunan Ampel menjadi Resimen 293 dengan komandannya Letkol A. Wahib Wahab dan Mansur Sholichy sebagai kepala staf. Setelah mengalami perubahan status yang mendasar, secara perlahan-lahan anggota Hizbullah dapat menyesuaikan diri menjadi pejuang profesional, dan semangtat juangnya menyala-nyala.Terhadap kesediaan Hizbullah meleburkan diri kedalam TNT, Panglima Besar Jendral Sudirman mengatakan bahwa itu merupakan bukti bahwa Hizbullah adalah kelaskaran yang mementingkan derajat Negara daripada golongan sendiri, serta wujud kepatuhan dan ketundukan kepada komando dan perintah atasan. Penggabungan laskar ke dalam TNI sangat merugikan kaum komunis. Karena itu, mereka tetap berusaha menghimpun kekuatan sebanyak-banyaknya, yakni dengan menarik pasukan-pasukan mereka yang sudah masuk jajaran TNI. Dalam rangka itulah pada bulan Agustus 1947 Meteri Pertahanan Amir Syarifuddin membentuk sebuah wadah yang disebut TNl masyarakat, yang selanjutnya dijadikan TNI tandingan. Karena itu, jumlah anggota TNI terlalu banyak dan tidak seimbang dengan jumlah persenjataanya. Pada tanggal 27 Pebruari 1948 pemerintah mengeluarkan ketetapan Presiden No. 9 tentang Rekontruksi dan Rasionalisasi. Mulai bulan Maret 1948, ditetapkan perbandingan prajurit dengan senjata adalah 4:1 ( 4 prajurit dengan 1 senjata). Dan, dan yang pertama kali disingkirkan dari jajaran TNI adalah anggota TNI masyarakat yang terdiri dari orang-orang komunis. Opsir-opsir pangkatnya diturunkan satu tingkat. Untuk melaksanakan keputusan itu, pada bulan Mei 1948, TNI Resiman 293 diperkecil menjadi 2 batalyon, yaitu Batalyon Mobil (Mobile Troep) dengan sebutan Yon Mansur Solichy, yang kemudian menjadi Batalyon 42 Diponegoro; dan Batalyon Territorial (Territorial Troep ) dengan sebutan Yon Munasir, yang kemudian menjadi Batalyon 34 Codromowo. K.H. Hasyim Latief, yang saat itu berpangkat kapten, menjadi Komandan Kompi I Yon Munasir. Setelah melakukan konsolidasi dalam rangka pelaksanaan Rekonstruksi dan rasionalisasi, TNI di hadapan pada sebuah masalah besar, yaitu peristiwa pemberontakan PKI di Madiun yang didalangi | ||
![]() |
![]() |
![]() |
oleh Muso dan Amir Syarifuddin. Pada tanggal 18 September 1948 PKI melancarkan Kudeta, Muso dan Amir Syarifuddin memproklamirkan berdirinya "Negara Komunis Indonesia". Sehingga di Madiun terjadi pertumpahan darah. Pada saat itu Badan Pekerja yang membicarakan masalah perdamaian bagi Belanda dan Indonesia mengadakan rapat di Jogjakarta. Pada penutupan rapat Presiden Soekarno mengadakan pidato radio, menganjurkan agar rakyat menentukan pemimpin negaranya: Muso - Amir atau Soekarno - Hatta. Segera setelah mendengarkan pidato Presiden Soekarno, Kapten Rodhi As'ad atas nama Resimen 293 mengumumkan melalui RRI Surabaya yang berada di Jombang bahwa pasukan Hizbullah yang tergabung dalam Resimen 293 telah memisahkan diri dari Brigade 29, dan dengan tegas mengatakan berdiri di belakang kepemimpinan Soekarno - Hatta. Kapten Rodhi As'ad juga menghadap Komandan COPP yang berada di Jombang dan sekitarnya. Komandan Resimen 293 Mayor Mansur Solichy yang telah tiba di Jombang pada pukul 23.00 memerintah Kapten Rodhi As'ad untuk kembali menghadap Letkol Kretarto. Tetapi Letkol Kretarto tetap pada pendiriannya. Pada puku123:00 Mansur Solichy kembali memerintah Kapten Rodhi untuk meminta Surat perintah. Bila Letkol Kretarto tetap pada pendiriannya, Mansur Solichy meminta agar Kapten Rodhy menangkap Letkol Kretarto. Sebab mereka harus bertindak pada saat itu juga. Karena PKI akan melancarkan pembakaran pondok-pondok pesantren dan masjid-masjid serta membunuh para ulama dan para pemimpin Islam pada pukul 3 dini hari. Kapten Rodhi As'ad segera berangkat dan setelah mendengar ancaman dari komandan Resimen 293 Letkol Kretarto mengeluarkan surat perintahnya. Dan, setelah menerima surat perintah, Mansur Solichy memerintah pasukannya untuk mendahului aksi PKI dengan menangkapi para gembong PKI, sehingga pasukan PKI Jombang tidak bisa berkutik karena para pemimpinnya telah ditangkap oleh tentara Hizbullah yang dimulai puku11:00 dua jam lebih awal dara pada saat pergerakan yang di jadwal PKI. Pengamanan terhadap daerah Jombang selanjut dikuasai oleh Yon Munasir, karena anggota Yon Mansur Solichy di kirim ke Bojonegoro | ||
![]() |
![]() |
![]() |
untuk membantu Yon Ronggolawe, serta membantu di Cepu yang menjadi sarang Laskar Minyak, pasukan TNI yang menjadi pendukung utama Muso _ Amir. Terjadinya pemberontakan itu telah diperkirakan oleh para pejuang Hizbullah. Sebab tentang adanya rencana busuk itu telah tercium oleh Hizbullah sejak di Madiun di selenggarakan Muktamar Masyumi III yang berlangsung tanggal 27-31 Maret 1948. Ketika Msyumi mengadakan Muktamar di Madiun, kelompok sayap kiri yang terdiri atas pasukan Pessindo dan Laskar Minyak, yang bergabung di dalam Resimen 291 dan 294 Brigade 29, merencanakan untuk menghancurkan kekuatan yang terdiri dari tokoh-tokoh umat Islam itu. Setelah mendengar rencana itu, resimen 293 Hizbullah mengirim Ketika terjadi Agresi Belanda II, pasukan Hizbullah Yon Mansur Solichy dan Yon Munasir bergerilya untuk merebut kembali kota Surabaya bersama kesatuan dari Batalyon lain atas perintah Gubenur Militer Jawa Timur Panglima Divisi I Kolonel Sungkono, yang besatu dalam "Komando Operasi Hayam Wuruk" Operasi Hayam Wuruk di Pimpin oleh Mayor Pamu Rahardjo, dengan kesatuan-kesatuan pendukung: Batalyon Bambang Yuwono (Yon BY), Batalyon Mansur Solichy (Yon M) Batalyon Isa Idris (Yon I), Batalyon Tjipto (Yon T) dan Batalyon Mobrig, dengan di bantu oleh pasukan Yon Munasir yang dipimpin Kapten Syakir Husein. Dalam melakukan gerilya kali ini, Yon Munasir di bagi menjadi dua bagian. Sebagian mengikuti Komando Operasi Hayam Wuruk, dan sebagian besar terdiri atas Kompi Hasyim Latif, Kompi Muhammad Mustofa Kamal, dan Kompi Farchan Achmadi bertugas di Jombang. Pada bulan Pebruari 1949, Yon Moenasir mendapat tugas di sektor utara Jalan Mojokerto _ Kertosono. Mereka menyusun markas komando di Peterongan, Jombang. Dengan demikian, sejak Maret 1949 wilayah utara daerah Kertosono _ Mojokerto menjadi daerah basis konsolidasi dan basis gerilya Yon Moenasir. Dan, sejak saat itu nama Batalyon Munasir diberi nama Batalyon Condromowo. Yang mengusulkan nama ini adalah Dan Yon Mayor Moenasir. Pada bulan Nopember 1949, ketika terjadi gencatan senjata, di lingkungan Brigade 16 diselenggarakan penertiban administrasi, dan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
semua anggota Yon Condromowo mendapat nomor register dengan nomor depan 113. Setelah terjadi penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada Pemerintah RI pada tahun 31 Desember 1949, Yon Condromowo mengambil alih kekuasaan di daerah Jombang, sedangkan Yon Diponegoro yang dipimpin Mayor Mansur Solichy mengambil alih kekuasaan di Mojokerto. Setelah diambil alih oleh Yon Condromowo dan Yon Diponegoro dari Hizbullah, keamanan di Jombang dan Mojokerto sangat terjaga, tidak pernah terjadi gangguan yang meresahkan masyarakat. Setelah masuk daerah kota, kedua batalyon tersebut melakukan konsolidasi dan penertiban administrasi. Yon 113 Condromowo ditetapkan menjadi Yon 39 Condromowo dan Yon Mansur Slichy menjadi Yon 42 Diponegoro. Tidak lama kemudian, Yon 42 Diponegoro dipindahkan ke Tanjung Karang (Sumatera Selatan). Sejak saat itu keamanan wilayah Mojokerto diserahkan kepada Yon 39 Condromowo. Mula-mula K.H. Hasyim Latief bertugas di Mojokerto, kemudian dipindahkan ke daerah Menganti, Gresik, yang bertugas mengamankan wilayah antara Surabaya dan Mojokerto. Pada bulan Agustus 1950, K.H. Hasyim Latief bersama seluruh anggota Yon 39 Condromowo ditugaskan menjaga keamanan di daerah Karesidenan Bojonegoro, dengan markas batalyon di Tuban. Setelah memasuki masa damai, TNI terus melakukan konsolidasi. Yon 39 Condromowo berubah menjadi Yon 519 Resimen 17 Territorial V Brawijaya. Selain itu, juga terjadi penurunan pangkat setingkat, sehingga Dan Yon Mayor Moenasir menjadi Kapten. K.H. Hasyim Latief dan para Komandan Kompi yang semula berpangkat Lettu menjadi Letda. Yang mengenaskan, semua semua prajurit satu yang telah bertempur bertahun-tahun turun menjadi Prajurit Dua. Setelah sekitar satu setengah tahun bertugas di Karesidenan Bojonegoro, K.H. Hasyim Latif dan anggota Yon 519 ditarik ke asrama TNI-AD di Gunungsari, Surabaya. Bersamaan dengan berakhirnya masa ikatan dinas pertama pada tanggal 31 Maret 1953, beberapa batalyon digabungkan dan Yon 519 dilikuidasi. Sejak saat itu, sebagian anggota Yon 519 menyatakan tidak melanjutkan ikatan dinas dan meninggalkan kesatuan. Di antara mereka adalah Dan Yon Mayor Moenasir, Dan Ki Staf Lettu Hasyim Latief, Dan Ki III Lettu | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Mustakim Zen, serta sejumlah bintara dan prajurit, kurang lebih 20 persen dari jumlah anggota. Sedangkan anggota Yon 519 yang meneruskan ikatan dinas dipecah-pecah, digabungkan ke beberapa batlyon, sebagian besar masuk Yon F dan Yon G Brigade I. Pelepasan anggota Yon 519 yang tidak meneruskan ikatan dinas dilaksanakan di lapangan asrama Yon 519 Gunungsari. Dalam perpisahan itu K.H. Hasyim Latief menangis karena teringat betapa susahnya ketika ia membangun pasukan dan mencari senjata. Pasukan yang dibangun pada masa krisis dengan susah payah itu justru dipecah-pecah setelah mencapai kemerdekaan.
BAB KELIMA | ||
![]() |
![]() |
![]() |
PERJUANGAN DI NU
K.H. Sahal Mahfudz mulai kenal dengan K.H. Hasyim Latief sekitar tahun 1984. Ketika itu K.H. Sahal Mahfusz menjadi Rois Syuriah PW NU Jateng dan K.H. Hasyim Latief menjadi Ketua PW NU Jatim. Mereka sering berkomunikasi karena hubungan antarpengurus wilayah sangat baik. Setelah Muktamar Situbondo, mereka sama-sama menjadi Pengurus PBNU. Sejak saat itu mereka sering berkomunikasi. Bahkan, kalau kemalaman di Surabaya, K.H. Sahal Mahfudz sering bermalam di rumah K.H. Hasyim Latief. Menurut K.H. Sahal, K.H. Hasyim Latief adalah sosok yang memiliki komitmen sangat tinggi terhadap NU. Komitmennya terhadap NU sangat luar biasa sehingga seolah-olah yang lain tidak dihiraukan kalau sudah bicara soal NU. Meskipun sedang sakit, dia tetap datang dalam rapat PBNU. Kalau punya pemikiran dia juga konsisten. Dia memang bukan tipe orang yang keras, tapi kalau punya pendapat selalu konsisten. K.H. Hasyim Latief memang mempunyai kepribadian yang hebat. Orangnya ikhlas dan tidak neko-neko. Dalam forum rapat dia tidak pernah memaksakan agar pendapatnya diterima. Beliau sering berujar, "Sudahlah kiai, wong saya sudah ngomong. Kalau tidak dipakai ya sudahlah." K.H. Hasyim Latief adalah orang yang ikhlas dan selalu menjunjung tinggi kebenaran serta keadilan. K.H. Sahal Mahfudz memberi contoh kasus SDSB yang melibatkan Sekjen PBNU H.A. Ghaffar Rahman. Ketika kasus itu mencuat, K.H. Sahal Mahfudz sedang berada di Kantor PBNU bersama bersama K.H. Hasyim Latief dan para pengurus PBNU lain. Kemudian, mereka berinisiatif menyelenggarakan rapat Syuriah, yang juga diikuti oleh K.H. Yusuf Hasyim, K.H. Munasir | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Ali, dan K.H. Ma'ruf Amin. K.H. Ali Yafie juga diundang, tetapi tidak datang. Sedangkan Gus Dur berada di luar negeri. K.H. Sahal Mahfudz yang membuka rapat menyatakan, sebaiknya H.A. Ghaffar Rahman dipanggil untuk dimintai keterangan. Semua peserta rapat menyetujui pemanggilan H.A. Ghaffar Rahman. H.A. Ghaffar Rahman datang mengakui kesalahannya di hadapan para kiai. Kemudian K.H. Sahal Mahfudz menyuruh H.A. Ghaffar Rahman keluar. Setelah H.A Ghaffar Rahman keluar, K.H. Sahal Mahfudz berkata, "Kiai-kiai sudah mendengar sendiri pernyataan Pak Rahman. Sekarang mari kita ambil kebijakan. Karena ini menyangkut soal fikih, kepentingan umat, dan citra yang kurang baik, maka perlu kita ambil tindakan dengan menskors yang bersangkutan." Orang pertama yang menyetujui usul itu adalah K.H. Hasyim Latif. Padahal, H.A. Ghaffar Rahman adalah kader K.H. Hasyim Latief. Dia sekretaris ketika K.H. Hasyim Latief menjadi Ketua PWNU Jatim. Dalam hal ini K.H. Hasyim Latief tidak menggunakan dalil fikih, tetapi semata-mata untuk mempertahankan citra dan etika, karena SDSB dianggap sebagai judi. Sikap K.H. Hasyim Latief itu sangat berkesan bagi K.H. Sahal Mahfudz. Agar kasus tersebut tidak merebak ke mana-mana dan timbul salah faham dengan Ketua Tanfidziyah PBNU K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), karena H.A. Ghafar Rahman adalah kadernya Gus Dur, maka diputuskan agar keputusan tersebut disampaikan kepada Gus Dur pada saat dia tiba di airport, sebelum dia berbicara kepada wartawan. Di antara orang yang diutus menemui Gus Dur adalah Arifin Junaidi. Ternyata Gus Dur menerima keputusan tersebut. "Kalau keadaanya begitu, dan rapat Syuriah sudah memutuskan begitu, saya menerima," kata Gus Dur. Dia juga mengakui telah menandatangani surat permohonan yang dibuat oleh H.A. Ghaffar Rahman, tetapi tidak mengetahui isinya secara jelas. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Rumah K.H. Hasyim Latief pernah dijadikan tempat pertemuan para kiai sepuh untuk membicarakan kasus perbedaan pendapat antara K.H. As'ad Syamsul Arifin dan K.H. Idham Khalid. K.H. Hasyim Latief banyak berperan untuk menyikapi soal itu agar tidak menimbulkan sikap konfrontatif. Dan, soal yang krusial dalam pembicaraan itu ialah masalah politik. K.H. Idham Khalid menghendaki agar NU tidak kembali ke Khittah. Dia tidak rela kalau NU kembali ke Khittah karena dia masuk NU dari jalur politik, bukan NU jam'iyah. Jadi, wajar kalau dia bersikap begitu karena dia masuk melalui pintu politik. Sedangkan para kiai sepakat untuk kembali ke Khittah. Dan akhirnya pertarungan itu dimenangkan oleh kubu Khittah. Para kiai sepuh menghendaki NU kembali ke Khittah karena selama NU menjadi partai politik banyak garapan NU yang besar dan sangat dibutuhkan warga NU justru terbengkalai. Pada satu sisi, NU memang memang mendapat posisi politik dengan jabatan-jabatan tertentu, tetapi pada sisi lain NU menelantarkan bidang garapannya. Inilah realitas yang menjadi alasan kiai-kiai maupun generasi muda NU yang mendukung kembali ke Khittah, karena mereka tidak rela keadaan semacam itu terjadi terus-menerus. Persoalan lain, misalnya, sebelum NU menjadi partai kontribusi warga terhadap NU sangat besar, sehingga NU menjadi kaya. Cabang-cabang NU kaya, sehingga bisa mendirikan madrasah dan mabarrot. Lailatul ijtima' selalu ramai dan masyarakat memeberikan sumbangan kepada NU. Tetapi, ketika NU menjadi partai, kontribusi warga mandeg. NU kehilangan potensinya karena pengurus NU hanya mengandalkan potongan honor kader-kader NU yang duduk di lembaga legislative yang jumlahnya kecil. Dan, potensi itu sampai sekarang tetap hilang. Sudah diupayakan untuk menggali lagi, tetapi belum berhasil. K.H. Sahal Mahfudz melihat bahwa K.H. Hasyim Latief memiliki | ||
![]() |
![]() |
![]() |
kecenderungan yang kuat terhadap masalah pendidikan, sehingga beliau patut disebut sebagai murabbi (pendidik). Kalau kemudian beliau menekuni bidang pendidikan, mendirikan yayasan, sebenarnya sesuai dengan karakter beliau, inheren dengan diri beliau. Dan, yayasan itu menjadi amal jariyah beliau karena beliau yang mendirikan. K.H. Hasyim Latief adalah tipe santri, tapi kemudian melanjutkan ke Universitas Islam Indonesia (UII) mengambil fakultas hukum. Hal itu memang itu unik, tapi bukan sesuatu yang aneh, karena K.H. Hasyim Latief tinggal di Surabaya, di lingkungan kota urban. Jadi, K.H. Hasyim Latif sudah terpengaruh oleh gaya pemikiran masyarakat kota, sehingga tidak aneh kalau semula dia santri kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi. Mungkin hal itu tidak terjadi jika beliau bertempat tinggal di desa, karena orang desa tidak berpikir ke sana. Hal itu juga sebagai bukti adanya dampak modernisasi atau sebagai respon pesantren terhadap modernisasi. Juga ada pesantren yang sengaja mempersiapkan alumninya agar bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Saat itu hubungan antarpengasuh pesantren sangat erat. Bahkan dianjutkan dengan hubungan besan. Di tiap-tiap pesantren juga sudah ada spesialisasi. Seorang santri bisa pindah untuk mempelajari hadits fikih. Sejak sebelum tahun 1970-an, di lingkungan pesantren atau NU ada kecenderungan mendirikan madrasah atau sekolah-sekolah. Saat itu modernisasi pendidikan sudah berjalan. Pesantren juga mulai mengadopsi sistem madrasi dan sekolahan. Namun, sebenarnya munculnya pendidikan dalam bentuk system madrasi merupakan pengembangan system yang sudah ada sebelumnya, yaitu pesantren. Sebab, system pendidikan yang pertama kali muncul di negeri kita adalah system pendidikan pesantren, tetapi hal itu sering dilupakan orang. Sistem itu dikembangkan ketika Belanda, disponsori oleh Snouck Hurgronje, | ||
![]() |
![]() |
![]() |
mendirikan sistem klasikal, volkschool. Lalu pesantren mendirikan sistem baru, yaitu sistem klasikal. Pendidikan di Pesantren Kajen sudah dimulai pada tahun 1912. Pada waktu itu tidak ada gedungnya, lesehan, tidak dipatasi dinding, tapi sudah menggunakan papan tulis. Kemudian muncul penjenjangan yang sebelumnya tidak ada di pesantren. Jenjang di pesantren sangat bebas. Siapa pun yang kuat mengaji kitab tertentu, silakan terus. Siapa yang tidak mampu, ya jangan. Ketika sistem madrasi dibuka baru ada penjenjangan, ada papan tulis. Ini berkembang terus. Lalu ada kurikulum. Sebelumnya kurikulum di pesantren tidak ketat. Guru mengajar sesuai dengan keahliannya. Dan ini berjalan sebelum berdirinya NU. Di antara pesantren yang menerapkan system itu adalah Pesantren Tambakberas. Jombang. Jadi, bukan berarti madrasah itu sesuatu yang berasal dari luar lalu masuk ke pesantren, dan beda dengan pesantren. Gejala pemisahan (seakan madrasah beda dengan pesantren) itu terjadi ketika K.H. Wahid Hasyim menjadi Menteri Agama tahun 1950-an yang membuat konsep MWB (Madrasah Wajib Belajar). Saat itu belum ada konsep wajib belajar dari pemerintah, tapi K.H. Wahid Hasyim membuat konsep MWB. Ketika "wajib belajar" itu direalisasikan (oleh Kiai Ilyas, pen.), madrasah-madrasah diminta menyesuaikan diri (mengikuti atau tidak), yang penting konsep itu menawarkan kurikulum yang memenuhi standar MWB. Inisiatif itu dari K.H. Wahid Hasyim kemudian dibawa ke lembaga Ma'arif. Perkembangan selanjutnya, Depag punya dan mendirikan Direktorat Pendidikan, di samping Bagian Haji. Semula Depag hanya mengurusi NTCR (Nikah, Talak, Cerai, dan Rujuk). Depag tidak punya madrasah. Lalu madrasah-madrasah swasta milik pesantren dicaplok, dinegerikan. Saat itu ada salah satu madrasah yang dikelola YPM hendak dinegerikan. Tetapi, sesuai hasil istikharahnya, K.H. Hasyim Latief | ||
![]() |
![]() |
![]() |
menolak rencana tersebut. Dan, sampai sekarang K.H. Sahal Mahfudz menolak penegerian model itu. Bahkan, sekarang tidak ada bedanya antara dinegerikan atau tidak karena madrasah swasta pun sudah diintervensi oleh Depag. Guru-guru negeri yang mestinya naik tingkat kepegawaiannya, karena tidak ada posisi yang tepat, dijadikan kepala madrasah swasta. K.H. Sahal Mahfudz menganggap bahwa hal itu merupakan tindakan perampasan karena menghilangkan ciri keswastaannya. K.H. Sahal Mahfudz tidak sependapat jika modernisasi pesantren sebagai paksaan dari negara terhadap pesantren, karena sistem pendidikan di pesantren itu modern, urban, meskipun sebagian besar berada di village, desa. Orang menganggap bahwa pesantren itu kolot karena hanya melihat penampilan secara fisik yang kotor dan. Tetapi, sebenarnya sistem pendidikan pesantren itu modern. Buktinya, saat ini beberapa negara yang ingin mengembangkan system pendidikannya mulai melirik dan mempertimbangkan sistem pendidikan di pesantren. Misalnya boarding school. Pendekatan holistik yang dikembangkan pesantren hingga saat ini belum ditemukan metode pendekatan holistik. Padahal, di pesantren sudah diterapkan sejak dulu. Semua elemen itu terkait dan membentuk satu sosok karakter santri, di samping membentuk karakter (di luar pesantren yang disebut) komunitas santri. Ketika pemerintah Orde Baru menerapkan modernisasi, dengan mengharuskan agar alumni pesantren yang akan melanjutkan pendidikan punya ijazah, mengakibatkan banyak pesantren semakin melemah dan madrasah semakin tidak memiliki nilai. Sebab, para santri yang semula belajar untuk meningkatkan akal budi dengan amal-amal yang benar kemudian berubah menjadi hanya sekedar ingin memperoleh selembar ijazah. Apalagi setelah penerapan Kurikulum 1994, dalam dunia pendidikan tidak ada lagi dikotomi. Dulu ada dikotomi: madrasah dan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
sekolah, kitab dan buku. Di pesantren ada kitab kuning, di madrasah buku pelajaran. Tetapi, sejak Kurikulum 1994 diterapkan, Madrasah Aliyah sama dengan SMA. Rusaknya moralitas sebenarnya bermula dari sini. Proses pendidikan di madrasah dan pesantren kemudian berubah. Yang ada bukan pendidikan, tapi pengajaran. Karena dengan standar-standar kurikulum, guru hanya menghabiskan silabi sesuai dengan petunjuk, kemudian dilaporkan dan ditandatangani kepala madrasah. Soal apakah pelajaran itu diterima dan diinternalisasikan oleh murid atau tidak jadi urusan guru. Kalau mau diujikan, si murid berupaya untuk sebisa mungkin menyogok sana-sini agar dapat nilai baik. Jadi, moral sudah sedemikian parah. Yang terjadi akhirnya schooling. Solusinya ialah harus kembali pada prinsip bahwa pendidikan ya pendidikan, bukan pengajaran. Jangan hanya menekankan kognisi saja, sementara afeksi tidak diperhatikan. Tetapi, hal itu susah diterapkan pada sistem persekolahan, karena schooling. Pelajaran Islam sekedar menjadi islamologi, pengetahuan tentang Islam, bukan Islam sebagai way of life. Anak-anak pesantren yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi memiliki penguasaan khazanah keislaman cukup baik. Ketika bersentuhan dengan dunia ilmu-ilmu umum dan kemodernan, mereka tampaknya bisa menyeimbangkan antara keduanya. Fenomena anak-anak muda NU kritis yang muncul sejak 1970-an itu harus dilihat dan dicermati. Karena susah sekali mengubah pikiran orang-orang pesantren untuk melihat perkembangan masa depan. Suatu keniscayaan bahwa keadaan pada masa yang akan datang berbeda dengan keadaan seperti yang terjadi saat ini. Dan, untuk menyikapi perbedaan itu dibutuhkan berbagai keterampilan dan pengetahuan. Untuk mengubah cara berpikir orang-orang pesantren, ketika | ||
![]() |
![]() |
![]() |
masih aktif di P3M K.H. Sahal Mahfudz mencoba membuat halaqah-halaqah di pesantren dengan istilah "Kontekstualisasi Kitab Kuning". Dan gagasan itu alhamdulillah diterima oleh kiai-kiai pesantren karena masih menggunakan label kitab kuning. Namun, yang dimaksudkan K.H. Sahal Mahfudz bukan kitab kuningnya, melainkan kontekstualisasinya pada aspek-aspek kehidupan yang lain. Dan sekarang sudah tidak ada masalah, sudah menjadi kebutuhan. Menurut K.H. Sahal Mahfudz, elemen-elemen di pesantren sangat unik. Kehidupan di pesantren merupakan miniatur kehidupan di masyarakat. Semua aspek kehidupan di luar terdapat dalam pesantren. Ada aspek ekonomi, budaya, pendidikan, agama, dan politik. Misalnya bela negara, pengambilan keputusan. Santri mengatur ekonomi dirinya sendiri dengan bekal yang terbatas hingga cukup satu bulan. Bagaimana mengatur perbelanjaan untuk beli sabun, odol, makan, dan lain-lain. Sudah ada kerja kooperatif, misalnya liwetan. Dia tidak sendirian, tetapi berlima atau berkelompok. Itu kan kooperatif meskipun konsumtif. Tidak perlu label koperasi, tapi itu kerja kooperatif. Setiap hari Selasa mereka keluar semua membersihkan halaman untuk melaksanakan ro'an (kerja bakti). Hal-hal seperti itu tidak pernah dimaknai. Lalu ada belajar pidato, bagaimana santri berani berbicara di depan orang lain. Lalu ada keinginan bisa berbicara, dan itu butuh referensi. Ada munadharah yang sangat besar pengaruhnya untuk menciptakan kebebasan berpikir dan menyaring informasi. Itu semua terjadi secara simultan. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
BAB KEENAM KARYA-KARYA MONUMENTAL
BERDIRINYA BPR ARTHA AMANAH & PURA KHUSUMA ARTHADAYA
Pada Era Orde Baru lalu, kita semua telah menyaksikan gairah perkembangan ekonomi sangat menggembirakan invastasi baik lokal atau internasional terus membanjir di Republik ini. Sayang nya roti yang lezat itu hanya dinikmat oleh orang-orang tertentu seperti pengusaha-pengusaha besar dan kebanyakan warga kehtrunan. Sedangkan masyarakat pribumi yang jumlahnya 95% dari total penduduk yang didominasa oleh kaum muslim tetap saja mereka dihadapkan dalam keadaan ekonomi kelas menengah sampai pas-pasan. Ini lah yang menjadikan keprihatinan para tokoh-tokoh muslim baik dikalangan Muhammadiyah atau NU.
Maka ketimpangan Ekonomi ini tidak boleh terus berlangsung, para kaum intelektual muslim terus berfikir bagai mana mencari terobosan untuk mendongkrak perokonomian umat Islam. Maka dari pihak Muhammadiyah menggandeng Lippo Group sedangakan NU menggandeng Bank Summa Dengan menggandeng kedua Bank raksasa yang bakal jadi pahlawan inilah, bisa diarapkan sistem perekonomia umat isalam bisa lebih baik. Ironisnya, selama ini yang bisa mengambit kredit pinjarman besar adalah para pengusaha yang berdasi dengan sistem prosedur yang remit. Sedangkan mayoritas umat islam yang miskin itu, menginjak kaki kebank saja takut pada waktu itu, apalagi pinjaman dengan anggunan dan prosedur yang rumit Maka dengan kerjasama PBNU diwakili oleh KH. Abdulrahman Wachid pihak Bank Summa Edward Soetyadjaya berdirilah lembaga perbankkan NU-SUMMA dalam bentuk Bank Perkriditan Rakyat (BPR) Rencananya BPR N U-SUMMA akan mendirikan sebanyak 2.000. BPR di Republik ini. Ini artinya warga nahdidiyin akan bisa | ||
![]() |
![]() |
![]() |
mendapatkan modal tanpa prosedur yang berbelit-belit.
Harapan untuk bisa mengangkat harkat warga NU. Almahum KH. Munir Hasyim Latief bertekat untuk mendirikan BPR Maka pada tahun 1986 dibahaslah rencana pendirian bank rakyat yang melibatkan, KH M Hasyim Latief, H Fatah, Jabah Sumartono, dan Sugiat Ak Dengan terinspirasi berdiri BPR Suznber Nilai Artha. di Krian Sidoar,jo. Maka pada tahun 1989 Tidak tanggung-tanggung Alm KH Munir Hasyim Latief Cs meresmikan dua. BPR sekaligus BPR Artha Amanah di Mojosari dan BPR Parakusuma. Arthadayadi Porong Sidoarjo, Pada awalnya perjalanan kedua BPR tersebut lancarlancar saja Honorarium karyawan beres. Dalam kurun waktu 4 tahun sudah bisa menggaet nasabah 500 lebih, baik sebagai deposan atau kreditor, kebanyakan para deposan berasal dari kaum nahdiyin NU yang fanatik, terutama mereka yang kaya, mereka minitipkan uangnya dari Rp 125.000.000. hingga 150.000.000. belum lagi deposan yang kecil-kecil. Dengan perkembangan kedua BPR tersebut Direktur YPM ini sejenak bisa tersenyun. Karena Putri Kedua Kiai Kharismatik ini, yang menjabat sebagai Wakil Direktur BPR Parakusuma Arthadaya Ir. Amroh Musta'idah mulai kewalahan menerima nasabah terutama para la-editor. Cita-cita untuk mempermudah pengambilan kredit untuk rakyat kecil terwujut sudah. Amroh sering mengalami kebingungan ketika banyak kreditor yang uang nya cair memberi uang Bonus pada dia." Uang ini diterima atau tidak." tanya Amroh dalam hati. Dari pada ragu-ragu mending saya tanyakan ke Abah. (Alm KH M Hasyim Latief) tanya Amroh ," Abah bagaimana hukumnya, kalau ada nasabah yang kreditnya. cair saya diberi bonus." Jawab Abah, " Kalau Uang cair, tidak apa-apa, tapi dampak negatifnya akan menimpa dirimu, karena kalau orang tesebut kreditnyaa molor, kamu repot menagihnya." Agar tidak mengundang resiko, sejak saat itu Arnroh tidak berani menerima Bonus dari para kreditor.
Tidak selamanya bisnis itu selalu mulus, ketika ada supervisi dari pihak Bank Indinesia ( BI) ternyata hasil audit tercatat Rasio Kecupulan modalnya tidak cukup, ini terjadi karena banyak dana yang diserap oleh Kreditor Group, maksudnya alas nama satu orang bisa | ||
![]() |
![]() |
![]() |
mengambil kredit besar diatas Rp 150.000.000. dan tanpa anggunan lagi. Sebenarnya uang sebesar itu bisa untuk kreditor kecil 10 hingga 15 orang. Slidik punya slidik ternyata kreditor group itu dilakukan oleh salah satu si pemegang saham itupun berkali-kali.
Ini lah yang menjadi kekecewaaan Alm KH Munir Hasyim Latief, ternyata tujuan orang dekat disekitar beliau sudah tidak munir lagi. Namun, Pendirian Abah Hasyim tetap kuat, untuk menutupi Rasio kecukupan modal tersebut, Abah Hasyim menjaminkan sebidang tanah darn rumah pribadinya yang ada di Sidorsemo Surabaya pada Bank Harapan Sentosa ( BHS ) agar keclua BPRnya tetap exist. Karena permasalahan kadung terakumulasi dan sulit untuk diatasi, terpaksa dengan perasaan sedih kedua Bank tersebut ditutup pada tahun 1996, setelah diadakan pengembalian modal ke para deposan. Dengan keuletan KH Munir Hasyim. Latief, setelah menarik semua modalnya beliu manufer kebidang augkutan yakni sernua uang modalnya yang
| ||
![]() |
![]() |
![]() |
SEJARAH BERDIRINYA POLIKLINIK ARROHMAH
Berdirinya poliklinik Arrohmah sebagai inspirasi berdirinya poliklinik YPM yang sekarang sedang giat-giatnya berbenah diri. Ide berdirinya poliklinik Arrohmah di desa Kletek Kec. Taman ini, awal muasalnya dari gagasan Almarhum Faisol, ketika itu Almarhum berbincang-bincang dengan Alm KH. M. Hasjim Latief (Aba Hasjim). Kata Alm Faisol, tutur H. Muzakir kepada penulis, " Aba Hasjim, saya ingin mendirikan poliklinik.". Tanya Aba Hasjim kepada Faisol," kalau kamu akan mendirikan poliklinik kapasitasmu sabagai apa ?", "Dalam mendirikan poliklinik nanti, kapasitas saya sebagai Ta'mir Masjid Arrohmah, dan nama poliklinik tersebut saya beri nama sesuai dengan nama Masjid itu". Jawab Alm Faisol dengan tegas. Sahut Aba Hasjim," Kalau kapasitasmu sebagai Ta'mir Masjid, aku setuju, sekalian membesarkan Mabarot NU, dan Muslimat.". Gagasan ini dibicarakan sejak tahun 1977, baru direalisir tahun 1979 dengan kondisi yang tertatih-tatih, dengan peralatan yang sangat seadanya. Sejak saat itu H. Muzakir mulai ikut bergabung secara nonformal dalam upaya perintisan poliklinik tersebut. Pada saat itu Alm Faisol sebagai ketua, karena pertimbangan polecy poliklinik Arrohmah tidak berorientasi bisnis, melainkan berorientasi sosial kemasyarakatan terutama pelayanan pada masyarakat pedesaan, sehingga banyak menghadapi kendala. Terutama kesulitan masalah sumber dana.
Pada tahun 1985 Mei struktur kepengurusan poliklinik Arrohmah diresmikan. Seingat H. Muzakir satu-satunya sumber mengatakan, | ||
![]() |
![]() |
![]() |
hebatnya Pak Hasjim, agar nantinya pengurus yang baru ini tidak kerepotan. Alm KH. M. Hasjim Latief sebelumnya sudah mengapor dan mengecat serta melengkapi kelengkapan poliklinik Arrohmah dengan uang sakunya sendiri. Ketika poli kerepotan dana, Alm mengambil inisiatif membentuk donatur guru YPM untuk poli Arrohmah. Mengingat perjuangan beliau (Alm KH.M.Hasjim Latief) begitu tinggi mendorong para pengurus juga antusias dalam mengelola poli tersebut. Tutur Ibu Umi Hanik istri H. Muzakir, sampai-sampai dr. Sugeng Sugianto disamping menyediakan dokter jaga (dr. Benardi), juga ikut mencarikan dana, dengan minta bantuan genteng pada pabrik genteng Karangpilang, dengan bantuan itu, dijual kembali untuk dibelikan obat. Bahkan banyak para donatur kaya seperti H. Mahbul, H. Iksan bersedia menyumbangkan uang untuk beli obat-obatan. Misalnya gaji dokter yang pada umum per bulan Rp 350.000 mereka tidak keberatan bila digaji perbulan Rp 250.000 di poli Arrohmah. Pada tahun 1983 tak pelak poliklinik Arrohmah sudah bisa mandiri, maksudnya sudah bisa melengkapi kebutuhannya sendiri. Suasana poli makin hari makin semarak, mengingat lokasi poli ini cukup strategis di pertigaan jalan menuju kecamatan Sukodono, Krian dan Taman. Ada beberapa orang yang ikut berjasa dalam meramaikan aktivitas poli tersebut, seperti Bapak Achmad Suhardi, Yusuf Arief, dan Samsul. Dengan keberadaan poliklinik Arrohmah. Ini memberikan pengertian pada masyarakat betapa pentingnya arti kesehatan, dan juga lebih mendekatkan masyarakat kepada kegiatan jam'iyah NU. Contohnya, embrio berdirinya pengajian Ahad Kliwon yang dimotori H. Manab Cs, rapatnya di poliklinik Arrohmah.
Sesal H. Muzakir, yang menjadi kendala utama Poliklinik Arrohmah | ||
![]() |
![]() |
![]() |
adalah belum keluar dan selesainya ijin operasional, lama sekali ditunggu, hal inilah sering menjadi percekcokan dan keresahan pengurus. Pada tahun 1994 SK sudah habis, artinya masa tugas H. Muzakir Cs selesai, dan pengelolaannya poliklinik Arrohmah diserahkan ke MWC Taman. Kemudian, aku sudah tidak tahu lagi kelanjutannya, tegas H. Muzakir.
SEJARAH BERDIRINYA PANTI ASUHAN MABAROT YPM SARIROGO _ SIDOARJO
Gagasan untuk mendirikan panti sudah lama ada dalam benak H. Abdullah, ketika maksud itu disampaikan kepada para Ulama' masyarakat desa, banyak yang setuju, tapi mereka (para tokoh masyarakat) tidak banyak yang merespon gagasan itu, justru ketika H. Abdullah, mengajukan gagasan pendirian Masjid yang letaknya strategis di pinggir jalan desa itu kepada masyarakat, banyak yang setuju, peluang itu, tidak disia-siakan oleh Kepala Desa Sarirogo yang berpengaruh itu, dia (H. Abdullah) mengundang 104 masyarakat gogolan (masyarakat yang mempunyai sebidang tanah sawah) untuk menyumbangkan sedikit tanahnya demi berdirinya pembangunan Masjid, maka dengan suka rela banyak masyarakat yang mawakafkan sebagian tanah mereka. Proses ini cukup pelik penyelesaiannya.
Pelaksanaan pembangunan Masjid Raya Nurul Huda bisa dimulai sekitar tahun 1989 dengan komposisi masyarakat menyumbang tanah. H. Abdullah yang meyumbang proses kerja dan konstruksi bangunannya. Ternyata, harapan yang mulia itu tidak sesuai dengan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
kenyataan. Justru pembangunan, baru dalam taraf fondasi, sudah macet, tidak tanggung-tanggung 8 tahun. Hal ini disebabkan, pertama sumbangan H. Abdullah yang dermawan itu, berupa ongkos kerja dan konstruksi, dianggap oleh sebagian masyarakat yang su'udon (berprasangka buruk) pembangunan Rumah Allah itu, sebagai bisnis akal-akalannya H. Abdullah. Kedua, masalah mengembang, ada sebagian masyarakat tidak setuju kalau dalam satu desa ada dua Masjid. Ketiga, yang lebih menyedihkan jabatan kepala desa pada tahun-tahun itu habis, H. Abdullah ibarat macan sudah ompong. Waktu luang dimanfaatkan H. Abdullah untuk mengaji dengan H. Mahfud Sidik di Almarhum KH. Imron Hamzah selama 4 tahun, maka niat beramal semakin kuat, tanah seluas ± 3.000 m2 persis di sebelah utara Masjid yang mangkrak itu diwakafkan, sebagai bukti kepada masyarakat kalau Pak Haji benar-benar ikhlas untuk beramal, dengan beginilah kepercayaan masyarakat mulai tumbuh. Pada mulanya tanah seluas itu, diminta wakafnya oleh Yayasan Hasyim As'ari yang dipimpin oleh Dr. H. Achmad Muhammad, karena sebagian masyarakat menganggap YPM lebih bonafide maka pada tahun 1991 berdirilah Madrasah Tsanawiyah YPM 2 Sarirogo-Sidoarjo, ibarat gayung bersambut, ternyata gagasan H. Abdullah untuk membuat panti asuhan itu diketahui oleh Almarhum Bpk. KH.M.Hasjim latief, maka saran Aba Hasjim perlu didirikan panti asuhan disamping tanahnya masih luas, banyak masyarakat sekitar sekolah tidak mampu, terutama anak yatim piatu sangat perlu disantuni. Maka, pada tanggal 25 Maret 1995, H. Abdullah, H. Bambang, H. Mahfud Sidik dan Moch. Kodjin mulai merintislah pendirian panti asuhan yang bernama : PANTI ASUHAN MABAROT YPM
Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 1996 berdirilah SMK | ||
![]() |
![]() |
![]() |
YPM 7 Sarirogo di komplek itu juga, karena situasi semakin kondusif, pada tahun 2001 YPM menyuntikkan dana sebesar Rp 10.000.000 sebagai signyal dilanjutkannya pembangunan Masjid Raya Nurul Huda yang lama tidur itu, kini kita bisa menyaksikan kemegahan Masjid tersebut. Tidak sia-sia perjuangan panjang H. Abdullah yang banyak rintangan, untuk melengkapi deretan kelengkapan komplek panti asuhan Mabarot YPM ketika diturunkan tulisan ini, sedang dibangun Madrasah Ibtida'iyah, panti yang dihuni oleh 49 santri ini, tidak lama lagi bisa menikmati perpustakaan yang lengkap. Sudah banyak prestasi yang diraih oleh panti asuhan Mabarot YPM, disamping sudah ada anak panti yang kuliah di S 1 semester terakhir, panti ini sebagai panti percontohan di Kabupaten Sidoarjo, dalam kategori pembinaan, kelengkapan sarana dan prasarana. Kata H. Abdullah yang sudah menginjak usia 63 tahun ini, " ada kata Aba (maksudnya Alm. KH.M. Hasjim Latief) yang belum bisa saya laksanakan, Aba Hasjim bilang, ingin mengelolah panti dengan model pondok. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
BAB KESEMBILAN PENDIRIAN, PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN YPM
Misi Dakwa agama Islam melalui pendidikan di YPM
Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) di dirikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa melihat perbedaan agama, golongan maupun faham. Artinya siapapun golongan maupun agama apapun diperbolehkan menimba ilmu di lingkungan YPM tanpa adanya perbedaan. Hal ini terbukti di SMA Wachid Hasyim 2 Sepanjang pada sekiatar tahun 90 an menerima siswa beragama Kresten Protestan bernama Sariden Samosir. Walaupun dia beragama bukan agama Islam tetap siswa tersebut diperlakukan sebagai siswa YPM pada umumnya tidak ada perbedaan antara siswa yang beragam Islam maupun tidak. Pihak sekolah tidak mewajibkan dia harus masuk agama Islam. Namun dalam menerima pelajaran siswa tersebut harus mengikuti semua pelajaran yang telah di siapkan oleh kurikulum YPM. Dengan mengikuti pelajaran agama Islam yang diberikan oleh pihak sekolah akhirnya dengan kesadaran sendiri siswa tersebut masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, Karena pada waktu itu siswa tersebut belum khitan, selang beberapa hari siswa tersebut di khitan dengan diantar oleh temanya sesama siswa. Pada waktu khitan K.H. Hasjim Latief memberi bingkisan berupa sarung dan kopiah dan ucapan selamat kepada Sariden Samosir. Disamping siswa tersebut diatas ada juga dua orang siswa lagi satu perempuan keturunan Cina dan seorang laki-laki yang bergama Katolik. Walaupun Cina tersebut tidak menganut agama Islam karena sekolah mewajibkan setiap siswa perempuan harus memakai jilbab atau kerudung maka siswa tersebut juga mematuhi memakai jilbab. Disamping itu untuk menyebarkan syiar Islam terutama faham ahlus sunnah wal jama'ah YPM mendirikan sekolah-sekolah di luar Sepanjang. Hal ini terbukti dengan berdirinya SMA YPM 3 dan SMK YPM 14 di Sumobito Jombang, Madrasah Tsanawiyah Gedangan Jombang, SMP YPM 8 Curahmalang Jombang, | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Madrasah Tsanawiyah YPM 6 Benjeng Gresik, Madrasah Tsanawiyah YPM 1 dan SMK YPM 11 Wonoayu Sidoarjo, SMP YPM 7 dan SMK YPM 8 Sarirogo Sidoarjo, SMK 9 dan SMK 10 Krembung Sidoarjo, Madrsah Tsanawiyah dan SMK YPM 6 Bojongoro, SMK YPM 12 Tuban, SMP Dipnegoro Telukdalam Samarinda Kalimantan Timur dan lain sebagainya. Pendirian sekolah-sekolah tersebut diatas bukan didasarkan atas untung rugi, melainkan didasarkan atas dakwah terutama pengembangan faham ahlus sunnah wal jama'ah. Bagi sekolah-sekolah yang didirikan Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) dan terbukti anggaranya defisit, maka sekolah tersebut akan mendapat subsidi dari YPM Pusat sampai sekolah tersebut dapat menutupi kebutuhanya sendiri. Karena pada dasarnya Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif menerapkan manajemen terbatas kepada sekolah. Artinya sekolah berhak mengelola keuanganya sendiri, tetapi pungutan SPP besarnya HR guru dan pungutan yang lain ditetapkan oleh YPM. Namun demikian K.H. Hasjim Latief tidak kurang akal untuk menutupi defisit anggaran suatu sekolah, maka didirikanlah sekolah lain di tempat itu terutama sekolah kejuruan yang dianggap peminatnya masih tinggi. Dengan demikian diharapkan sekolah kejuruan tersebut keuanganya bisa surplus untuk menutupi sekolah yang dianggap dan diperkirakan defisit. Sebagai contoh Madrasah Tsanawiyah/SMP YPM 7 Sarirogo yang mengalami defisit kemudian didirikan SMK YPM 8 (STM) ternyata siswanya cukup banyak dan posisi keuanganya sekarang sudah surplus. Begitu pula pada awal penyerahan Madrasah Tsanawiyah Bojonegoro kepada YPM yang muridnya Klas I, II dan III kurang dari 25 orang, untuk itu YPM harus memberi subsidi yang lumayan besar agar supaya kelangsungan proses belajar mengajar di sekolah tersebut harus tetap berjalan. Berdasarkan majemen yang diterapkan oleh YPM lambat laun perkembangan siswa Madrasah Tsanawiyah Bojonegoro dapat berkembang dengan baik. Agar supaya YPM Sepanjang tidak memberi subsidi terlalu berat, K.H. Hasjim Latief mendirikan SMK YPM 6 (STM) dan alhamdulillah perkembangan SMK YPM 6 cukup pesat sehingga keuanganya surplus, sehingga kekurangan biaya operasional Madrasah Tsanawiyah bisa ditutupi oleh keuangan SMK YPM 6 Bojonegoro. Pola semacam ini diterapkan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
apa bila diperkirakan ada sekolah yang dianggap peminatnya tinggi oleh masyarakat. Apa bila pola keseimbangan tidak bisa diterapkan di suatu daerah, maka YPM tetap akan memberikan subsidi kepada sekolah-sekolah yang mengalami defisit anggaran. Sehingga sampai saat ini ada beberapa sekolah yang masih mendapat subsisidi antara lain : SMP YPM Dipnegoro Telukdalam Samarinda, Madrasah Tsanawiyah Gedangan Jombang, SMP YPM 8 Curahmalang Jombang, SMA YPM 3 Sumobito Jombang, Madrasah Tsanawiyah Benjeng Gresik, SMP YPM 6 Tarik Sidoarjo. Dari uarian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah merupakan sarana dakwah yang paling mudah untuk menyebarkan agama Islam khususnya faham ahlus sunnah waljama'ah. Namun demikian beban penyebaran dakwah ini bukanlah monopoli YPM saja, melainkan tugas kita bersama khususnya warga Nahdhiyin untuk menyebarkan ajaran ahlus sunnah wal jama'ah. Dengan keberhasilan YPM berdakwah lewat pendidikan pada tahun .. YPM menyerahkan tugas ini kepada pengurus NU lewat lembaga Ma'arif. Hal ini ditandai dengan diserahkanya pengelolaan SMK YPM 6 Bojonegoro kepada Pengurus NU dan Lembaga Pendidikan Ma'arif Bojonegoro dan penyerahan SMK YPM 12 Tuban kepada Pengurus NU Cab. Tuban dan Lembaga Pendidikan Ma'arif Cab. Tuban. Dengan demikian pengembangan dakwah dikedua daerah tersebut diserahkan kepada Pengurus NU Cabang Bojonegoro dan Tuban. Disamping pola pendidikan yang langsung dipegang oleh YPM juga ada pola lain untuk mengembengkan pendidikan demi kepentingan dakwah, antara lain pembinaan manajemen dan subsidi pembiayaan, hal ini pernah diterapkan kepada Yayasan Mujib Ichsan Talun Blitar, tetapi ada pula YPM memberi bantuan berupa pembangunan gedung untuk pengembangan pendidikan, misalnya SMP NU .Malang, Panti Asuhan Muslimat Cab. Madiun, Madrasah Tsanawiyah Nglumber Kec. Kepuhbaru Bojonegoro. Kesimpulanya YPM berkeinginan mengembangan Islam terutama pengembangan faham ahlus sunnah waljama'ah lewat pendidikan.
A. Program Baca Al-Qur'an | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) merupakan salah satu dari sekian banyak yayasan yang didirikan oleh umat Isalam yang bergerak di bidang pendidikan umum dalam arti bukanlah merupakan pesantren yang mengkaji kitab-kitab kuning seperti yang diajarkan pondok pesantren. Sehingga lembaga pendidkan yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) meliputi Play Group (PG),Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang meliputi STM, SMEA dan SMKK dan Sekolah Tinggi (ST) yang meliputi Teknik (STT), Ilmu Ekonomi (STIE), Ilmu Hukum (STIH) serta Akademi Analis Kesehatan (AAK). Perlu diketahui siswa yang masuk di sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas pada umumnya dari kalangan masyarakat biasa dalam arti mereka mengerti betul tentang ajaran Islam apa lagi bisa membaca Al-Qur'an. Tidak jarang wali murid atau orang tua siswa tersebut tidak melaksanakan shalat, sehingga anaknya yang dititipkan di Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) juga tidak bisa baca Al-Qur'an. Melihat kenyataan ini K.H. Hasjim Latief merasa terenyuh dan merasa berkewajiban untuk menjadikan siswa tersebut bagaimana bisa membaca Al-Qur'an. Oleh karena kurikulum yang diterapkan di lingkungan Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif mengajarkan Al-Qur'an yang berdiri sendiri diluar pengajaran agama. Beliau sudah menyampaikan kepada seluruh Kepala Sekolah bahwa siswa yang belajar di Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) begitu keluar harus bisa membaca Al-Qur'an. Ternyata dilapangan lain seperti apa yang diharapkan, karena banyak juga siswa yang masuk tersebut sebagaian belum bisa sama sekali baca Al-Qur'an, ada yang bisa sedikit-sedikit dan ada pula yang sudah lancar baca Al-Qur'an. Untuk menanggulangi masalah ini beliau menyarankan setiap sekolah mendata siswa yang memang belum bisa sama sekali memabca Al-Qur'an memisahkan dengan siswa yang sudah bisa membaca Al-Qur'an. Untuk siswa yang belum bisa sama sekali membaca Al-Qur'an diajar oleh seorang guru Al-Qur'an dengan metode Iqro', sedangkan siswa yang sudah bisa membaca diajar oleh guru Al-Qur'an. Dengan demikian pelajaran Al-Qur'an dalam satu kelas harus di ajar oleh dua | ||
![]() |
![]() |
![]() |
orang guru, seorang guru mengajar dengan iqro' sedangkan guru yang lain mengajarkan Al-Qur'an. Berarti dengan bertambahnya guru iqro' tersebut menambah beban biaya sekolah, namun hal ini tidak menjadi persoalan beliau yang penting siswa keluar dari Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) harus bisa membaca Al-Qur'an, karena pada prinsipnya Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) tidak mencari keuntungan dari pendidikan melainkan berkewajiban untuk mencetak dan mengkader manusia yang berakhlaqul karimah seperti yang di ajarkan Al-Qur'an. Kalau diatas tadi siswa harus bisa membaca Al-Qur'an, semua guru yang mengajar di Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) pun juga harus bisa membaca Al-Qur'an. Bukan berarti guru yang tidak bisa membaca Al-Qur'an tidak boleh mengajar, tetapi sebelum mereka diterima sebagai guru terlebih dahulu dites oleh guru Al-Qur'an untuk menentukan sampai seberapa jauh guru tersebut bisa membaca Al-Qur'an. Bagi guru-guru yang tidak/belum bisa membaca Al-Qur'an akan diserahkan kepada guru Al-Qur'an di unit sekolah untuk dibina dan diharapkan dalam satu tahun guru tersebut sudah bisa membaca Al-Quran. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan Al-Quran diajarkan kepada siswa maupun guru, pada akhir tahun diadakan evaluasi baca Al-Quran yang dilakukan dengan silang antara guru yang mengajar di satu sekolah dengan guru pengajar di sekolah lain. Misalnya, guru di SMA Wachid Hasyim 2 akan mengevaluasi siswa di SMK YPM 1 dan seterusnya. Oleh karena itu peran dari Kepala Biro Agama sangat penting untuk menentukan keberhasilan pengajaran Al-Quran seperti yang diharapkan oleh K.H. Hasjim Latief.
B.Masjid Nurul Islam sebagai Laboratorium Da'i
Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) komplek Ngelom terdiri atas lima sekolah antara lain SMP YPM 1, SMK YPM 1 (STM 1), SMK YPM 2 (SMKK) dan SMK YPM 3 (SMEA 1). Perlu diketahui siswa SMK YPM 2 mayoritas putri hal ini seperti siswa SMK YPM 3 juga | ||
![]() |
![]() |
![]() |
di dominasi siswa puteri, sebaliknya siswa SMK YPM 1 di dominasi oleh siswa putera, sedangkan siswa puterinya bisa dihitung dengan jari itupun ada pada jurusan informatika. Sedangkan siswa SMA Wachid Hasyim 2 jumlah siswa putera dan puteri hampir sebanding. Dalam prakteknya siswa yang sekolah di SMA Wachid Hasyim 2 dibagi menjadi tiga golongan kelas yakni : pertama kelas biasa yaitu kelas dengan kurikulum standar ditambah dengan pelajaran agama sebanyak 6 jam pelajaran, kedua kelas khusus (agama) dimana kurikulumnya sama dengan kurikulum Aliyah, ini berarti ada tambahan pelajaran agama 16 jam. Bertarti siswa yang sekolah di kelas khusus agama harus masuk pagi dan siang, hal ini dikarenakan banyaknya jam pelajaran yang diberikan. Ketiga kelas khusus (umum) dimana kurikulum seperti kelas biasa di tambah dengan pelajaran umum pada siang hari, dimana tambahan siang hari SMA Wachid Hasyim 2 bekerja sama dengan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Surabaya Sugema College (SSC). Tambahan pelajaran agama sebanyak 6 jam ini merupakan standar yang harus diterapkan disemua sekolah di lingkungan Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) Sepanjang. Setiap hari siswa yang berada di kompleks Ngelom harus melakukan shalat berjama'ah, siswa yang sekolah pagi harus berjama'ah shalat dhuhur yang bertempat di Masjid Nurul Islam dan di Graha Anugrah Gusti. Sedangkan siswa yang belajar pada siang hari harus jama'ah shalat Ashar dan Maghrib, mengapa harus jama'ah shalat maghrib karena waktu | ||
![]() |
![]() |
![]() |
shalat maghrib amat pendek, sehingga dikhawatirkan mereka tidak bisa shalat maghrib dirumah karena waktunya habis di perjalanan. Apa bila siswa YPM tidak melaksanakan shalat maka secara tidak langsung pengurus Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif dalam hal ini K.H. Hasjim Latief juga ikut bertanggung jawab menanggung dosanya. Sebenarnya K.H. Hasjim Latief sangat ingin sekali mempunyai pondok pesantren untuk mendidik dan mencetak da'i yang nantinya bisa menyebarkan dan berdakwa di luar Jawa. Untuk mewujudkan keinginan tersebut beliau asrama siswa yang berfungsi untuk mendidik siswa dibidang dakwa yang diletakan dikampus Ngelom yang direncanakan diatas Masjid Nurul Islam, pondok pesantren tersebut dinamakan Nurul Islam sama dengan masjid. Ternyata minat siswa yang mau mondok atau tidur diasrama tersebut kurang peminatnya. Namun demikian dengan tidak berhasilnya pondok pesantren tersebut beliau tidak putus dalam rangka mencetak da'i. Beliau menginstruksikan kepada guru-guru agama terutama di SMA Wachid Hasyim 2 Sepanjang dan SMK YPM 1 Sepanjang untuk mencari dan mendidik siswa klas II dan III yang dianggap mampu untuk melakukan dakwa. Mereka dididik metode berdakwa dan bagaimana menyampaikan pesan dan menghadapi masyarakat. Sebelum mereka dapat berdakwa dalam masyarakat umum, terlebih dahulu mereka akan di uji untuk melakukan khotbah Jum'at di Masjid Nurul Islam, dimana para jamaahnya mayoritas dari warga YPM baik | ||
![]() |
![]() |
![]() |
siswa, guru maupun karyawan yang lain. Dari pengalaman siswa yang berkhotbah dihadapan masyarakatnya sendiri diharapkan siswa tersebut tidak terlalu takut salah, karena yang dihadapi adalah temanya sendiri dan gurunya sendiri. Apabila siswa tersebut menurut guru agama setelah di evaluasi sudah dianggap baik, langkah kedua siswa tersebut dilepas untuk khotbah di masjid diluar YPM. Untuk itu Yayasan Pependidikan dan Sosial Ma'arif (YPM) perlu menjalin hubungan dengan ta'mir masjid di sekitar Sepanjang. Langkah selanjutnya siswa tersebut harus memberikan mauidhotul khasanah di perkumpulan atau jamiyah anak-anak tingkat desa, dan seterusnya. Walaupun cita-cita K.H. Hasjim Latief untuk mendirikan Pondok Pesantren tidak berhasil, namum keinginan untuk mencetak dan mendidik para da'i secara material sudah tercapai. Semoga amal beliau mencetak para da'i untuk menyebarkan agama yang sekarang sudah tidak bisa dihitung di terima oleh Allah SWT.
INTISARI SEJARAH YAYASAN PENDIDIKAN MA'ARIF (YPM) TAMAN SIDOARJO
Berdirinya Yayayasan Pendidikan Maarif Taman Sidoarjo yang kemudian disingkat YPM bermula dari penugasan oleh Ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif Cabang Sidoarjo, almarhum K. Nur | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Yahya pada tanggal 10 September 1961 kepada Bapak HM Hasjim Latief dan para sesepuh yang lain di Sepanjang untuk mendirikan sebuah madrasah atau sekolah lanjutan di daerah wilayah Kawedanan Taman, oleh karena pada waktu itu belum ada sekolah lanjutan di Kawedanan Taman dan Krian yang didirikan oleh Ma'arif yang dapat bertahan sampai 3 tahun. Dengan rasa berat tetapi penuh rasa tanggung jawab, Bapak HM. Hasjim Latief dan para sesepuh yang lain pada saat itu melakukan persiapan pendirian sekolah lanjutan di desa Wonocolo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Sambil mempersiapkan pendirian sekolah lanjutan di atas, panitia pada tahun 1963 mendirikan Taman Kanak-Kanak yang pada waktu itu di seluruh Kabupaten Sidoarjo jumlahnya belum mencapai 10 buah. Taman Kanak-Kanak tersebut alhamdulillah sampai sekarang berjalan lancar dengan identitas TK Muslimat I yang berlokasi di Wonocolo Gang VI Sepanjang. Pada tanggal 15 Maret 1964 di bukalah Madrasah Tsanawiyah yang pertama di Wilayah Kawedanan Taman dan Krian bertempat di komplek masjid Wonocolo Sepanjang (yang sekarang disebut masjid Riyadhussolihin) dengan nama Madrasah Menengah Pertama ( MMP ) dan bersamaan dengan itu didirikan pula sebuah Yayasan yang mengurus kedua sekolah tersebut dengan nama Yayasan Kesejahteraan Madrasah dengan akte notaris nomor 91 tahun 1964 tanggal 17 September 1964. Nama Kesejahteraan Madrasah kemudian diubah dengan nama Yayasan Pendidikan Ma'arif ( YPM ) pada bulan September 1965 yang selanjutnya pada bulan Januari 1994 nama yayasan diubah lagi menjadi Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif dengan tetap disingkat YPM karena Yayasan ini telah mendirikan Panti Asuhan yang pada saat ini sedang berjalan 2 tahun di desa Sarirogo, Kecamatan Kota, Kabupaten Sidoarjo dengan nama Panti Asuhan Yatim Piatu Mabarrot. Insya-Allah tahun akan datang mendirikan panti asuhan di Bringinbendo. Dengan demikian sekalipun YPM sebagai yayasan formilnya berdiri pada tanggal 17 September 1964, akan tetapi secara material | ||
![]() |
![]() |
![]() |
secara kenyataan telah berdiri sejak berdirinya Madrasah Tsanawiyah yang pertama yaitu tanggal 15 Maret 1964 yang pada hari ini genap berusia 33 tahun. Alhandulillah dari tahun ke tahun YPM terus berkembang berkat rahmat, karunia dan ridlo Alloh swt serta peran dan partisipasi seluruh masyarakat khususnya kaum muslimin. Selanjutnya secara kronologis perkembangan YPM dapat kami sebutkan sebagai berikut : - Tahun 1963, mendirikan TK - Tahun 1964, mendirikan Madrasah Menengah Pertama ( MMP ), yang juga dikenal sebagai Madrasah Mu'allimin dan Mu'allimat. - Tahun 1967, mendirikan : 1. MMA (Madrsah Menengah Atas) YPM 2. SMP NU yang kemudian menjadi SMP YPM-1 yang berstatus "Disamakan". - Tahun 1968, mendirikan SD Ma'arif, yang kini berstatus "Disamakan" - Tahun 1970, mendirikan SMA Wachid Hasyim 2, yang kini berstatus "Disamakan" - Tahun 1975, mendirikan SMP YPM-2 Panjunan, Kecamatan Sukodono berstatus "Diakui" - Tahun 1980, mendirikan STM YPM-1, yang berstatus "Diakui" dan kini dalam proses "Disamakan" - Tahun 1986, mendirikan : 1. SMP YPM-3 Kramatjegu (sekarang SMP YPM-3 Bringinbendo) berstatus "Diakui" 2. SMP YPM-4 Bohar, bestatus "Diakui" | ||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|
3. Menerima penyerahan dari LP Ma'arif Gresik, sebuah SMP di Driyorejo, Kabupaten Gresik yang kemudian menjadi SMP YPM-5 Tanjunagn dan kini menjadi SMP YPM-5 Sumput Driyorejo, berstatus "Diakui" - Tahun 1987, mendirikan : 1. SMA YPM-2 Panjunan dan kini berstatus "Diakui" 2. SMKK YPM, Jurusan Tata Boga dan tata Busana dan kini berstatus "Disamakan" - Tahun 1989, mendapat penyerahan 1 buah Madrasah Tsanawiyah yang hampir tutup di Wonoayu, yang kini menjadi MTs. YPM-1 dan berkembang pesat menjadi 10 kelas. - Tahun 1991, 1. Mendirikan SMEA YPM-1, yang kini berstatus "Disamakan" 2. Menerima pelimpahan SMA Tunas Bangsa Sumobito, yang menjadi SMU YPM-3 Sumobito - Tahun 1992, pelimpahan 1 buah SMP berbantuan dari Yayasan Tarik dan kini menjadi SMP YPM-6 Tarik, berstatus "Diakui" - Tahun 1993, mendirikan : 1. STM YPM-2 Bringinbendo 2. SMEA YPM-2 Panjunan 3. MTs YPM-2 Sarirogo 4. Pelimpahan 1 buah MTs Curahmalang, Jombang dari yayasan Darussalam, kini menjadi MTs YPM-4 - Tahun 1994, mendirikan : | ||||
| ||||
![]() |
![]() |
![]() |
1. SMP YPM-7 Sarirogo 2. MTs YPM-5 Gedangan, Jombang 3. Pelimpahan SMP Mujib Ichsan Blitar 4. Pelimpahan MTs Hasyim Al Hadi Kedungsekar, Benjeng Gresik, kini menjadi MTs YPM-6 - Tahun 1995, mendirikan : 1. STM YPM-3 Bojonegoro 2. STM YPM-4 Tarik 3. STM YPM-5 Sarirogo 4. SLB YPM Pacet Mojokerto 5. Mendapat penyerahan STM dan SMEA yang sudah hampir tutup dari Yayasan Putra Bhakti, Krembung dan kini menjadi STM YPM-6 dan SMEA YPM-3- Tahun 1996, mendirikan : 1. SMEA YPM-4 Wonoayu 2. Madrasah Aliyah YPM Driyorejo 3. Pelimpahan SMU 45 dari Yayasan Surban Pacet
Dengan demikian pada saat ini Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif Sepanjang Sidoarjo telah memiliki, membina dan mengelola 33 sekolah, yaitu : 1 TK, 1 SD, 9 SMP, 6 MTs, 4 SMU, 6 STM, 1 SMKK, 4 SMEA, 1 Madrasah Aliyah, 1 SLB, yang jumlah murid secara keseluruhan sejumlah 14.568 siswa dengan dukungan tenaga pengajar dan tenaga administrasi sekitar 500 orang. Disamping itu YPM juga memberikan bantuan operasional kepada 7 | ||
![]() |
![]() |
![]() |
madrasah ibtidaiyah di luar YPM. Insya-Alloh pada tahun 1997/1998 YPM akan membuka Politeknik YPM dengan 4 jurusan : Jurusan Teknikm Mesin, Jurusan Teknik Elektro, Jurusan Administrasi Niaga dan Jurusan Teknik Komputer, guna memenuhi kebutuhan dunia industri dan masyarakat.
PENINGKATAN MUTU Disiplin adalah salah satu keberhasilan suatu lembaga atau organisasi yang diharapkan mampu membuahkan ketertiban dan nilai tambah, dengan mencanangkan semboyan : - tahun 1987/1988 : Tahun 1987 bagi YPM adalah tahun peningkatan disiplin dan prestasi - tahun 1988/1989 : Kita tingkatkan kehidupan yang tertib, kreatif dan antusias, disamping semboyan : Ciptakan lingkungan yang sehat dan tidak lupa sholat. - tahun 1996/2000 : Tri program utama YPM 1. Peningkatan kualitas out put YPM 2. Perluasan pengabdian masyarakat 3. Peningkatan kemampuan finansial ekonomi YPM
Dalam memasuki usianya yang ke-33 ini berkat kerja keras pengurus yayasan dan para pimpinan sekolah beserta aparatnya, telah menampakkan hasil, sebab telah ditemukan pola pembinaan dan pengembangan yang dibakukan yang meliputi : | ||
![]() |
![]() |
![]() |
1. Pola pengendalian disiplin baik guru, staf maupun siswa 2. Pola pembinaan dan pengajaran YPM 3. Pola peningkatan kualitas dengan mefektifkan MGMP, penyusunan buku ajar serta koreksi dengan menggunakan scanner komputer. 4. Pola pembinaan mental dan keagamaan 5. Pola pengembangan minat dan bakat.
PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA Kecuali SMU YPM-3 Sumobito, pada umumnya semua sekolah yang berada di bawah naungan YPM telah memiliki gedung sendiri dengan fasilitas yang memadai. Sekalipun demikian yayasan akan terus melengkapi berbagai fasilitas yang lain, seperti : alat-alat dan bahan laborat, lab. komputer dan mesin tik, alat-alat bengkel mesin, listrik dan bangunan, laboratorium tata boga dan tata busana. Karena kepercayaan masyarakat semakin besar dan meluas yang ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah pendaftar siswa baru setiap tahunnya yang terbesar dari berbagai daerah seperti : Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Mojokerto, Jombang dan lain-lain. Guna memenuhi harapan masyarakat tersebut, pengurus yayasan terus melakukan pembenahan dan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan yang pada saat ini sedang berjalan., daantara di Ngelom dan pembangunan serambi masjid berlantai 3 yang diperguna kan kegiatan sholat jum'ah, mengingat masjid yang ada sudah tidak mampu menampung, karena siswa kelas II SP dan SMU Khusus diwajibkan berasrama/ mondok. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Disamping itu, masjid tersebut dipergunakan untuk kegiatan sholat berjamaah sehari-hari oleh para siswa. Pembangunan tersebut tentunya masih membutuhkan biaya ratusan juta rupiah yang barangkali masih terus mengharapkan peran sertanya para Bapak-Ibu wali murid yang selama ini sudah cukup besar andilnya dalam pengembangan pembangunan YPM.Kami optimis hal ini tentunya akan memperoleh tanggapan positif dari Bapak Bupati Kepala daerah Tingkat II Sidoarjo guna membantu mempercepat penyelesaian pembangunan tersebut. Untuk itu kami semua yang hadir disini menghaturkan terima kasih. Jazakumulloh khoiron katsiro.
KELAS KHUSUS Kelas khusus terdiri dari : 1. Untuk SMP, berasal dari lulusan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang putra masuk Unit A dan yang putri masuk unit BA. 2. Untuk SMU, berasal dari SMP Unit A dan BA serta Madrasah Tsanawiyah. Kelas khusus ini memprioritaskan peningkatan pengetahuan ilmu agama, yang berlangsung sesudah jam belajar reguler, mulai siang harisampai sore hari. Bagi kelas khusus ini pada kelas II diwajibkan berasrama/mondok. Untuk putera bertempat di kompleks Ngelom, yaitu di lantai II dan III bangunan masjid yang akan diresmikan.Sedangkan untuk puteri | ||
![]() |
![]() |
![]() |
bertempat di Wonocolo Gang VI, gedung berlantai III.
PEJABAT/ TOKOH YANG PERNAH BERKUNJUNG KE YPM Adapun para pejabat tokoh masyarakat yang pernah berkunjung dan ikut membesarkan YPM adalah : 1. Bapak H. Sordarsono, Bupati KDH Tk.II Sidoarjo untuk meresmikan MMP di Wonocolo. 2. Bapak H. Soewandi, Bupati KDH Tk.II Sidoarjo, pada saat memberikan pengarahan dan mebuka penataran guru-guru SMP Ma'arif se Jawa Timur mata pelajaran Matematika dan IPA. 3. Bapak H. Soegondo, Bupati KDH Tk.II Sidoarjo menyampaikan pengarahan pada ulang tahun seperempat abad YPM 4. Bapak Edhie Sanyoto, Bupati KDH Tk.II Sidoarjo dalam rangka Harlah YPM ke-28 5. Bapak H. Soedjito, Bupati KDH Tk. II Sidoarjo, dalam rangka Harlah YPM ke-33 dan peresmian Masjid Nurul Islam YPM. Dengan demikian Alhamdulillah semua Bupati Sidoarjo pada masa periodenya telah berkunjung ke YPM dan ini menunjukkan kecintaan para Bapak Bupati kepada YPM.
-oOO()Oo- | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Maarif Sepanjang di singakat : Y.P.M. Afiliasi : Lembaga Pedidikan Maarif N.U. Alamat : Wonocolo VI/661 Pos Sepanjang Didirikan : 17 September 1964 dengan Akte Notaris Gusti Djohan Nomor : 91 Tahun 1964
1. YAYASAN : 1. Struktur organisasi : periksa lampiran. 2. Tugas-tugas pokoknya : 2.1. Mendirikan sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah. 2.2. Membinah madrasah dan sekolah yang bernaung dibawah Yayasan dalam arti yang seluas-luasnya. 2.3. Menyediakan sarana pendidikan yang di perlakukan. 2.4. Mengatur penerimaan murid baru. 2.5. Mengangkat, memutasi dan memberhentikan : - Kepala sekolah dan wakilnya - Guru tetap dan guru tidak tetap - Pegawai sekolah/Staf pimpinan sekolah 2.6. Menentukan besarnya uang pendaftaran, sumbangan gedung | ||
![]() |
![]() |
![]() |
uang daftar ulang, SPP, biaya sumatif,biaya Ebta/Ebtanas,dan segala macam pungutan lainya. 2.7. Menentukan besarnya gaji pimpinan sekolah, guru tetap, pegawai dan honorarium guru. 3. Usaha peggalian dana : - uang pendaftaran dan sumbangan murid baru - uang daftar ulang - SPP - Sumbangan dari Pemerintah dan masyarakat - Penyertaan modal - Infag wali murid dan murid khusus untuk pembangunan gedung. 4. Pengelolaan dana : a. biaya operasionil rutin semua sekolah dicukupkan dari SPP kecuali sekolah yang baru didirikan dan memerlukan subsidi. pengelolaan uang SPP sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang kepala sekolah dengan ketentuan : a. Setiap bulan memberikan laporan seperti bentuk terlampir b. Menyetorkan 8% dari penerimaan kepada bendahara Yayasan untuk biaya pemeliharaan sarana, alat olah raga dan ketrampilan c. Sewaktu-waktu Yayasan memerlukan, saldo lebih diambil oleh Yayasan. d. Pengeluaran uang diluar rutin memerlukan persetujuan Direktur Yayasan. b. Pengelolaan dana diluar SPP di tangani oleh bendahara Yayasan berdasarkan rencana tahunan dan petunjuk direktur | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Yayasan. Sekolah YPM sekarang terdiri dari : 1 TK, 1 SD, 1 MTs, 7 SMP, 1 SMA, dan 1 STM Mesin/Listrik, dan 1 Aliyah. Setiap hari murid dianjurkan memberikan infag RP. 25,00 minimal. 5. Hubungan kerja dengan Kepala Sekolah : 5.1. Mekanisme kerja dalam pelaksanaan tugas pembinan Yayasan terhadap sekolah diatur dengan : - Rapat pembukaan tahun ajaran untuk menentukan : banyaknya murid yang diterima, pembagian lokal untuk masing-masing sekolah, anggaran tahunan masing-masing sekolah dan lain-lain persiapan, termasuk jenis dan banyaknya bidang studi. - Pengarahan dari ketua Yayasan tentang : pengusulan pembagian tugas guru, langkah-langkah penertiban yang perlu bagi kelancaran proses belajar-mengajar, langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencapai tujuan Yayasan. - Rapat akhir tahun ajaran untuk menentukan :saldo kas sekolah, laporan mutasi, pelulusan dan kenaikan murid, waktu pelaksanaan haflah takhtim dan pembagian raport. Evaluasi umum terhadap prestasi pendidikan dalam tahun bersangkutan. 5.2. - Rapat semesteran bila di pandang perlu. - Laporan prestasi guru. 5.3. Mengawasi secara langsung jalannya proses belajar-mengajar yang dilakukan secara insidentil dan juga berkala. II. PENYELENGGARAAN SEKOLAH : 1. Masalah Kurikulum : | ||
![]() |
![]() |
![]() |
1.1 Kurikulum yang digunakan dari Dikbud dengan menambah jam agama. 1.2. Pembinaan dan pengembangan Kurikulum di monitor lewat : a. Jurnal kelas b. Instrumen PPSI untuk mengetahui kesesuaian pokok bahasan yang di sampaikan. 1.3. Teknik Evaluasi Kurikulum : a. formatif tes b. sub sumatif c. sumatif 1.4. Satu hari ada 7 jam pelajaran, kecuali hari jum'at ada 6 jam pelajaran dan tiap jam 45 menit. 1.5. Dalam usaha menyusun program semester dan satuan pelajaran selalu diadakan rapat dewan guru lebih dahulu untuk menerima petunjuk-petunjuk dari Kepala Sekolah dan setelah batas waktu yang di tentukan untuk penyusunan selesai di konsultasikan kepada Kepala Sekolahuntuk memperoleh revisi dan pengesahan. 1.6. Usaha agar para guru tidak merasa berat dalam menyusun satpel dan program semester : a. Disadarkan bahwa program Semester dan satpel adalah suatu kewajiban. b. Bila mengalami kesulitan dalam membuat satpel dapat mempelajari satpel yang sudah ada dari : - Raker-raker kepala sekolah - PKG dan MGBS | ||
![]() |
![]() |
![]() |
- Satpel dari sesama teman guru 2. ` Masalah perpustakaan : 2.1. Buku-bukunya ( jenis perolehannya ). 2.1.1. Dari dalam Yayasan : a. Yayasan b. Siswa c. Alumni 2.1.2. Dari luar Yayasan : a. Dikbud (SMP, SMA, STM) b. Lembaga-lembaga lain (Perguruan Tinggi lain, penerbit, penyumbang atau Departemen lainnya). 2.2. Mekanisme Pengelolaannya : 2.2.1. Pengelola buku a. Buku baru diagenda, diberi label /codo memberikan ciri pada buku untuk : SMP lebel kuning, untuk SMA lebel putih pada buku. b. Dimaksudkan Rak sesuai dengan klasifikasinya. 2.2.2. Batas waktu peminjaman buku perpustakaan : a. Untuk buku paket dipinjamkan selama 1 tahun tampa di pungut biaya. b. Buku non paket di lihat dari jenis bukunya : - dibaca dalam perpustakaan - selama 3 hari/1 minggu - selama 1 bulan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
2.2.3. Sanksi penarikan buku : a. ditagih secara lisan/di panggil b. diberi surat dengan tembusan kepada Kepala Sekolah c. dicabut haknya sebagai anggota 2.2.4. Secara rutin menata ruang/membersihkan, mengklasifikasikan buku dalam ruangan atau gudang. 2.2.5. Mengawasi siswa yang masuk ke perpustakaan dengan memberikan petunjuk : a. hal mengenai tata tertib b. jenis buku yang di butuhkan c. menggiring anak ke perpustakaan pada jam kosong 2.2.6. Merencanakan pembagian dan penarikan buku paket pada siswa pada akhir dan awal tahun. 2.3. Tenaga pengelolahnya : 3 orang 2.4. Minat baca siswa : a. Untuk anak SMP biasanya minat baca pada buku Fiksi dan gambar-gambar pengetahuan mengenai buku sumber sedang. b. Untuk anak SMA biasanya mereka lebih tertarik membaca Clipping/paper/koran/ilmu pengetahuan mengenai buku sumber sedang. 2.5. Karena jumlah murid terus bertambah sedangkan jumlah ruang dan pengadaannya masih terbatas maka perpustakaan hanya menggunakan satu ruangan. Untuk tiga sekolahan (SMP,SMA,STM). Buku Administrasinya meliputi : - buku pengunjung siswa - buku pinjam siswa - buku tidak umum | ||
![]() |
![]() |
![]() |
- buku peristiwa perpustakaan - buku tamu - buku pinjam guru - buku induk paket 3. Masalah Laboratium : 3.1. Dikelolah oleh 4 orang guru (Kimia, Biologi, Fisika dan Ketrampilan teknik ) dengan 1 orang Kepala bagian sebagai penanggung jawab. 3.2. Bagi guru bidang studi yang menggunakan fasilitas harus menyesuaikan waktu dan harinya kepada Kepala bagian Laboratorium. a. Kepala bagian Laboratorium membuat jadwal kegiatan selama satu semester. b. Setiap penggunaan alat laboratorium, dengan mengajukan peminjaman kepada Kepala bagian Laboratorium. c. Perlengkapan dan perabotan yang habis dipakai dikembalikan dalam keadaan bersih dan utuh. d. Bahan-bahan yang habis dipakai (bahan-bahan kimia) penaggung jawab supaya memberi laporan pada Kepala bagian Laboratorium. 3.3. Perlengkapan meliputi : 3.3.1. Perlengkapan dan peralatan kimia 3.3.2. Perlengkapan dan peralatan fisika 3.3.3. Perlengkapan dan peralatan biologi 3.3.4. Perlengkapan dan peralatan ketrampilan teknik (elektronika) 3.3.5. Pengadaan untuk bahan-bahan kimia dan perlengkapan fisika, biologi maupun ketrampilan diambil dari Yayasan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
3.3.6. Bahan-bahan yang habis dipakai (untuk percobaan biologi, ketrampilan) di sediakan sendiri oleh siswa. 3.4. Administrasinya meliputi : 3.4.1. Ada peminjaman. 4. Koperasi Sekolah : 4.1. Pengelolaanya : Pengurus koperasi 4.2. Mekanisme kerjanya : diatur menurut tata kerja koperasi. 4.3. Kegiatanya : - Koperasi simpan - pinjam untuk guru dan staf dengan pimjaman maksimal Rp. 100.000.00 (seratus ribu rupiah). - Koperasi konsumsi, melayani kebutuhan siswa dan guru/staf. 4.4. Administrasinya meliputi : - Administrasi simpan-pinjam - Buku pembelian/ penjualan dan buku kas - Tata kerja koperasi 4.5. Bahan/Isinya : Seluruh kebutuhan siswa/guru - seragaam sekolah/pakaian - alat tulis menulis - alat kebutuhan kelas - barang kebutuhan sehari-hari 5. UKS : tidak ada III. KETANAGAAN/PERSONIL : 1. Tenaga Tata Usaha berjumlah 15 orang berijasah sarmud dan SMA. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Sistimatik kerjanya, diadakan pembagian kerja meliputi : - Administrasi keuangan - Administrasi pendidikan - Administrasi kantor 2. Tenaga penjaga sekolah/karyawan : 3 orang 3. Tenaga satpam : tidak ada 4. Tenaga pengajar 222 orang guru. 5. Pembinaan personil, melalui refresing dan penataran-penataran. 6. Pengangkatannya dengan surat keputusan Yayasan atas pengusulan Kepala Sekolah. IV. PEMBINAAN KESISWAAN : 1. Tenaga pembinanya : a. Wakasek Pengurusan Kesiswaan b. Seluruh wali kelas c. Koordinator BP 2. Mekanisme pembinaannya : a. Semua siswa berhak mengikuti kegiatan yang diprogramkan oleh OSIS b. Mengindentifikasi siswa yang punya bakat tertentu 3. Program Pembinaannya : - Sesuai dengan perencanaan yang di tentukan 4. Bentuk kegiatan diluar Kurikulum Pendidikan : - Kepramukaan - Mading | ||
![]() |
![]() |
![]() |
- Les Sosial : - KTP dan SIM - Saudara asuh - Menyediakan dana kematian dan bencana alam - Donor darah Kesenian : - Tari - Puisi dll 5. Olah Raga : - Voly Ball - Sepak bola - Karate - Silat - Pencinta Alam 6. Ketrampilan : - Merangkai Janur - Tata busana 7. Bentuk Kegiatan Kurikuler dan ekstra kurikuler - Merangkum hasil proses belajar dan mengajar - Diberi tugas yang ada kaitannya dengan materi pelajaran - Pembuatan Kliping/Paper - Studi Lapangan V. KEAMANAN LINGKUNGAN : VI. SARANA PRASARANA : 1. Pengadaan gedung/Sarana lainnya : 2. Pengelolaannya : oleh Yayasan, seksi peralatan dan pembangunan. | ||
![]() |
![]() |
![]() |
3. - Dilakukan secara bertahap berdasarkan kebutuhan dan dana yang tersedia. VII. KESEJAHTERAAN : 1. Kesejahteraan Karyawan : 1.1. Honor : SK Yayasan 1.2. Tunjangan lain : - 1.3. Hadiah : THR 2. Kesejahteraan Guru : 2.1. Honor : Berdasarkan jam mengajar 2.2. Tunjangan lain: Bantuan Transport 2.3. Hadiah-hadiah : Insidentil, antara lain dari Saldo Ebta.
| ||
![]() |
![]() |
![]() |
| ||
Kesokan harinya, sekitar pukul 5.30, tentara Inggris dan Belanda benar-benar melancarkan serangan atas kota Sidoarjo. Sejak pagi subuh telah terdengar suara tembakan mortir amat gencar. Pasukan TKR dari Malang mundur karena ketakutan. Padahal, mereka banyak yang bersenjata, setiap 10 orang membawa 5 senjata. Mereka mundur dan melarikan diri karena tidak memiliki keberanian menghadapi gencarnya tembakan mortir. Menghadapi keadaan sperti itu, K.H. Hasyim Latief pergi ke markas para kiai. Tetapi, markas sudah kosong dan seluruh isinya sudah diamankan. Mereka menghindar ke arah barat, ke dapur | ||
![]() |
![]() |
![]() |
umum yang terletak di lini kedua. K.H. Hasyim Latief segera kembali menemui pasukannya dan menyuruh mereka berlindung di masjid supaya selamat. Untuk menghindari sasaran tembakan musuh, K.H. Hasyim Latief memerintahkan agar semua anak buahnya berjalan dengan merangkak menuju rel kereta api. Ketika mereka sampai di dekat rel kereta api, tiba-tiba muncul seorang Gurkha (pasukan Inggris berkebangsaan India). Dia mengangkat watermantel dan ditembakkan ke arah pasukan K.H. Hasyim Latief. K.H. Hasyim Latief berlari ke kebun, kemudian bersembunyi di bawah sebuah pohon besar yang terletak di belakang rerimbunan pohon bambu. Dia melihat beberapa orang tentara Inggris, Belanda, dan Gurkha berjalan ke arah selatan. K.H. Hasyim Latief bersama anak buahnya bersembunyi hingga malam hari. Mereka baru keluar dari persembunyian sekitar pukul 19.00, katika keadaan sudah sepi. Mereka bergerak ke selatan melalui perkampungan dan kebun-kebun, terus ke selatan sampai jalan besar. K.H. Hasyim Latief melihat tentara Inggris sekitar 35 orang sedang berjaga sambil menyalakan api. Setelah melihat K.H. Hasyim Latief bersama anak buahnya, mereka menembakkan senjatanya dan mengenai sebuah pohon hingga tumbang. K.H. Hasyim Latief melompat untuk menghindari tembakan yang suaranya mirip suara burung. Setelah Kota Surabaya jatuh, para pejuang RI beberapa kali melakukan serangan untuk merebut kembali Surabaya dari tangan musuh. Upaya tersebut dinamakan Serbuan Oemoem Surabaja (SOS). Dalam melakukan SOS semua elemen pejuang bergerak dan melakukan penyerbuan secara bersama-sama. K.H. Hasyim Latief mendapat kesempatan dua kali mengikuti SOS, pada tahun 1947 dan awal tahun 1948. Ketika komando SOS dikeluarkan, dia berada di Tulangan, arah tenggara Sidoarjo. Jadi, dia melakukan penyerbuan dengan berangkat dari Tulangan. Pada SOS kedua, K.H. Hasyim Latief ditunjuk menjadi komandan pertempuran. Untuk melakukan persiapan, dia melakukan konsolidasi di Perning. Dia mendapat bantuan pasukan Sabilillah dari Jombang dan Mojokerto. Sabilillah adalah pejuang | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Muslim yang berusia di atas 40 tahun, yang anggota pasukan serta komandonya terpisah dengan Hizbullah. Tidak seperti pasukan Hizbullah yang strukturnya sudah tertata rapi sebagaimana kesatuan militer, pasukan Sabilillah tidak terorganisir dengan rapi. Mereka memiliki komandan, tetapi tidak ada satuan kompi, pleton, dan regunya. Sehingga setelah mereka datang K.H. Hasyim Latif disibukkan oleh tugas menata pasukan. K.H. Hasyim Latief benar-benar dibuat repot karena keesokan harinya, ketika dipanggil untuk diatur dalam satuan regu, banyak yang pamit pulang dengan berbagai macam alasan. Ketika terjadi serbuan umum, rakyat yang tinggal di medan pertempuran melarikan diri. Mereka berkumpul di rumah-rumah untuk berdoa. Jadi, yang menghafal doa-doa bukan hanya para pejuang, semua rakyat juga menghafal doa-doa yang diberikan oleh para kiai. Misalnya, bila ada pesawat terbang musuh, mereka berdoa. Hal itu mereka lakukan untuk menambah kekuatan serta memohon keselamatan dari Tuhan. Mereka tidak segan-segan minta ijazah kepada para kiai untuk diamalkan.
3. Perjuangan Melalui TNI
Pada 5 Mei 1947, pemerintah menyatukan Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan badan-badan kelaskaran. Kemudian, pada 3 Juni 1947, pemerintah mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai satu-satunya wadah perjuangan bersenjata. Dengan adanya keputusan tersebut, Hizbullah Divisi Sunan Ampel dan badan-badan kelaskaran di Jawa Timur, seperti Pesindo, BPRI, dan Laskar Minyak disatukan dalam Brigade 29. Hizbullah Divisi Sunan Ampel menjadi Resimen 293 dengan komandannya Letkol A. Wahib Wahab dan Mansur Sholichy sebagai kepala staf. Setelah mengalami perubahan status yang mendasar, secara perlahan-lahan anggota Hizbullah dapat menyesuaikan diri menjadi pejuang profesional, dan semangtat juangnya menyala-nyala.Terhadap kesediaan Hizbullah meleburkan diri kedalam TNT, Panglima Besar Jendral Sudirman mengatakan bahwa itu merupakan bukti bahwa | ||
![]() |
![]() |
![]() |
Hizbullah adalah kelaskaran yang mementingkan derajat Negara daripada golongan sendiri, serta wujud kepatuhan dan ketundukan kepada komando dan perintah atasan. Penggabungan laskar ke dalam TNI sangat merugikan kaum komunis. Karena itu, mereka tetap berusaha menghimpun kekuatan sebanyak-banyaknya, yakni dengan menarik pasukan-pasukan mereka yang sudah masuk jajaran TNI. Dalam rangka itulah pada bulan Agustus 1947 Meteri Pertahanan Amir Syarifuddin membentuk sebuah wadah yang disebut TNl masyarakat, yang selanjutnya dijadikan TNI tandingan. Karena itu, jumlah anggota TNI terlalu banyak dan tidak seimbang dengan jumlah persenjataanya. Pada tanggal 27 Pebruari 1948 pemerintah mengeluarkan ketetapan Presiden No. 9 tentang Rekontruksi dan Rasionalisasi. Mulai bulan Maret 1948, ditetapkan perbandingan prajurit dengan senjata adalah 4:1 ( 4 prajurit dengan 1 senjata). Dan, dan yang pertama kali disingkirkan dari jajaran TNI adalah anggota TNI masyarakat yang terdiri dari orang-orang komunis. Opsir-opsir pangkatnya diturunkan satu tingkat. Untuk melaksanakan keputusan itu, pada bulan Mei 1948, TNI Resiman 293 diperkecil menjadi 2 batalyon, yaitu Batalyon Mobil (Mobile Troep) dengan sebutan Yon Mansur Solichy, yang kemudian menjadi Batalyon 42 Diponegoro; dan Batalyon Territorial (Territorial Troep ) dengan sebutan Yon Munasir, yang kemudian menjadi Batalyon 34 Codromowo. K.H. Hasyim Latief, yang saat itu berpangkat kapten, menjadi Komandan Kompi I Yon Munasir. Setelah melakukan konsolidasi dalam rangka pelaksanaan Rekonstruksi dan rasionalisasi, TNI di hadapan pada sebuah masalah besar, yaitu peristiwa pemberontakan PKI di Madiun yang didalangi oleh Muso dan Amir Syarifuddin. Pada tanggal 18 September 1948 PKI melancarkan Kudeta, Muso dan Amir Syarifuddin memproklamirkan berdirinya "Negara Komunis Indonesia". Sehingga di Madiun terjadi pertumpahan darah. Pada saat itu Badan Pekerja yang membicarakan masalah perdamaian bagi Belanda dan Indonesia mengadakan rapat di Jogjakarta. Pada penutupan rapat Presiden Soekarno mengadakan pidato radio, menganjurkan agar rakyat menentukan pemimpin negaranya: Muso | ||
![]() |
![]() |
![]() |
- Amir atau Soekarno - Hatta. Segera setelah mendengarkan pidato Presiden Soekarno, Kapten Rodhi As'ad atas nama Resimen 293 mengumumkan melalui RRI Surabaya yang berada di Jombang bahwa pasukan Hizbullah yang tergabung dalam Resimen 293 telah memisahkan diri dari Brigade 29, dan dengan tegas mengatakan berdiri di belakang kepemimpinan Soekarno - Hatta. Kapten Rodhi As'ad juga menghadap Komandan COPP yang berada di Jombang dan sekitarnya. Komandan Resimen 293 Mayor Mansur Solichy yang telah tiba di Jombang pada pukul 23.00 memerintah Kapten Rodhi As'ad untuk kembali menghadap Letkol Kretarto. Tetapi Letkol Kretarto tetap pada pendiriannya. Pada puku123:00 Mansur Solichy kembali memerintah Kapten Rodhi untuk meminta Surat perintah. Bila Letkol Kretarto tetap pada pendiriannya, Mansur Solichy meminta agar Kapten Rodhy menangkap Letkol Kretarto. Sebab mereka harus bertindak pada saat itu juga. Karena PKI akan melancarkan pembakaran pondok-pondok pesantren dan masjid-masjid serta membunuh para ulama dan para pemimpin Islam pada pukul 3 dini hari. Kapten Rodhi As'ad segera berangkat dan setelah mendengar ancaman dari komandan Resimen 293 Letkol Kretarto mengeluarkan surat perintahnya. Dan, setelah menerima surat perintah, Mansur Solichy memerintah pasukannya untuk mendahului aksi PKI dengan menangkapi para gembong PKI, sehingga pasukan PKI Jombang tidak bisa berkutik karena para pemimpinnya telah ditangkap oleh tentara Hizbullah yang dimulai puku11:00 dua jam lebih awal dara pada saat pergerakan yang di jadwal PKI. Pengamanan terhadap daerah Jombang selanjut dikuasai oleh Yon Munasir, karena anggota Yon Mansur Solichy di kirim ke Bojonegoro untuk membantu Yon Ronggolawe, serta membantu di Cepu yang menjadi sarang Laskar Minyak, pasukan TNI yang menjadi pendukung utama Muso _ Amir. Terjadinya pemberontakan itu telah diperkirakan oleh para pejuang Hizbullah. Sebab tentang adanya rencana busuk itu telah tercium oleh Hizbullah sejak di Madiun di selenggarakan Muktamar Masyumi III yang berlangsung tanggal 27-31 Maret 1948. Ketika Msyumi mengadakan Muktamar di Madiun, kelompok sayap | ||
![]() |
![]() |
![]() |
kiri yang terdiri atas pasukan Pessindo dan Laskar Minyak, yang bergabung di dalam Resimen 291 dan 294 Brigade 29, merencanakan untuk menghancurkan kekuatan yang terdiri dari tokoh-tokoh umat Islam itu. Setelah mendengar rencana itu, resimen 293 Hizbullah mengirim Ketika terjadi Agresi Belanda II, pasukan Hizbullah Yon Mansur Solichy dan Yon Munasir bergerilya untuk merebut kembali kota Surabaya bersama kesatuan dari Batalyon lain atas perintah Gubenur Militer Jawa Timur Panglima Divisi I Kolonel Sungkono, yang besatu dalam "Komando Operasi Hayam Wuruk" Operasi Hayam Wuruk di Pimpin oleh Mayor Pamu Rahardjo, dengan kesatuan-kesatuan pendukung: Batalyon Bambang Yuwono (Yon BY), Batalyon Mansur Solichy (Yon M) Batalyon Isa Idris (Yon I), Batalyon Tjipto (Yon T) dan Batalyon Mobrig, dengan di bantu oleh pasukan Yon Munasir yang dipimpin Kapten Syakir Husein. Dalam melakukan gerilya kali ini, Yon Munasir di bagi menjadi dua bagian. Sebagian mengikuti Komando Operasi Hayam Wuruk, dan sebagian besar terdiri atas Kompi Hasyim Latif, Kompi Muhammad Mustofa Kamal, dan Kompi Farchan Achmadi bertugas di Jombang. Pada bulan Pebruari 1949, Yon Moenasir mendapat tugas di sektor utara Jalan Mojokerto _ Kertosono. Mereka menyusun markas komando di Peterongan, Jombang. Dengan demikian, sejak Maret 1949 wilayah utara daerah Kertosono _ Mojokerto menjadi daerah basis konsolidasi dan basis gerilya Yon Moenasir. Dan, sejak saat itu nama Batalyon Munasir diberi nama Batalyon Condromowo. Yang mengusulkan nama ini adalah Dan Yon Mayor Moenasir. Pada bulan Nopember 1949, ketika terjadi gencatan senjata, di lingkungan Brigade 16 diselenggarakan penertiban administrasi, dan semua anggota Yon Condromowo mendapat nomor register dengan nomor depan 113. Setelah terjadi penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada Pemerintah RI pada tahun 31 Desember 1949, Yon Condromowo mengambil alih kekuasaan di daerah Jombang, sedangkan Yon Diponegoro yang dipimpin Mayor Mansur Solichy mengambil alih kekuasaan di Mojokerto. Setelah diambil alih oleh Yon Condromowo dan Yon Diponegoro dari Hizbullah, keamanan di Jombang dan Mojokerto sangat terjaga, tidak pernah terjadi | ||
![]() |
![]() |
![]() |
gangguan yang meresahkan masyarakat. Setelah masuk daerah kota, kedua batalyon tersebut melakukan konsolidasi dan penertiban administrasi. Yon 113 Condromowo ditetapkan menjadi Yon 39 Condromowo dan Yon Mansur Slichy menjadi Yon 42 Diponegoro. Tidak lama kemudian, Yon 42 Diponegoro dipindahkan ke Tanjung Karang (Sumatera Selatan). Sejak saat itu keamanan wilayah Mojokerto diserahkan kepada Yon 39 Condromowo. Mula-mula K.H. Hasyim Latief bertugas di Mojokerto, kemudian dipindahkan ke daerah Menganti, Gresik, yang bertugas mengamankan wilayah antara Surabaya dan Mojokerto. Pada bulan Agustus 1950, K.H. Hasyim Latief bersama seluruh anggota Yon 39 Condromowo ditugaskan menjaga keamanan di daerah Karesidenan Bojonegoro, dengan markas batalyon di Tuban. Setelah memasuki masa damai, TNI terus melakukan konsolidasi. Yon 39 Condromowo berubah menjadi Yon 519 Resimen 17 Territorial V Brawijaya. Selain itu, juga terjadi penurunan pangkat setingkat, sehingga Dan Yon Mayor Moenasir menjadi Kapten. K.H. Hasyim Latief dan para Komandan Kompi yang semula berpangkat Lettu menjadi Letda. Yang mengenaskan, semua semua prajurit satu yang telah bertempur bertahun-tahun turun menjadi Prajurit Dua. Setelah sekitar satu setengah tahun bertugas di Karesidenan Bojonegoro, K.H. Hasyim Latif dan anggota Yon 519 ditarik ke asrama TNI-AD di Gunungsari, Surabaya. Bersamaan dengan berakhirnya masa ikatan dinas pertama pada tanggal 31 Maret 1953, beberapa batalyon digabungkan dan Yon 519 dilikuidasi. Sejak saat itu, sebagian anggota Yon 519 menyatakan tidak melanjutkan ikatan dinas dan meninggalkan kesatuan. Di antara mereka adalah Dan Yon Mayor Moenasir, Dan Ki Staf Lettu Hasyim Latief, Dan Ki III Lettu Mustakim Zen, serta sejumlah bintara dan prajurit, kurang lebih 20 persen dari jumlah anggota. Sedangkan anggota Yon 519 yang meneruskan ikatan dinas dipecah-pecah, digabungkan ke beberapa batlyon, sebagian besar masuk Yon F dan Yon G Brigade I. Pelepasan anggota Yon 519 yang tidak meneruskan ikatan dinas dilaksanakan di lapangan asrama Yon 519 Gunungsari. Dalam perpisahan itu K.H. Hasyim Latief menangis karena teringat betapa susahnya ketika ia membangun pasukan dan mencari senjata. Pasukan | ||
![]() |
![]() |
![]() |
yang dibangun pada masa krisis dengan susah payah itu justru dipecah-pecah setelah mencapai kemerdekaan.
| ||